Penanganan-pasca-panen-hortikultura

Menekan Risiko Kehilangan Hasil Panen Komoditas Hortikultura Melalui Good Handling Practices (GHP)

Setiap orang yang menanam tanaman pastilah harapannya adalah dapat tumbuh dengan subur dan hasil panennya bisa mencukupi kebutuhan ataupun dijual dalam jumlah yang diharapkan. Akan tetapi, seringkali harapan tidaklah sejalan dengan kenyataan di lapangan. Banyak dari petani yang mengalami kehilangan hasil panen pada tahap pascapanen entah itu akibat hama, busuk, cacat, atau hal lainnya sehingga yang seharusnya dapat bernilai ekonomis justru berakhir menyedihkan dan tak tersentuh di tempat sampah.

Kehilangan hasil panen merupakan masalah yang menjadi momok bagi para produsen, dalam hal ini adalah petani. Ini menggambarkan investasi gagal yang dapat mengurangi pendapatan petani, karena biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan pestisida yang sudah dikeluarkan tidak menghasilkan pendapatan. Kehilangan hasil panen juga turut memberikan dampak terhadap lingkungan yakni timbulnya emisi gas rumah kaca yang terbuang percuma, penggunaan air dan tanah yang tidak efektif dan efisien sehingga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem nantinya.

Komoditas hortikultura, baik sayuran ataupun buah-buahan harus sesegera mungkin dilakukan penanganan pascapanen agar mutunya tetap terjaga dan memperkecil berbagai kemungkinan terjadinya kehilangan hasil yang berujung pada kerugian. Hal ini karena hortikultura termasuk produk pertanian yang apabila selesai dipanen tidak ditangani secara tepat akan cepat mengalami kerusakan akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis.

Kehilangan hasil produk pertanian merupakan hal yang terjadi secara alamiah setelah dipanen akibat aktivitas berbagai jenis enzim yang menyebabkan penurunan nilai ekonomi dan gizi. Kerusakan hortikultura dapat dipercepat bila penanganan selama panen atau sesudah panen kurang baik. Sebagai contoh, komoditi tersebut mengalami luka memar, tergores, atau tercabik atau juga oleh penyebab lain seperti adanya pertumbuhan mikroba.

Produk hasil pertanian merupakan produk yang memiliki sifat perishable atau mudah rusak setelah dilakukan pemanenan. Sifat yang demikian ini menjadikan produk pertanian setelah dipanen haruslah dilakukan penanganan pascapanen untuk menjaga kualitas dari produk tersebut dari kerusakan fisiologis yang dapat menurunkan harga produk tersebut. Pascapanen sendiri tujuannya adalah untuk mempertahankan mutu produk segar sehingga saat sampai di tangan konsumen masih dalam kondisi yang baik. Selain itu, penanganan pascapanen juga dapat memperpanjang umur simpan produk dan meningkatkan nilai ekonomis produk pertanian.

Apa Itu Penanganan Pascapanen?

Penanganan pascapanen atau postharvest dapat diartikan sebagai bentuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi secara langsung dalam bentuk segar atau untuk persiapan pengolahan berikutnya yang meliputi pembersihan, sortasi, grading, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan. Tujuan dari penanganan pascapanen adalah untuk mencegah terjadinya susut bobot, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak diinginkan, mencegah kontaminasi bahan asing, dan mencegah kerusakan fisik.

Penanganan pascapanen sangat mempengaruhi mutu produk hasil pertanian. Upaya untuk dapat mempertahankan mutu dan keutuhan hasil pertanian agar tetap segar sampai ke tangan konsumen perlu memperhatikan dan menerapkan teknologi pascapanen yang sesuai. Penanganan pascapanen untuk mempertahankan mutu dari produk yang dihasilkan haruslah penanganan pascapanen yang baik dan benar atau berbasis good handling practices (GHP). Fokus GHP adalah untuk menekan susut hasil, mempertahankan kesegaran, meningkatkan daya saing, serta memberikan keuntungan yang optimal bagi petani.

Faktor-faktor Penyebab Kehilangan Hasil Panen

  1. Serangan Hama dan Penyakit
    Hama dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi organisme lain, dsb) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem, dll). Pada dasarnya semua organisme dalam keadaan seimbang (terkendali) jika tidak terganggu keseimbangan ekologinya. Di lokasi tertentu, hama dan penyakit tertentu sudah ada sebelumnya atau datang (migrasi) dari tempat lain karena tertarik pada tanaman padi yang baru tumbuh. Perubahan iklim, stadia tanaman, budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami, dan cara pengendalian mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit.
  2. Penanganan Pascapanen yang Tidak Tepat
    Penanganan pascapanen yang kurang baik dan benar dapat mengakibatkan tanaman mengalami kehilangan hasil yang sangat berpengaruh pada hasil produksi yang dihasilkan.

Karakteristik Komoditas Hortikultura

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai bagaimana tahapan-tahapan dari penanganan pascapanen yang baik atau good handling practices pada produk hortikultura, alangkah baiknya jika kita menengok seperti apa karakteristiknya agar tidak salah langkah dalam penanganannya nanti.

Tanaman-hortikultura
Ilustrasi/Foto: kebun.co.id
  • Komoditas hortikultura akan mengalami kerusakan apabila disimpan dalam suhu yang tidak sesuai. Kerusakan akibat suhu yang tidak sesuai ini terdiri dari kerusakan pada buah atau sayuran yang disimpan dalam suhu di bawah titik beku (freezing injury), kerusakan pada buah atau sayuran apabil disimpan pada suhu yang lebih rendah daripada suhu penyimpanan yang cocok bagi produk tersebut (chilling injury), dan kerusakan buah dan sayuran apabila terpapar sinar matahari langsung (heat injury).
  • Hortikultura, terutama sayuran merupakan sumber provitamin A, vitamin C, dan mineral dan terutama dari kalsium dan besi. Jadi, produk hortikultura bukanlah didahulukan sebagai sumber protein ataupun karbohidrat.
  • Nilai ekonomis tergantung dari mutu produknya. Konsumen tentunya mengingingkan produk yang segar dan sehat tanpa cacat. Apabila terdapat sedikit saja kerusakan seperti layu atau berlubang maka nilai ekonomisnya akan cenderung turun.
  • Tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Ini dikarenakan komoditas hortikultura mempunyai umur simpan yang berbeda-beda pada masing-masing jenis komoditinya tergantung dari karakteristiknya.

Tahapan Good Handling Practices (GHP)

Beberapa penanganan pascapanen yang baik dan umum dilakukan adalah pencucian, perbaikan bentuk kulit (curing), sortasi, pelilinan, penghilangan warna hijau (degreening), pengemasan dan pengepakan yang akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

  1. Pencucian
    Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi kotoran baik secara fisik, kimia, ataupun biologi serta menghilangkan residu.  Pencucian tidak dilakukan pada sayuran yang teksturnya lunak dan mudah rusak. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir atau untuk hasil yang lebih baik dapat menggunakan air yang telah dicampur dengan klorin untuk menghilangkan mikroba. Setelah pencucian, komoditas dikeringkan dengan cara meniriskannya ditempat terbuka atau dengan mengalirkan udara panas.
  2. Perbaikan Bentuk Kulit (Curing)
    Curing dilakukan pada komoditas sayuran atau buah yang mengalami kerusakan kulit agar kulitnya kembali bagus. Beberapa komoditas yang biasanya perlu di-curing adalah kentang, bawang merah, bawang putih, ubi jalar, dan lain sebagainya. Curing dilakukan sebelum komoditas disimpan atau dipasarkan. Curing dilakukan dengan membiarkan bahan untuk beberapa hari pada suhu ruang. Curing dapat juga dilakukan dengan penyimpanan suhu dibawah suhu ruang dan kelembaban yang tinggi. Selain memperbaiki bentuk kulit, curing juga dapat menurunkan kadar air yang dapat mencegah pertumbuhan jamur.
  3. Sortasi
    Salah satu karakteristik dari hortikultura yaitu nilai ekonomisnya tergantung pada mutu komoditas tersebut. Oleh karena itu proses pemisahan antar komoditas (sortasi) yang bermutu rendah dengan komoditas bermutu tinggi perlu dilakukan. Pemisahan tersebut berdasarkan ukuran, tingkat kematangan, rusak, lecet, memar, busuk, warna dan sebagainya. Perlakuan sortasi tergantung juga kepada tempat pemasarannya.
  4. Pelilinan
    Pelilinan dilakukan dengan tujuan menghambat respirasi dan transpirasi untuk menjaga kesegaran buah atau sayur. Selain menjaga kesegaran, pelilinan dilakukan untuk memperbaiki warna produk hortikultura. Hal ini karena konsumen menyukai produk dengan warna yang menarik. Ketebalan lilin harus disesuaikan agar tidak terlalu tebal untuk menghindari kebusukan. Beberapa cara pelilinan yang umum yaitu pmbusaan (foaming), penyemprotan (spraying), pencelupan (dipping), atau dengan cara disikat (brushing). Namun, cara yang paling banyak digunakan adalah dengan cara pembusaan dan penyikatan karena pengerjaannya lebih mudah dan praktis.
  5. Penghilangan Warna Hijau (Degreening)
    Degreening dilakukan untuk menyeragamkan warna dan menjadikan warna buah dan sayur lebih khas melalui penambahan gas etilen atau asetilen. Kematangan dan dekomposisi klorofil menentukan lamanya proses penghilangan warna hijau pada buah atau sayur.
  6. Pengemasan dan Pengepakan
    Pengemasan dilakukan untuk mempertahankan mutu buah dan sayur serta menghindari kerusakan buah atau sayur akibat gesekan. Pengemasan dilakukan secara bertahap dimana pada tahap pertama (primer), sayur atau buah dikemas dengan bahan plastik atau kertas agar bahan terhindar dari kerusakan akibat gesekan atau benturan sesama bahan maupun dengan benda lain sehingga mutunya dapat tetap dipertahankan. Selanjutnya dilakukan tahap kedua (sekunder) dimana produk dikemas karton atau kotak kayu untuk kemudian dikirim ke ruang pendingin.

Melalui good handling practices (GHP), diharapkan kehilangan hasil panen produk-produk hortikultura dapat ditekan sehingga meminimalisir adanya kerugian bagi petani. Perlu dicatat bahwasanya perlakuan pascapanen pada produk pertanian tidaklah sama, dimana ini tergantung dari jenis produknya.

Referensi:

Samad, M.S. 2008. Pengaruh Penanganan Pasca Panen terhadap Mutu Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 8(1): 31-36.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Reva Almalika

Seorang mahasiswa Agribisnis yang sedang berada pada tahun terakhir perkuliahan. Suka menuangkan pemikiran ke dalam suatu tulisan.

Artikel: 27

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *