Perempuan Independen

Perempuan independen sering disalahpahami sebagai perempuan yang tidak terikat dan terkait dengan laki-laki. Ini tentu tidak tepat.

Karena perempuan dan laki-laki adalah dua sayap peradaban yang mesti mengepak bersama agar bisa terbang tinggi.

Berbeda dengan persepsi yang cenderung negatif di atas, Alquran dan al-Hadits justru menegaskan pentingnya perempuan menjadi pribadi yang independen. Independen dalam arti berdaulat keimanannya, memiliki kepribadian dan sikap yang teguh dan kokoh, sehingga mampu melewati ujian hidup apapun. Itulah yang bisa kita simpulkan dari independensi empat perempuan yang dijadikan role model dunia oleh Rasulullah saw. Dalam hadits riwayat ath-Thabarani, Rasulullah saw bersabda: “cukup bagimu dunia : Asiyah, Maryam, Khadijah, dan Fatimah.”

Asiyah dan Maryam 

Asiyah adalah simbol perempuan independen dalam kapasitas sebagai istri dari suami yang zalim, yakni Fir’aun, raja yang mengaku Tuhan. Kedaulatan iman Asiyah membuatnya tidak terpengaruh oleh kebesaran kekuasaan suaminya dengan segala keberlimpahan materinya. Asiyah adalah perempuan independen yang berani memilih Allah pada saat ia berada di titik pusat kekuasaan. Asiyah dengan kejernihan mata hatinya bahkan menginginkan selamat dari perbuatan suaminya, dan memohon untuk diberikan rumah di surga sebagai ganti istananya di dunia. Atas sikapnya tersebut, Allah SWT memuji Asiyah dan menjadikannya contoh bagi perempuan beriman. “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. at-Tahrim/66:11)

Maryam adalah simbol perempuan independen dalam kapasitas sebagai single mother yang tetap mempertahankan kehormatan dan ketaatannya kepada Allah di tengah cibiran dan hinaan masyarakat sekelilingnya. Sejarah mencatat, kehamilan Maryam atas kehendak Allah tanpa suami, direspon secara beragam. Yang sangat mengkultuskannya beranggapan, Isa putra Maryam adalah tuhan. Merekalah kaum Nasrani saat ini. Yang sangat menistakannya, menganggap Maryam adalah pelacur dan Isa adalah anak haram. Sekelompok Yahudi meyakini hal demikian. Di tengah dua pandangan yang bertolak belakang itu, umat Islam memposisikan Maryam sebagai perempuan suci yang mulia, dan Isa as. adalah nabi utusan Allah.

Kehidupan Maryam sungguh berat. Menjadi single mom di tengah kontroversi yang tak pernah habis. Mendampingi sang putra yang dijadikan musuh pengusaha yang merasa terancam dengan ajarannya. Sungguhpun begitu, kekuatan iman dan pribadi Maryam mampu menjadikannya melewati semua ujian hidup itu. Allah pun menjadikan Maryam sebagai role model  perempuan beriman (QS. Ali Imran/3:42 dan at-Tahrim/66:12)

Khadijah dan Fatimah 

Khadijah adalah simbol perempuan independen dalam kapasitas sebagai istri dan perempuan mapan, matang, dan sukses dalam profesinya sebagai pebisnis. Independen Khadijah mampu membuatnya yakin memilih pemuda Muhammad SAW yang lebih muda sebagai pendamping hidup yang tepat. Khadijah menjalani kehidupan berkeluarga bersama Nabi Muhammad SAW dengan penuh cinta, dukungan, dan kesetiaan. Khadijahlah orang yang pertama kali meyakinkan Nabi akan kebenaran wahyu yang diterimanya dan menjadi orang pertama yang mengucapkan syahadat. Independensi Khadijah menjadikannya mampu terus mendukung Nabi Muhammad pada saat-saat getir perjuangannya. Khadijah mendedikasikan hartanya sehingga Nabi bisa tetap bergerak saat diboikot secara ekonomi. Kekuatan iman, pribadi , dan ekonomi Khadijah yang berpadu dengan ketulusan cinta telah menghasilkan enam puta putri sepanjang perkawinannya dengan Nabi. Duapuluh tujuh tahun keluarga monogami Muhammad saw. dan Khadijah berlangsung tanpa gosip dan gejolak berarti. Cinta Nabi kepadanya adalah cinta mati, yang terus terpatri walau Khadijah sudah pergi mendahului.

Fondasi iman yang dibalut dengan kasih sayang terbangun kuat karena Khadijah berani mengambil pilihan-pilihan dan sikap secara independen.

Fatimah putri Rasulullah SAW adalah simbol perempuan independen dalam kapasitas sebagai istri yang mendedikasikan diri sebagai ibu rumah tangga. Kekuatan iman dan cintanya mengantarkan Hasan dan Husein sebagai mahkota keturunan Nabi. Urusan rumah tangganya dilakoni dengan tangannya sendiri. Kesalehannya diakui dan dikenang sepanjang masa. Hingga pada satu titik krusial dalam kehidupan perkawinan beliau, saat Ali ra. hendak menikah lagi dengan putri Abu Jahal, Fatimah menyampaikan sikapnya yang menolak dimadu. Alasannya? “Aku takut kufur dalam iman (jika keluarga yang tadinya harmonis dalam monogami harus berubah menjadi poligami)”. Nabi sependapat dengan putrinya. “Fatimah adalah darah dagingku, siapa yang menyakitinya, ia menyakitiku”. Demikian diriwayatkan dalam berbagai hadist sahih. Sikap Fatimah yang jelas dengan alasan sederhana namun mendasar dan mendalam itu adalah cerminan dari pribadi Fatimah yang independen. Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti kehilangan kelola atas pilihan hidup dan keluarga.

Tetap Aktual dan Kontekstual

Asiyah, Maryam, Khadijah, dan Fatimah adalah role model yang masih dan akan tetap aktual dan kontekstual bagi muslimah modern saat ini. Saat bersuamikan laki-laki dzalim, Asiyah adalah inspirasi. Saat menjalani kehidupan lajang atau single parents, Maryam adalah teladan. Saat menjadi wanita karir yang sukses dan mapan, Khadijah adalah panutan. Saat menjadi ibu rumah tangga murni, Fatimah adalah contoh ideal. Mereka semua adalah perempuan yang berhasil memenangkan berbagai ujian kehidupan karena independensi keimanannya, keteguhan pribadinya, dan kekuatan ilmunya.

Seperti Asiyah, muslimah modern tak mudah menyerah mencari cara agar tetap eksis keimanannya, bertambah ilmunya, dan makin matang pribadinya, meski suami tak mendukung. Bukan sebaliknya, sekedar mempertahankan menutup aurat saja tak mampu karena takut suami. Seperti Khadijah, muslimah modern tak menjadi dominan saat kesuksesan material ada di tangan. Sebaliknya, keadaan itu membuatnya kian berdaya dalam menjalankan fungsi sebagai khalifah Allah menyinari keluarganya dan menerangi masyarakatnya. Seperti Maryam, muslimah modern tak akan terpengaruh dengan sinisme sekeliling jika memang berada di jalan yang benar. Ia tetap bersiteguh dalam kehidupan pribadinya yang terjaga kehormatannya, sambil terus bergerak melakukan amal saleh yang berjejak panjang. Lalu, seperti Fatimah, muslimah modern tetap memiliki eksistensi diri meski sehari-hari bergelut dan bergulat dengan urusan-urusan domestik. Perempuan independen dalam cahaya iman adalah sokoguru keluarga, masyarakat, dan dunia yang damai serta bermartabat.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
gandesdwia

gadis kecil yang memiliki prinsip hidup seperti dandelion, menebar kebaikan dan kebermanfaat untuk sesama manusia. Sedang mengenyam pendidikan antropologi budaya☺️

Artikel: 12

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *