Saat ini bisnis sudah bergerak mengikuti majunya teknologi yang semakin pesat. Istilah bisnis digital menjadi hal yang sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia, bahkan cukup digandrungi oleh kaum millenial. Teknologi membuat keadaan menjadi serba mudah, sehingga siapapun bisa dengan mudah memulai bisnis tanpa tempat yang luas dan modal yang besar.
Bisnis digital sangat erat kaitannya dengan technopereneur. Istilah Technopreneurship berasal dari gabungan kata “technology” dan “entrepreneurship”. Dimana technopreneur merupakan salah satu bagian dari perkembangan berwirausaha (entrepreneur), memberikan gambaran berwirausaha dengan menggunakan inovasi basis technologi. Konsep technopreneur didasarkan pada basis tekhnologi yang dijadikan sebagai alat berwirausaha, misalnya munculnya bisnis aplikasi online, bisnis security system, dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak technopereneur yang cukup terkenal. Salah satunya yakni Nadiem Makarin sebagai founder gojek yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pendidikan Republik Indonesia. Ada juga founder market place yang pastinya sudah tidak asing di telinga masyarakat, yakni William Tanuwijaya sebagai founder Tokopedia. Selain dua nama tersebut, masih banyak contoh technopereneur yang cukup terkenal khusunya di Indonesia.
Di dalam bisnis, seseorang tidak harus memiliki perusahaan besar, bahkan berskala global untuk bisa dibilang sebagai technopreneur. Nyatanya untuk menekuni bisnis ini, hanya perlu ide aplikasi atau website yang dikemas untuk memudahkan aktivitas sehari-hari. Hanya saja perlu di garis bawahi bahwa Teknologi merupakan bagian dari solusi yang diperlukan untuk memenuhi peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari banyaknya aspek entrepreneurship yang diperlukan. Teknologi memanglah hal yang penting tapi bukan lah segalanya dalam technopreneurship.
Sebagai seseorang yang ingin atau mungkin sedang menjalankan sebuah usaha, teknologi memang sebagai fasilitas, namun ide dan pengetahuan seputar usaha tetap menjadi komponen utama. Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi. Technology entrepreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yakni: menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan (profit).
Secara umum, ada dua jenis bisnis yang dapat membentuk technology entrepreneur (technopreneur), yakni: bisnis lifestyle dan bisnis pertumbuhan tinggi (high growth businesses). Bisnis lifestyle adalah suatu usaha yang umumnya tidak tumbuh dengan cepat. Bisnis seperti ini biasanya tidak menarik bagi investor profesional seperti angel investor atau pemodal ventura (venture capitalist). Bisnis tersebut tidak mempunyai potensi yang cukup untuk menghasilkan kekayaan yang signifikan. Seseorang mungkin ingin menjadi bos sendiri, mengatur jadwal sendiri, dan ingin memiliki kendali yang lebih besar. Jenis bisnis yang lain adalah bisnis pertumbuhan tinggi. Bisnis pertumbuhan tinggi memiliki potensi untuk menghasilkan kekayaan yang besar dengan cepat. Jenis bisnis ini umumnya berisiko tinggi namun juga memberikan imbalan yang tinggi, sehingga menarik bagi pemodal ventura (venture capitalists). Contoh-contoh perusahaan dengan bisnis petumbuhan tinggi adalah: Dell, Genzyme, EMC, Amgen, dan Biogen-Idec.
Perkembangan teknologi yang semakin berkembang seperti sekarang ini, membangun suatu bisnis bisa dikelola secara digital. Itu artinya tidak selalu harus dengan modal besar atau memiliki ide awal yang cemerlang. Namun, bisa juga dimulai dari keberanian menciptakan suatu inovasi untuk memberikan solusi atas masalah sehari-hari. Memulai dengan sesuatu yang kecil untuk kemudian menghasilkan sesuatu yang besar.