Banjir; Reaksi Alam Atas Ulah Manusia (Refleksi atas Bencana yang sedang terjadi saat ini)

Lingkungan hidup dan persoalannya merupakan realitas yang tidak dapat dihindari. Skala dan kompleksitas permasalahan (seperti pemanasan global, pencemaran udara, air dan tanah) telah mendatangkan ancaman yang serius bagi kehidupan eksositem. Salah satu persoalan yang belum berhasil diselesaikan adalah sampah.Beberapa peristiwa yang terjadi akibat penyebaran dan pembungan sampah, baik limbah industri maupun sampah rumah tangga telah menambah daftar panjang penyebabab kerusakan alam. Pencemaran udara akibat asap yang dihasilkandari pembakaran sampah atau asap industri, pembuangan limbah semakin mengancam kehidupan fauna dan flora.

Kemajuan industri dan perubahan gaya hidup manusia modern juga membawa dampak lain bagi alam. Gaya hidup konsumtif dan hedonis cenderung membuat manusia bermental instan yang akhirnya meninggalkan limbah padat dan sulit terurai. Hal ini tidak hanya memberikan dampak pada tanah tetapi juga dapat menyebabkan pencemaran udara, dan air. Lester Brown dalam bukunya State ot The World 1984, menguraikan bahwa “Kehilangan lapisan tanah subur pada lahan pertanian di seluruh dunia mencapai sekitar 22,7 miliar ton per tahun, jauh melebihi luas areal lahan buka baru disebabakan oleh limbah industri baik yang berasal dari rumah tangga maupun dari kawasan perindustrian”. (Sonny Keraf, 2010)

Pengembangan teknologi harus memperhatikan dampak dan pengaruhnya terhadap alam. Proses industri digalakkan secara besar-besaran dengan dalil untuk meningkatkan perekonomian negara, ternyata membawa dampak buruk terhadap alam. Limbah-limbah sisa hasil produksi tidak dikelola secara benar dan tidak sesuai dengan tata aturan lingkungan. Tanah permukaan menjadi tandus dan tidak subur, air sungai dan laut menjadi keruh, serta semua organisme yang menjadi terganggu di lingkungannya sendiri.

Data yang dirilis oleh United Nations (2014) bahwa saat ini sekitar 54 % dari total jumlah penduduk bumi bertempat tinggal di kota dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai seitar 66% pada tahun 2050. Kondisi ini sungguh memprihatinkan terutama masyarakat perkotaan,  sekaligus mengafirmasi bahwa rasionalitas mulai menguasi kehidupan manusia. Pembangunan kota yang lebih menguatamakan perkembangan fisik dengan tersedianya jaringan sarana dan prasarana  cenderung pada akhirnya mengakibatkan kuranganya ruang terbuka hijau. Realitas sumber daya yang ada digunakan hanya bertujuan untuk menata juga memperindah situasi dan tata kota. Kawasan hijau di alihfungsikan menjadi kawasan industri, permukimam, dan perdangangan yang melahirkan rentetan berbagai peristiwa alam lainnya. Kasus-kasus seperti ini membutuhkan penanganan dan pola pengelolaan lingkungan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan. (Sonny Keraf, 2006).

Pencemaran-pencemaran itu kini terjadi semakin luas dan dampakanya makin terasa pada beberapa negara di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang terindikasi negara darurat sampah. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2014, Indonesia menghasilkan sampah sekitar 187.2 juta ton per tahun yang menduduki peringkat kedua Negara penghasil sampah terbesar di dunia,  dengan penyumbang sampah terbesar adalah  limbah industri dan limbah rumah tanggah. Hal ini membutuhkan suatu kerja keras dan kerja serius agar negara ini terlepas dari cengkraman warganya sendiri. Peneglolaan dan pengolahan sampah selama ini hanya dibebankan kepada pemerintah. Sampah yang berasal dari berbagai sumber dikumpulkan dalam satu lokasi yang disebut dengan TPS, setelah itu dimuarkan ke TPA. Sistem pengelolaanseperti ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Yang terjadi adalah kita sedang memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Di Indonesia ditemukan beberapa kejadian penumpukan sampah hingga meresahkan warga. Tingakat kepadatan penduduk menyebabakan  penghasilan limbah atau sampah rumah tangga pun menjadi semakin besar. Data pada tahun 2007 di DKI Jakarta volume sampah mencapai 27.966m3/hari (6000 ton/hari) dengan peningkatan rata – rata 5 % setiap tahun. Pada tahun 2010 volume sampah diperkirakan akan mencapai 6.896 ton/hari dan pada tahun 2025 bisa mencapai 8.210 ton perhari. Dan penyumbang sampah terbesar adalah sampah rumah tangga ( 52,7%). (Dinas Kebersihan Jakarta, Bahan Paparan Gubernur tanggal 18 Juli 2008). Pada sisi lain lahan tempat pembuangan sementara dan akhir makin lama makin terbatas. Kondisi ini menimbulkan masalah – masalah  lain, seperti pengusiran paksa terhadap warga yang menghuni di beberaspa lokasi dengan dalil untuk penataan kota dan RTH. Terjadi longsor sampah di Daerah Leuwigajah Bandung tahun 2005 akibat penerapan sistem sanitatasi landfill yang tidak sesuai. Pada tahun 2006 terjadi hal yang sama di Bantar Gebang Bekasi yang menewaskan 3 orang. Peristiwa – peristiwa ini menimbulkan keresahan juga sekaligus melahirkan konflik baik horisontal maupun vertikal. ( Sri Wahono, 2007) dan (Berkah Gamulya, 2008).

Konflik yang terjadi menunjukkan bahwa perencanaan pengolahan sampah oleh pemerintah daerah belum optimal. Paradigma baru pengolahan sampah bertumpu pada upaya menangani sampah sebanyak mungkin sejak dini akan mengurangi sampah dari sumbernya dengan memberdayakan masyarakat di tingkat RT dan RW untuk mengelola sampah sendiri. (Pius Ginting, 2008). Pengelolan sampah saat ini telah dilakukan pada baberapa negara seperti, Thailand, India, Nepal, dan termasuk Indonesia. Di Indonesia pengeloalaan sampah berbasis masyarakat telah diterapkan di beberapa kota seperti Jakrata, Bekasi, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan Bali. ( Gede Sang Purnama, 2008).

Penelitian yang dilakuakan oleh Catur Puspawati pada Masyarakat Kampung Rawajati Jakarta Selatan menunjukan bahwa penerapan sistem pengolahan sampah berbasis masyarakat di RW 03 Kampung Rajawati dapat menurunkan berat sampah melalui melalukan kegiatan reuse, daur ulang sampah, dan pembuatan kompos, sedangkan kegiatan pemilahan dan reduce tidak berpengaruh terhadap penurunan jumlah atau berat sampah. Selain itu juga penurunan berat sampah juga terjadi sangat signifikan pada keluarga yang mengikuti pelatihan. Dan hasil yang lainnya adalah menigkatnya jumlah anggota rumah tangga yang teratih mengelola sampah.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yuni Puspitawati dan Mardwi Rahrdiawan tentang Kajian Pengelolaan Sampah berbasis Masyarakat dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon, dengan 3 sasaran utama yaitu identifikasi karakter sosial masyarakat yang mempengaruhi partisipasi, analisisi kapasitas partisipasi, dan analisisi manfaat. Tumbuhnya partisipasi masyarakat tidak lepas dari faktor karakter sosial  masyarakat di mana karakter sosial menjadi modal sosial yang dapat menimbulkan perasaan memiliki bagi masyarakat (sense of community), rasa percaya (trust), dan solidaritas antaranggota kelompok memungkinkan adanya kerja sama

Untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan dengan berasaskan kerja sama, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu diarahkan agar usaha pendayagunaan tetap memperhatikan keseimbangan kelestarian lingkungan. Refleksi kritis ini akan melahirkan suatu upaya pemeliharaan  sumber alam dan lingkungan hidup serta rehabilitasi dari yang mengalami kemunduran maupun kerusakan menjadi lebih disempurnakan dengan meningkatkan swadaya dan keikusertaan masyarakat. Kesamaan persepsi dan kesadaran warga akan menjadi dasar dari keberhasilan cita–cita ini. Karena itu, setiap pembicaraan mengenai pandangan dunia dan ekologi harus dimulai dengan suatu penghargaan terhadap hubungan-hubungan yang berbeda di antara berbagai masyarakat manusiawi, sehigga mereka yang mendapat manfaat dari hutan kota dan pengolahan sampah mempunyai motivasi dan inisiatif untuk mengelola dan memeliharanya. Oleh karena itu perlu ada kesempatan untuk melakukan sosialisasi, pelatihan serta peningkatan mutu dari masing–masing pihak yang terkait.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Alexius Andiwatir, S.Fil, M.Si

Alex Andiwatir, seorang pendidik, Mendalami Psikologi Pendidikan, Menyukai Filsafat dan Hal-Hal Baru, serta diskusi sambil ngopi.

Artikel: 4

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *