Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat berdampak pada kemampuan penyebaran informasi yang meningkat secara eksponensial atau yang dikenal dengan sebutan viral. Sosial media seperti Facebook, twitter, Instagram dan yang lainnya sudah dapat memfasilitasi penyebaran informasi bukan hanya sebatas tulisan dan suara, tapi juga gambar dan video ke jutaan warga net yang tersebar secara global.
Sebelum internet digunakan untuk umum, masyarakat hanya bisa berkomunikasi melalui sambungan telepon kabel yang disediakan oleh PT Telkom, atau menggunakan stasiun radio amatir yang hanya bisa digunakan oleh kalangan-kalangan tertentu yang memiliki izin saja. Di masa itu juga surat-surat kabar yang beroplah tinggi dibanjiri oleh para pelanggan untuk mengiklanan produk dan layanan yang mereka jual. Iklan melalui media-media cetak dan elektronik menjadi alat yang penting untuk penyebaran informasi kala itu.
Teknologi digital berkembang pesat menyebabkan proses bisnis mengalami revolusi yang cepat. Revolusi digital dengan kemajuan teknoloi informasi dan komunikasinya telah menggilas banyak sektor-sektor usaha yang dulunya ramai peminat, kini menjadi sepi peminat. Istilah-istilah seperti oplah, sirkulasi, iklan baris dan iklan kolom tidak lagi terdengar, beralih ke pada trending topics, viral, dan googling. Ya, kini semua informasi dapat kita himpun dengan cepat dengan menggunakan mesin pencari dengan kecanggihan kecerdasan buatannya.
Perusahaan surat kabarpun secara perlahan-lahan mengalihkan pemberitaannya ke media online, mereka kehilangan sebagaian besar pendapatannya yang berasal dari iklan. Perusahaan percetakan banyak yang gulung tikar, begitu juga toko-toko buku yang mulai kehilangan pembeli karena maraknya buku-buku digital. Tidak luput toko-toko penjualan kaset audio, video dan cd, yang terpaksa tutup karena semua lagu-lagu kini bisa dinikmati dengan teknologi cloud melalui platform seperti Joox dan Spotify.
Revolusi digital juga merambah ke dunia ritel dengan munculnya marketplace yang bersinergi dengan dan jasa pengantaran yang dipesan secara daring (Grab dan Gojek). Terlebih di masa wabah covid-19 yang memuncak, kedua model bisnis ini menikmati limpahan pelanggan yang banyak karena konsumen yang mengalihkan belanjanya dari cara konvensional ke daring. Beberapa ritel-ritel yang dulunya menjadi pemimpin pasar, perlahan-lahan menutup gerainya untuk efisiensi, dan mengalihkan layanan penjualannya melalui daring.
Ritel-ritel konvensional tersebut mengalami masa masa puncak di era tahun 1990-an sampai dengan 2000-an. Kawasan-kawasanperbelanjaan ritel seperti Blok M Mal, Pasar Pagi dan Mangga Dua, selalu dipadati oleh pembeli yang mencari beraneka ragam kebutuhan sandang dan papan. Kini apabila kita mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan tersebut hanya tersisa beberapa toko yang terpakasa bertahan walaupun layanan penjualan mereka telah banyak beralih ke market place seperti Lazada, Tokopedia, Shopee dan sebangsa lainnya.
Konsumen semakin dimanjakan dengan teknologi dan para penjual pun semakin mudah dan murah dalam mengiklankan produknya. Teknologi akan selalu berevolusi menghasilkan kemudahan kepada manusia. Hadirnya marketplace , layanan Go food dan Grab Food, memudahkan para konsumen untuk mencari produk dengan lebih cepat. Pelaku usaha juga semakin mudah untuk memajang barang dagangannya, mempromosikan produknya dengan biaya yang jauh lebih kompetitif bila dibandingkan dengan beriklan pada media konvensional seperti surat kabar, majalah dan televisi.
Akan tetapi, dibalik kemudahan tersebut ada tantangan berat yang harus dilalui. Teknologi digital telah membuat setiap orang memungkinkan untuk menjadi sumber informasi. Siapapun dapat beriklan, siapapun dapat memajang dagangannya di pasar dunia maya. Sehingga jutaan informasi produk dan layanan akan senantiasa berlomba mendapatkan perhatian pembeli. Kompetisi yang ketat ini tentu akan menekan kemampuan menghasilkan laba yang tinggi bagi setiap pelaku usaha saat ini. Konsumen dapat dengan mudah membandingkan harga produk yang ditawarkan antara satu penjual dengan penjual yang lain tanpa harus repot-repot pergi ke setiap tokonya.
Ada beberapa tips yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk dapat bersaing di pasar digital selain dari pada menekan harga. Salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan sosial media.
Sosial Media
Sosial media adalah teknologi pengembangan dari web 2.0 yang digunakan untuk bersosialisasi antar sesama pengguna yang dilakukam secara daring, sehingga memungkinkan setiap orang untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika di masa lalu kita ingin mengetahui bagaimana kabar saudara atau teman kita, yang kita lakukan adalah menekan nomor telepon dan melakukan percakapan. Hadirnya sosial media memutus aktivitas tersebut. Kita dapat berbagi cerita, mengetahui aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan pertemanan kita melalui media sosial tanpa harus secara sengaja menghubunginya.
Sosial media membawa dampak besar dalam memengaruhi opini masa. Seseorang yang asalnya mungkin tidak dikenal bisa tiba-tiba terkenal setelah mengunggah aktivitasnya yang unik atau “nyeleneh” ke sosial media. Sebaliknya sosial media juga bisa menjatuhkan reputasi seseorang sedalam-dalamnya. Orang yang begitu tenar sebelumnya, dengan sangat singkat dapat turun pamornya.
Seorang pebisnis skala kecil ataupun skala besar dapat memanfaatkan daya ungkit dari sosial media. Pebisnis dapat menghipun testimoni dari para pelanggannya sebagai alat bantu untuk meningkatkan reputasi bisnisnya, mencari mitra usaha baru, dan memperluas jaringan pelanggan. Testimoni tulus dari pelanggan yang ditulis di media sosial jauh lebih dipercaya daripada klaim sepihak yang disampaikan perusahaan.
Membangun Reputasi di Sosial Media
Sosial media sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang terutama bagi para generasi milenial ke bawah. Memantau dan mengunggah informasi melalui media sosial telah menjadi budaya baru dalam kehidupan modern saat ini, terlepas dari apakah konten yang di bagikan tersebut bermanfaat bagi orang lain atau hanya untuk menciptakan kepuasan bagi dirinya sendiri.
Di atas telah disinggung bahwa sosial media dapat dimanfaatkan untuk membagun reputasi bisnis. Hadirnya teknologi telepon pintar menambah fleksibilitas penggunaan sosial media dimana saja, kapan saja. Setiap orang dapat berkontribusi dalam bentuk komentar sebagai umpan balik bagi pengguna lainnya. Sosial media dapat dimanfaatkan untuk menginformasikan kepada calon pelanggan, siapa dan seperti apa reputasi kita. Sosial media menjadi alat bantu yang lebih dipercaya untuk mengambil keputusan pembelian bagi sebagian besar konsumen saat ini. Tulisan-tulisan dalam bentuk komentar-komnetar yang ditinggalkan pengunjung lebih dapat dipercaya dari pada klaim kita sendiri terhadap produk buatan kita sendiri.
Berikutnya, gunakan sosial media sebagai sarana memberikan informasi unik untuk menambah pengetahuan, namun pengetahuan yang valid, dapat dipercaya. Manfaatkan sosial media untuk menyalurkan informasi yang bersifat unik, sebagai sarana edukatif kepada semua orang di pertemanan media sosial kita. Dengan demikian mereka paham di mana spesialisasi dan kepakaran kita. Ini sekaligus akan meningkatkan reputasi kita. Berika materi edukasi yang fokus hanya pada satu bidang yang benar-benar dikuasai dan jangan melebar ke bidang lain yang penguasaan kita terhadap subjek tersebut dangkal. Misalnya Anda sebagai pengusaha mebel, maka selingi konten Anda mengenai pengetahuan tentang jenis-jenis kayu yang bagus sebagai bahan dasar untuk membuat mebel.
Selanjutnya, jangan beriklan terus menerus, selingi konten kita dengan informas-informasi menarik sebagai gimmick. Calon pelanggan menyukai hal-hal yang gratis walaupun kecil nilainya. Dengan demikian relasi dengan calon pelanggan menjadi lebih kuat. Gunakan teknik penjualan secara halus karena setiap pelanggan tidak suka didesak . Kelemahan dari hard selling adalah membuat pelanggan menjadi skeptis akan informasi yang disampaikan, meskipun benar. Dengan seringnya melakukan hard selling, kita akan dianggap sebagai orang yang mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan hak orang lain. Para ahli pemasaran menganggap hard selling tidak cocok untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Sosial media dapat menjadi alat untuk mendukung aktivitas bisnis khusunya penjualan. Namun tetap ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Selain dari harga, reputasi yang baik dapat memelihara pelanggan untuk tetap loyal dan percaya dengan produk yang kita tawarkan. Telah banyak perusahaan yang mendapatkan kepercayaan dari pelanggannya dari memanfaatkan media sosial sebagai alat bantu pemasaran.