Lebih Mengenal dan Memahami Sistem Pembelajaran Jarak Jauh Sebagai Alternatif Pilihan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bidang pendidikan membuka cakrawala baru bagi pembukaan kesempatan (akses) dan peningkatan mutu pendidikan di semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Salah satunya yang sudah berjalan dan dikenal dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan TIK adalah program pembelajaran jarak jauh (PJJ).

PJJ sudah lama berkembang, terutama untuk pendidikan bagi orang dewasa, sebagai contoh Open University di Inggris merupakan salah satu pelopor pendidikan jarak jauh di dunia pada jenjang pendidikan tinggi dan sekarang menjadikannya Open University Inggris menjadi salah satu lembaga yang menyelenggarakan PJJ yang termaju di dunia.

Tak kalah pentingnya Indonesia sudah memiliki juga lembaga pendidikan tinggi menggunakan sistem PJJ adalah Universitas Terbuka (UT) yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, silakan informasinya dapat di lihat di link INI

Kita memahami bahwa pendidikan dengan memanfaatkan sistem pembelajaran secara tatap muka tetap merupakan model utama pendidikan, namun untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat seluas mungkin maka PJJ merupakan solusi agar setiap individu mendapat/ memperoleh pendidikan sesuai dengan amanah UUD NRI 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2).  “Setiap Warga Negara Indonesia berhak Mendapatkan Pendidikan yang layak, terjangkau, dan berkualitas”. Dan juga dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM Pasal (12) “Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.”

Eksistensi sistem PJJ dan program PJJ yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan (disemua jenjang pendidikan) menjadi lebih terasa dan memiliki nilai tambah bagi perkembangan dan keberlangsungan pendidikan di tengah masa pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua negara. Tidak dipungkiri disetiap ada musibah/kejadian ada hikmah yang dapat diperoleh ……..bolehkah kita menyebutnya sebagai “A Blessing in Disguise?” (Mungkin) masih banyak orang dengan segala keterbatasannya belum mengenal apa yang dimaksud dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ), kini di masa pandemi Covid-19 paling tidak mulai dari sudut-sudut perkotaan metropolitan sampai ke pelosok desa, diujung pulau tertinggal, terdepan, terluar, masyarakat sudah akrab dengan istilah pembelajaran jarak jauh, istilah pembelajaran “onlen”, PJJ sudah bergema dan dikenal masyarakat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga ke Pulau Rote.

Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh. Pembelajaran jarak jauh memungkinkan pembelajar untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis, jalur, dan jenjang secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan kondisinya. Pembelajaran jarak jauh menyediakan berbagai pola dan program. Pembelajaran jarak jauh untuk melayani kebutuhan masyarakat dan mengembangkan dan mendorong terjadinya inovasi berbagai proses pembelajaran dengan berbagai sumber belajar.

Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh. Sistem pembelajaran jarak jauh mempunyai karakteristik yang berbeda dengan praktik pembelajaran konvensional secara tatap muka. Sistem pembelajaran jarak jauh memiliki karakteristik yaitu (1) pemisahan antara pengajar dan pembelajar; (2) pengaruh institusi/organisasi pendidikan; (3) penggunaan media yang menghubungkan guru dan pembelajar; (4) berlangsungnya komunikasi dua arah; (5) memperhatikan pembelajar sebagai individu yang belajar; dan (6) pendidikan sebagai suatu industri.

Dalam proses pembelajaran tidak ada pertemuan langsung secara tatap muka antara pengajar dan pembelajar, sehingga tidak ada kontak langsung antara pengajar dengan pembelajar. Pertemuan antara pengajar dan pembelajar hanya dilakukan kalau ada peristiwa tertentu yang dianggap penting sekali atau untuk membahas tugas-tugas tertentu saja. Pembelajar dan pengajar terpisah sepanjang proses pembelajaran itu karena tidak ada tatap muka seperti halnya dalam pembelajaran konvensional, sehingga pembelajar harus dapat belajar secara mandiri. Bantuan belajar yang diperoleh dari orang lain sangat terbatas.

Paradigma baru yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh adalah peran pengajar yang lebih bersifat fasilitator yang memberikan bantuan atau kemudahan kepada pembelajar untuk belajar, dan pembelajar sebagai peserta dalam proses pembelajaran. Karena itu, pengajar dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik, menyajikan materi pembelajaran yang menarik, sementara pembelajar dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar.

Peran Tekonologi Informasi dan Komunikasi. Beberapa peran teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi pembelajaran jarak jauh adalah:
a. Asynchronous discussion. Pada pembelajaran online, para pembelajar dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan kebutuhannya masingmasing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan memberikan komentarnya. Kondisi ini dapat meningkatkan kualitas diskusi dan merubah psikologi dan sosiologi komunikasi. Selain itu dapat mengembangkan strategi yang berbeda di dalam pemecahan masalah diantara para pembelajar.
b. Instructur control of online conference and roles. Dengan konferensi online, pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya, peran pembelajar, dan memungkinkan memantau pelaksanan diskusi. Beberapa kelompok dapat pula mengembangkan online sendiri
di dalam berdiskusi lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu team work.
c. Questions and answer communication protocol: Pengajar dapat melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar lainnya untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan jawabannya. d. Anonymity and pen name signatures. Ketika pembelajar bekerja menjadi bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka dapat memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk memberikan illustrasi atas pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar.
Misalnya, berupa komentar yang dapat memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang diajarkan oleh pengajar. Selain itu, memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga seseorang mampu mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya, dan secara ekstrim sangat berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran seperti metode pembelajaran kolaboratif.
e. Membership status lists. Pemantauan aktivitas seperti membaca dan memberikan respon di dalam komunikasi, memungkinkan pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca dan seberapa up-to-date setiap di dalam forum diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi apabila terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok pembelajar kolaboratif dapat mengusahakan setiap orang di dalam tim up-to-date. Setiap pembelajar dapat dengan mudah membandingkan frekuensi dan kontribusi relatifnya bagi pembelajar lainnya di dalam pembelajaran.
f. Voting. Akses yang mudah di dalam kelompok ataupun individual untuk memberikan pendapatnya dapat pula dalam bentuk voting. Voting tidak hanya digunakan ketika membuat keputusan, lebih kepada fungsinya untuk mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa yang tidak disepakati atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus melanjutkan diskusi. Dimungkinkan pula pembelajar merubah pendapatnya kapan saja selama diskusi berlangsung.
g. Special purpose scaling methods. Metode yang berguna ini dapat menunjukkan kesepakatan kelompok yang sesungguhnya dan meminimalkan ambiguisitas. Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap pembelajar pada akhir pembelajarannya mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling penting dari apa yang sudah dipelajarinya.
h. Information overload. Hal ini dapat terjadi jika antusiasme pembelajar di dalam diskusi sangat tinggi, dengan banyaknya pembelajar saling memberikan komentar, sehingga terjadi kelebihan informasi. Masalah ini dapat diatasi dengan membatasi ukuran kelompok yang dapat ditangani oleh media teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan.

Penutup. Tulisan ini bertujuan untuk memberi wawasan tentang pendidikan jarak jauh kepada warga masyarakat, bahwa pendidikan jarak jauh telah berkembang menjadi modus pembelajaran utama (main-stream) sebagaimana sistem pendidikan tatap muka. Dengan memahami sistem dan cara belajar melalui pendidikan jarak jauh, warga masyarakat akan berminat meningkatkan kualifikasinya  melalui sistem pendidikan jarak jauh.

Kemajuan teknologi memberikan dampak besar terhadap perkembangan pendidikan, para pendidik memanfaatkanya untuk mempermudah proses belajar mengajar serta meningkatkan kualitas pendidikan berbasis daring.

Bagimana menurut pendapat Anda………………………..?

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Suryana

Hobi membaca untuk menambah wawasan. Belajar dan pembelajaran menjadi menu tetap keseharian. Berbagi ilmu dan pengalaman melalui UNIVERSITAS RAHARJA-TANGERANG.

Artikel: 18

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *