PRAM: Prototipe Masa Depan Penghasil Listrik Luar Angkasa. Benda Apakah itu?

Ilmuan berhasil menangkap cahaya dari luar angkasa menggunakan panel surya yang dikirimkan bersama pesawat tak berawak X-37B Pentagon yang memutari bumi setiap 90 menit. X-37B adalah kendaraan udara tak berawak rahasia yang dioperasikan oleh Angkatan Udara AS yang mampu melakukan penerbangan luar angkasa berdurasi lama sebelum kembali ke Bumi, seperti Pesawat Ulang-alik. Panjangnya 29 kaki dan tinggi 9,5 kaki dengan lebar sayap sekitar 15 kaki. Pesawat ini memiliki ruang kargo seukuran truk pickup dan beratnya bisa mencapai 11.000 lbs saat diluncurkan. Panel Surya ini dikenal dengan nama Photovoltaic Radiofrequency Antenna Module (PRAM) yang pertama kali diluncurkan pada Mei 2020. Berdasarkan eksperimen tersebut PRAM yang berukuran 30×30 cm atau seukuran kotak pizza mampu menghasilkan sekitar 10 Watt energi untuk transmisi yang mampu mengisi daya sebuah tablet. Pada Januari 2021, Jaffe dan PRAM co-leader Chris DePuma, merilis hasil pertama dari eksperimen mereka di IEEE Journal of Microwaves yang menunjukkan eksperimen tersebut berhasil.

Berita tersebut merupakan kabar yang cukup membuat kita tercengang, sekelibat kita akan membayangkan kehidupan di masa depan yang begitu canggih. Listrik yang biasa kita gunakan berasal dari tenaga Uap, Air, Angin, lalu belakangan energi terbarukan surya. Matahari sumber  energi yang tidak akan pernah habis menjadikan panel surya laris digunakan dan dikembangkan. Namun, kekhawatiran terjadi ketika cuaca yang semakin tidak terdeteksi dari tahun ke tahun. Hal ini berdampak pada kestabilan pasokan energi listrik dari panel surya. Kita tidak pernah tahu kapan cahaya matahari akan terus ada, belum lagi faktor cuaca, mendung, dan lain sebagainya. Sebagai bentuk inovatif dari kekhawatiran tersebut, Para Ilmuan akhirnya membuat panel surya yang bisa di kirimkan ke luar angkasa dimana cahaya matahari akan terus ada tidak mengenal siang dan malam. Mengutip dari laman CNN, Paul Jaffe salah satu pengembang dari PRAM ini mengatakan bahwa energi matahari yang di dapatkan diluar angkasa lebih besar dibandingkan dengan yang ada di bumi. Hal ini disebabkan oleh cahaya matahari yang terdifusi ketika melewati Atmosfer sehingga menjadikan langit  berwarna biru. Dengan memasok cahaya yang belum terdifusi di luar angkasa, tentu saja PRAM lebih banyak mendapatkan energi dibandingkan di bumi.

Teknologi ini apabila dikembangkan akan menjadi antena surya antariksa selebar satu kilometer, Proyek ini akan memancarkan gelombang mikro yang kemudian akan diubah menjadi energi listrik bebas bahan bakar ke bagian manapun di planet ini dalam sekejab. Tentunya membutuhkan peluncuran lusinan panel ke luar angkasa. Sesuatu yang sangat menakjubkan. Layaknya internet, Listrik dengan pengembangan teknologi ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan menggunakan tenaga yang ada di bumi yakni transmisi global. Hanya membutuhkan waktu sepersekian detik, kita bisa mengirimkan listrik ke Chicago misalnya.

Karena masih dalam proses pengembangan, PRAM yang di danai oleh Pentagon, Operational Energy Capability Improvement Fund (OECIF) dan US Naval Research Laboratory di Washington, DC masih menguji sistem teknologi ini bekerja dengan baik. Pertama, Para Ilmuan masih mengembangkan proses transmisi listrik dari luar angkasa ke bumi. Ilmuan harus menguji sistem kerja panel dalam mendeteksi titik penerima gelombang mikro. Selain itu dari penerima gelombang mikro juga harus siap menerima. Artinya, Bagaimana Ilmuan melalui PRAM ini bisa mengkoneksikan titik pengrim dan penerima. Kedua, Untuk mentransmisikan  listrik dari luar angkasa tentunya harus memastikan Panel tetap memiliki suhu yang hangat. Elektronik yang dingin menurunkan kemampuannya untuk menghasilkan tenaga saat memanas. Sekarang PRAM menghabiskan sekitar setengah dari setiap putarannya dalam kegelapan dan cuaca dingin. Sebagai langkah untuk menempatkan PRAM pada orbit baru, ilmuwan kemudian melakukan eksperimen dengan menggunakan pemanas untuk menjaga suhu hangat yang konstan serta membuktikan seberapa efisiennya jika panel berputar 36.000 kilometer dari Bumi. Dan itu berhasil.

Sumber : CNN

Faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan proyek ini juga adalah Dana. Seperti yang kita ketahui, Proyek luar angksa itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum diketahui berapa dana yang digelontorkan pada proyek PRAM ini. Namun sebagai gambaran pengeluaran biaya dalam satu kali penerbangan,  melansir dalam laman medcom.id, Rocket Lab, Perusahaan Amerika Serikat menawarkan program khusus peluncuran satelit kecil dengan biaya kisaran antara USD 5 juta (Rp71,2 miliar) hingga USD6 juta (Rp85,5 miliar) per penerbangan. Negara AS dan Eropa misalnya memiliki dana khusus dalam penelitian dan eksplorasi luar angksa. The National Aeronautics and Space Administration (NASA) bertugas untuk mengembangkan dan mengoperasikan berbagai program luar angkasa milik AS dengan banyaknya program eksplorasi luar angkasa telah menghabiskan dana USD 18 Miliar (Rp. 184,6 triliun). The Russian Federal Space Agency, yang juga dikenal sebagai Roscosmos, bertanggungjawab atas riset dan berbagai program luar angkasa Rusia menghabiskan dana USD 5,6 Miliar (Rp.57,43 triliun). European Space Agency (ESA)  bermarkas di Paris juga menumpahkan seluruh fokusnya pada program-program eksplorasi ruang angkasa dengan menghabiskan dana USD5,3 Miliar (RP.54,36 triliun). Bukan sekedar ketertarikan belaka, luar angkasa memberikan pegetahuan yang dapat membawa dampak yang bermanfaat bagi manusia salah satunya yang sedang kita bahas saat ini, Panel surya luar angkasa.

Dalam upaya untuk mengukur manfaat yang diperoleh dari eksplorasi ruang angkasa,NASA  menghitung bahwa 444.000 nyawa telah diselamatkan, 14.000 pekerjaan telah diciptakan, pendapatan 5 miliar dolar telah dihasilkan, dan telah ada pengurangan biaya sebesar $ 6,2 miliar karena spin-off. program dari penelitian NASA.  NASA menyatakan bahwa di antara banyak teknologi spin-off yang dihasilkan dari program eksplorasi ruang angkasa, terdapat kemajuan penting di bidang kesehatan dan kedokteran, transportasi, keselamatan publik, barang konsumen, energi dan lingkungan, teknologi informasi, dan produktivitas industri.  Panel surya, sistem pemurnian air, formula makanan dan suplemen, inovasi ilmu material, serta sistem pencarian dan penyelamatan global adalah beberapa cara di mana teknologi ini telah menyebar ke dalam kehidupan sehari-hari.

Tiongkok pun tidak menutup mata akan hal ini, Pemerintah Tiongkok sudah membangun panel surya di Kota Chongqing yang akan dikembangkan untuk peluncuran ke luar angkasa. Meski baru dalam pengembangan tahap awal, peneliti China Academy of Space Technology Corporation Pang Zhihao menyebut panel surya daya ini menjanjikan sumber energi bersih yang tidak terkira untuk manusia. Perbandingan energi yang di dapatkan bisa enam kali lebih besar dibandingkan panel surya yang ada di bumi. Para Ilmuan Tiongkok ini merencanakan akan meluncurkan panel surya berukuran sedang hingga besar diantara 2021 hingga 2025. Di Tahun 2030 Tiongkok akan meluncurkan kapasitas yang lebih besar lagi untuk mendapatkan energi hingga megawatt.

Meskipun masih dalam tahap pengembangan dengan cita-cita menerangi bumi dalam sekejab, sebagai langkah awal pengembangan proyek ini bisa dilakukan dalam membantu daerah yang terkena bencana misalnya. Karena faktor tersebut, kebutuhan akan listrik tentunya sangat dibutuhkan secara cepat. Maka dengan PRAM dapat memudahkan pemasokan listrik di daerah tersebut.

Sumber :

https://www.forbes.com/sites/scottsnowden/2020/05/27/solar-power-experiment-launches-on-secret-space-plane/?sh=63adbc833e17

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/25/090500823/ilmuwan-berhasil-panen-sinar-matahari-di-luar-angkasa?page=all

en.wikipedia.org

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Rizka Nurfadillah

Seorang lulusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sedang asik menulis dan wara-wiri baik di dunia nyata maupun maya.

Artikel: 11

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *