Mengenal Lebih Jauh Tentang Mitigasi Bencana

Beberapa hari terakhir, Indonesia sedang dilanda oleh bencana banjir di Kalimantan Selatan dan gempa bumi di Majene, Sulawesi Barat. Bencana alam yang terjadi pada dua wilayah yang berbeda dengan peristiwa yang berbeda pula ini tentunya meninggalkan dampak yang luar biasa. Selain kerugian material, para korban bencana tersebut juga merasakan dampak psikis yang dapat membekas dan membutuhkan waktu untuk menyembuhkannya.

Serentetan bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia sebenarnya merupakan hal yang wajar. Ini karena letak Indonesia berada diantara Ring of Fire yang membentang dari Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatera, terus ke Himalaya, Mediterania dan berujung di Samudra Atlantik. Maka wajar bila di Indonesia banyak gunung berapi aktif dan banyak terjadi gempa.

Gunung-gunung berapi di Indonesia termasuk yang paling aktif dalam jajaran gunung berapi pada Ring of Fire. Pada zona Ring of Fire inilah banyak terjadi gempa dan letusan gunung berapi. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Ring of Fire.

Salah satu peristiwa bencana alam yang kemungkinan paling membekas di ingatan sebagian orang adalah rentetan bencana yang terjadi pada tahun 2018. Pada tahun tersebut telah terjadi tiga bencana alam, yaitu gempa bumi di Lombok pada bulan Juli, tsunami di Palu da Donggala pada bulan Oktober, dan tsunami Selat Sunda yang terjadi di wilayah Banten (khususnya Anyer, Tanjung Lesung, Carita, dan sekitarnya) pada bulan Desember.

Potensi Bencana di Indonesia

Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain. Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tinggi.

Potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency) ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Berdasarkan indikator tersebut, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.

Berikut ini beberapa potensi bencana alam yang dapat terjadi di Indonesia:

  • Banjir
  • Tanah Longsor
  • Gunung Meletus
  • Gempa Bumi
  • Tsunami
  • Kebakaran Hutan
  • Kekeringan

Bencana alam adalah kehendak Yang Maha Kuasa, tidak bisa diprediksi kapan dan di mana akan terjadi. Tetapi semua harus siap menghadapi terhadap bencana apa yang akan terjadi. Maka dari itu, mitigasi bencana sangat diperlukan.

Apa Itu Mitigasi Bencana?

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Kegiatan mitigasi bertujuan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dan pengurangan risiko bencana untuk jangka waktu yang panjang, mengurangi jumlah korban, dan diterapkan semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

Mitigasi dan edukasi terkait bencana sangat penting bagi masyarakat untuk meminimalisir risiko terjadinya bencana. Penumbuhan budaya sadar bencana perlu diterapakan di masyarakat melalui pendidikan formal dan informal.

Langkah Dasar Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana pada dasarnya adalah sama, yang membedakan ialah jenis bencana yang terjadi. Mitigasi antara gempa bumi dengan banjir tentunya tidak persis sama. Akan tetapi, persiapan dasar yang dilakukan memiliki kesamaan.

Salah satu hal mendasar perihal mitigasi bencana adalah menyiapkan tas siaga. Tas siaga misalnya untuk bencana tsunami bergungsi untuk evakuasi darurat ketika terjadi gempa bumi berkekuatan besar yang kemudian menyebabkan terjadinya tsunami. Tas ini digunakan untuk bertahan hidup selama kurang lebih 2-3 hari pasca terjadinya tsunami. Apa saja isi dari tas siaga ini?

  1. Jaket, jaket yang digunakan usahakan jaket parasut tipis agar tetap terlindungi dari hawa dingin namun tetap cepat kering.
  2. Makanan dan Minuman, siapkan makanan dan minuman instan siap saji yang memiliki expired date masih lama.
  3. Voucher Isi Ulang, ini digunakan untuk memudahkan komunikasi bantuan.
  4. Dokumen Berharga dan Identitas, berupa surat-surat legalitas yang sekiranya penting seperti ijazah serta identitas diri (KTP/SIM) maupun keluarga (KK).
  5. Rompi Udara, merupakan rompi yang biasa digunakan untuk keamanan di air.
  6. Obat-obatan, jika memiliki penyakit bawaan maka siapkan obat yang dibutuhkan dan jika tidak bisa membawa P3K.
  7. Peluit, digunakan untuk komunikasi darurat sebagai penanda apabila kita terjebak pada tempat yang sulit untuk diakses.
  8. Uang, pilih nominal kecil seperti 10.000, 20.000, dan 50.000.
  9. Baterai HP Cadangan/Powerbank, agar supaya HP tetap bisa digunakan untuk menghubungi kerabat dekat.
  10. Senter, pilih senter yang menggunakan baterai dan siapkan juga baterai cadangannya.
  11. Plastik, gunakan plastik yang kedap air dengan penutup udara untuk menyimpan barang-barang yang tidak tahan air.

Berikut ini hal yang harus dapat dilakukan ketika bencana terjadi:

  • Langkah preventif, yaitu kesiapan mengenali terhadap tanda-tanda terjadinya bencana. Misalnya, ketika beberapa jenis binatang liar turun dari gunung, maka itu menandakan bahwa alam sedang memberikan tanda bahwa gunung akan meletus. Bila laut tiba-tiba surut setelah sebelumnya didahului oleh gempa, maka itu menandakan bahwa akan terjadi tsunami sehingga masyarakat sebaiknya segera berlari menuju ke tempat yang lebih tinggi.
  • Respon terhadap bencana (disaster response), yaitu tindakan cepat apa yang perlu dilakukan saat bencana itu terjadi. Termasuk akomodasi minimal apa yang memungkinkan untuk dibawa saat bencana itu terjadi, ke mana harus berlindung dan melakukan evakuasi dan sejenisnya, atau tindakan efektif guna mengatasi kemungkinan robohnya bangunan agar nyawa terselamatkan
  • Melakukan recovery (pemulihan) pasca bencana, yaitu sebuah upaya agar kondisi ekonomi masyarakat segera bisa dipulihkan seperti sedia kala. Ini membutuhkan kerjasama yang kuat antar lapisan masyarakat, pemerintah, pihak swasta, dan pihak-pihak lainnya sehingga dampak kerugian material yang dirasakan oleh masyarakat terdampak dapat segera teratasi.

Pentingnya Pendidikan Mitigasi Bencana Sejak Dini

Pemahaman mitigasi bencana di Indonesia terbilang masih sangat minim walaupun rawan terhadap bencana alam. Kesiapsiagaan masyarakat akan terjadinya bencana ini dapat dilihat berdasarkan banyaknya korban jiwa saat terjadinya bencana. Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan kecemasan dalam menghadapi bencana.

Pendidikan mitigasi bencana dinilai penting dilakukan untuk meminimalkan jumlah korban jiwa jika terjadi bencana. Pemerintah, masyarakat, dan semua stakeholder harus bersama-sama untuk melakukan mitigasi bencana. Masyarakat kita memiliki kecenderungan untuk menunggu adanya peringatan dari otoritas berwenang baru memulai evakuasi, padahal guncangan gempa bumi itu adalah peringatan untuk mengevakuasi diri.

Penerapan pendidikan mitigasi bencana di sekolah baik formal maupun non formal perlu dilakukan sejak dini guna memberikan pendalaman pengetahuan serta kesiapan terhadap tindakan-tindakan yang perlu dilakukan sebelum/pada saat terjadinya bencana alam yang tidak terduga untuk meminimalisir segala dampak yang akan terjadi. Dengan demikian dapat menimbulkan kemampuan berpikir dan bertindak efektif saat terjadi bencana.

Melalui penerapan pendidikan mitigasi bencana di sekolah sejak dini akan membantu siswa dalam memahami pengetahuan dalam bencana alam, sikap dalam menghadapi bencana alam, pentingnya lingkungan untuk dijaga untuk mencegah terjadinya bencana, dan menemukan cara alternatif dalam upaya mitigasi. Maka perlu juga adanya pelatihan teknik mitigasi bencana dengan fokus peningkatan kemampuan menghadapi bencana dapat dilakukan sejak dini.

Referensi:
Hayudityas, Beaxtrix. 2020. Pentingnya Penerapan Pendidikan Mitigasi Bencana di Sekolah Untuk Mengetahui Kesiapsiagaan Peserta Didik. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(2): 94-102.

Kementerian Dalam Negeri. 2006. Pedoman Umum Mitigasi Bencana

https://islami.co/bercermin-terhadap-pendidikan-mitigasi-bencana-pemerintah-jepang/

https://m.kumparan.com/amp/hijab-lifestyle/mengenal-lebih-jauh-tentangring-of-fire-1539236305925178478

https://jogjauncover.blogspot.com/2018/08/tas-siaga-evakuasi-tsunami.html?m=1

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Reva Almalika

Seorang mahasiswa Agribisnis yang sedang berada pada tahun terakhir perkuliahan. Suka menuangkan pemikiran ke dalam suatu tulisan.

Artikel: 27

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *