Jika data disebut sebagai “the new oil”, maka koneksi menjadi “the new currency”. Berbagai platform digital seperti WhatsApp hingga LinkedIn memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang baru lebih mudah dan lebih cepat. Terlebih, kehadiran pandemi COVID-19 telah mentransformasi cara manusia berkomunikasi, membuat kita semakin mengandalkan interaksi secara daring.
Salah satu hal yang membuat interaksi secara daring menjadi menarik adalah bagaimana kita menciptakan first impression yang mengesankan. Jika kita akan bertemu dengan orang lain dan berinteraksi dengan mereka dengan tatap muka secara langsung langsung, mungkin kita akan fokus dengan bagaimana kita menjaga kontak mata, bahasa tubuh, hingga pakaian yang digunakan. Sedangkan dalam interaksi virtual, personal brand (citra diri) kita bisa menjadi first impression bagi orang yang akan kita jumpa.
Ahli personal branding Chris Diaz mengatakan bahwa personal branding merupakan “resume” kita di era modern ini. Hal tersebut pun selaras dengan fenomena yang terjadi di tengah pandemi ini. Dengan berbagai pertemuan dan aktivitas bisnis lainnya dijalankan secara daring, maka semakin banyak orang yang melakukan riset di dunia maya dalam mencari koneksi yang tepat untuk berbagai kebutuhannya.
Lantas, bagaimana kita membangun personal branding di era digital yang berkembang begitu cepat ini? Satu hal penting yang perlu menjadi pertimbangan utama adalah membangun online presence yang kuat. Upaya ini bisa dilakukan dengan memiliki akun di berbagai media sosial populer seperti Instagram, Facebook, Twitter, hingga LinkedIn, tergantung kebutuhan dan target audience yang dituju. Kepemilikan akan sebuah situs pribadi juga penting dalam hal ini.
Untuk memudahkan orang lain dalam menemukan dan mengenali kita di dunia maya, kita bisa menggunakan nama yang identik di pada nama akun media sosial dan domain website. Kita juga bisa menggunakan avatar dan cover image yang konsisten di berbagai platform.
Selanjutnya, kita harus aktif menjalankan platform-platform digital tersebut. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, seperti ikut dalam diskusi online, membagikan informasi bermanfaat dari pihak ketiga yang sejalan dengan nilai kita, menciptakan konten yang orisinal, hingga aktif menjalin komunikasi secara dua arah ketimbang hanya menyampaikan pendapat secara satu arah.
Saat aktif di dunia maya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar keberadaan kita di setiap platform yang dimiliki menjadi lebih kuat. Salah satunya adalah fokus dan konsisten terhadap key message yang ingin disampaikan serta target audience yang dituju. Dengan begitu, kita bisa membentuk personal branding yang autentik dan berbeda dari orang lain, baik itu dari sisi pesan yang disampaikan maupun niche yang disasar.
Layaknya Roma, personal branding juga tidak bisa dibangun dalam semalam. Dalam prosesnya, kita mungkin harus bersiap dengan berbagai kegagalan yang mungkin menghampiri. Meski demikian, Timothy Hoand, CEO Stories by Tim, mengatakan bahwa branding terbaik tidak akan bisa tercapai sampai kita gagal beberapa kali, seraya terus mendorong diri kita untuk keluar dari zona nyaman. Ia menambahkan, brand terbaik selalu muncul dari proses trial and error, kesalahan, dan kegagalan yang berulang, bukan tiba-tiba muncul secara instan.
Memaksimalkan Potensi Personal Branding dari Tiap Individu
Personal branding bisa bermanfaat untuk siapa pun, baik itu karyawan, pekerja lepas, pelaku industri kreatif, pemilik usaha, bahkan pencari kerja sekalipun. Manfaatnya pun bisa berbeda-beda tergantung tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan personal branding tersebut.
Misalnya, pencari kerja yang memiliki citra diri yang baik di dunia maya bisa jadi memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. Terdapat riset yang menyebut bahwa 28% manajer perusahaan melihat media sosial milik pelamar untuk mencari tahu informasi tentang mereka. Selain itu, 47% manajer perusahaan mengaku tidak begitu suka mewawancarai calon pekerja yang tidak bisa ditemukan keberadaannya di dunia maya.
Sedangkan bagi para pekerja, personal branding bisa menjadi jembatan untuk meningkatkan karirnya. Mari kita ambil contoh dari pekerja lepas. Dengan personal branding yang baik, seorang freelancer bisa menyasar klien-klien yang lebih baik dalam menawarkan jasanya. Dari situ, seorang pekerja lepas bisa meningkatkan nilainya, baik itu dari sisi kualitas pekerjaannya, bayaran yang diterima, hingga koneksi yang dimiliki. Meningkatkan value juga bisa dicapai oleh seorang karyawan melalui personal branding yang baik yang memungkinkan perusahaan melihat potensi lebih dari karyawan yang bersangkutan.
“Bagaimana jika saya merupakan seorang entrepreneur?” Personal branding juga bisa bermanfaat bagi pemilik usaha. Internet sudah dipenuhi begitu banyak orang, dan bisnis yang kita punya tentunya harus berusaha untuk bisa stand-out, terlepas dari niche market mana yang dituju. Personal brand dari seorang pemilik usaha bisa membantu bisnis yang dimilikinya terlihat dari orang lain. Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi membagikan informasi tentang bisnisnya secara berkala dan membuat konten pribadi yang mendukung konten bisnisnya.
Personal branding juga menjadi krusial bagi para pekerja kreatif. Sebagaimana disebutkan oleh Chris Diaz di atas, personal branding bisa menjadi resume kita di dunia maya. Pelaku industri kreatif bisa membangun personal branding yang baik dengan memunculkan cita rasa mereka akan subsektor dari industri kreatif itu sendiri.
Misalnya, seorang pengrajin batik bisa menceritakan fokusnya di pembuatan batik tulis, atau seorang gamer bisa menceritakan minatnya di jenis game battle royale. Dari situ, pekerja kreatif bisa membangun portofolio yang sejalan dengan minatnya, dan dengan ditambahkan dengan key message yang dimiliki, hal tersebut akan menjadi personal branding yang unik dan memudahkannya dikenali banyak orang.
Jika kamu ingin menilai personal branding diri kamu saat ini, kamu bisa mencari nama kamu sendiri di mesin pencarian. Coba posisikan diri kamu sebagai orang yang ingin mencari kamu atau profesional dengan kriteria yang mirip dengan kamu, dan ketik nama kamu di Google. Untuk menambah insight, kamu juga bisa mencoba untuk mencari di mode incognito untuk menghasilkan hasil pencarian yang bersih dari riwayat dan cookies dari akun kamu. Dari situ, kamu bisa menilai sudah sejauh mana personal branding diri kamu dan bagaimana orang lain melihatnya.
Jika kamu bahagia dengan hasilnya, maka kamu cukup melanjutkannya dengan menjaga kualitas dari personal branding yang sudah dibangun. Jika tidak, tidak ada salahnya kamu mulai memperkuat kehadiran kamu di dunia maya dan menciptakan personal branding yang lebih baik.
LPKN sendiri menaruh fokus terhadap pengembangan personal branding. Hal tersebut salah satunya diwujudkan dengan menggelar pelatihan bertajuk “Membangun Personal Branding Era Digital: Seni Membangun Brand Pribadi dan Strategi Publikasinya”. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan tersebut bisa kamu akses di kelassmart.com/personal-branding/, termasuk cara untuk mendaftarnya.
Tertarik untuk mengikuti pelatihan lainnya dari LPKN? Kamu bisa melihatnya di sini. LPKN juga menyediakan berbagai konten edukatif lainnya yang bisa kamu akses di ilmu.lpkn.id dan YouTube LPKN Training Center.
Alhamdulillah Barakahllahu fikkum Aamiin