Fake Productivity

Fake Productivity: Aktivitas Produktif Tanpa Arah Tujuan

Menjadi produktif berarti mendorong kita untuk melakukan sebuah aktivitas yang menghasilkan sesuatu dan mempunyai nilai atau makna. Jika hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa, kita dianggap membuang waktu dan terkesan malas. Oleh karena itu, saat ini banyak orang yang berlomba-lomba menunjukkan bahwa dirinya adalah seseorang yang produktif.

Lalu, bukannya menjadi produktif itu merupakan hal yang positif?

Memang benar adanya, produktif memberikan dampak positif untuk kehidupan kita. Namun, apakah kita “benar-benar produktif” atau hanya sekedar melakukan banyak hal untuk “terlihat produktif” saja?.

Penulis buku berjudul Unsubscribe, yakni Joceyln K. Glei, menyatakan bahwa orang-orang pada umumnya sangat pandai membuat diri sendiri berada dalam kesibukan, akan tetapi sangat buruk untuk meluangkan waktu dalam menghasilkan kerja yang terbaik.

Glei menjelaskan bahwa mengapa banyak orang merasa kecanduan untuk melakukan fake productivity karena tugas-tugas yang dikerjakan biasanya cenderung lebih kecil dan tidak membutuhkan perhatian khusus. Meskipun begitu, fake productivity tetap menonjolkan seseorang terlihat sibuk, bukan?

Fake Productivity

Sumber: ask.careers

Namun, ternyata, tidak semua orang menyadari—atau mungkin kita— telah melakukan fake productivity dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu indikatornya adalah ketika seseorang mempunyai sifat perfeksionis. Meskipun tidak selamanya buruk, akan tetapi penerapan hal ini bisa menggiring kita untuk melakukan fake productivity.

Contohnya saja seperti ini, kita sedang melakukan dekorasi kamar tidur, tujuan utamanya adalah menjadikan ruangan tersebut nyaman untuk beristirahat. Kita telah menyiapkan barang-barang utama, seperti tempat tidur, karpet, bantal, selimut hingga menggunakan air conditioner untuk menjadikan ruangan lebih sejuk.

Akan tetapi, sifat perfeksionis yang kita miliki mendorong diri sendiri untuk melakukan “hal spesifik” untuk menjadikan ruangan tersebut terlihat lebih sempurna. Misalnya saja seperti menyusun jajaran koleksi buku di rak berdasarkan warna dan ukuran, menempelkan hiasan dinding kamar sesuai dengan tema yang diusung, hingga menambahkan tanaman-tanaman di pot kecil untuk menonjolkan kesan asri.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan melakukan hal di atas. Namun, apakah kegiatan tersebut merupakan “inti utama” dari perkerjaan yang dilakukan?

Fake Productivity

Sumber: forbes.com

Omid Safi, seorang pria yang mempunyai kedudukan sebagai seorang Direktur di Pusat Pembelajaran Islam Universitas Duke, memaparkan bahwa bagaimana bisa kita—manusia— tidak dapat menyediakan waktu luang dan terus melakukan kegiatan tanpa henti. Meminimalisir waktu luang yang bisa digunakan untuk refleksikan diri, lebih sedikit waktu untuk komunitas yang kita ikuti, atau hanya sekedar untuk menikmati momen yang ada.

Selain itu, fake productivity lainnya adalah multitasking. Sekilas, kegiatan multitasking menjadi aktivitas yang paling umum dilakukan, khususnya pada kaum wanita. Biasanya, tujuan utama dilakukannya multitasking adalah untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.

Terdapat penelitian yang mengkaji tentang efek multitasking pada diri seseorang. Ternyata, kegiatan ini tidak disarankan untuk dilakukan dalam jangka panjang. Terlebih lagi dengan stereotip bahwa kaum wanita lebih unggul melakukan multitasking dibandingkan pria. Apakah hal tersebut benar adanya?

Nyatanya, terdapat sebuah studi yang dilakukan oleh Patricia Hirch, Iring Koch, dan Julia Karbach, melibatkan 96 partisipan yang terdiri dari pria dan wanita dalam penelitiannya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kaum wanita tidak lebih baik dalam melakukan multitasking. Hal ini bisa terjadi karena kegiatan multitasking menjadikan otak kita lebih lelah dan menjadikan performanya tidak optimal.

Fake Productivity

Sumber: squarespace.com

Hal yang tidak boleh terlewatkan untuk mengetahui apakah kita melakukan fake productivity adalah ketika terlalu mendorong diri sendiri saat melakukan sesuatu. Iya, terkadang semangat yang tinggi menjadikan kita ingin melakukan sesuatu dengan cepat tanpa mengenal waktu dan kondisi diri sendiri. Pada kenyataannya, hal seperti ini justru tergolong dalam fake productivity.

Begini contohnya, dalam suatu kondisi, kita memaksakan diri untuk mempelajari berbagai macam materi pembelajaran kuliah dalam waktu yang bersamaan. Padahal kita tahu, tubuh dan otak kita sedang kelelahan dan membutuhkan istirahat. Namun, karena kita merasa belum memahami materi tersebut dengan baik, pada akhirnya kita mengabaikan rasa lelah tersebut dan terus menerus belajar.

Terlihat sangat produktif dengan mempelajari materi baru. Tapi pada kenyataanya, apa yang kita lakukan hanya sebatas fake productive saja.

Fake Productivity

Sumber: newstalk1290.com

Untuk menghindari aktivitas yang sebenarnya tidak wajib untuk dilakukan, kita dapat menerapkan beberapa strategi khusus untuk meminimalisirnya. Pada buku Declutter Your Mind: How To Stop Worrying, Relieve Anxiety, and Eliminate Negative Thinking, terdapat beberapa strategi yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.    Prioritaskan Kegiatan Penting

Memang banyak kegiatan yang dapat kita lakukan dalam satu waktu. Namun, kita harus mulai belajar untuk memprioritaskan kegiatan penting yang wajib diselesaikan. Misalnya saja kita dapat melakukan dua kegiatan, yakni menyelasikan tugas dari atasan dan menonton series film favorit. Kita pasti tahu bukan mana kegiatan yang sekiranya wajib diprioritaskan?

2.    Membersihkan Komitmen Diri

Membersihkan komitmen diri di sini dalam artian adalah kita harus menata ulang komitmen diri sendiri dalam melakukan sesuatu. Untuk mempermudah, kita bisa menuliskan hal-hal penting pada buku catatan, setelah itu jabarkan kegiatan tersebut jika tidak diprioritaskan, apakah dampaknya akan buruk atau sebaliknya.

Dengan membersihkan komitmen pada diri sendiri, kita jadi memahami bahwa sebenarnya, mungkin pada masa-masa sebelumnya, kita sering abai dengan kegiatan penting yang seharusnya diprioritaskan dan mendahulukan kegiatan lainnya. Padahal, kegiatan yang tidak begitu penting tersebut tidak relevan dengan komitmen diri sendiri.

3.    Fokus Pada Tujuan Penting

Fokus pada tujuan penting dalam hidup kita memang bukanlah hal yang mudah. Pasti akan banyak distraksi yang menjadikan kita abai dan melakukan hal lain yang tidak begitu penting.

Tujuan yang ingin dicapai tidak harus mempunyai jumlah yang banyak. Cukup dengan tiga tujuan, kita harus tetap fokus untuk mengerjakannya hingga hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pastikan jika tujuan tersebut memang ingin kita gapai, sehingga tetap semangat dan mempunyai tekad yang kuat untuk mewujudkannya.

4.    Membangun Waktu Khusus

Menjadi produktif bukan berarti menyita seluruh waktu yang kita miliki. Bangun waktu khusus untuk tidak melakukan hal apa pun atau lakukan kegiatan yang sekiranya ingin dilakukan. Misalnya saja seperti bersantai di teras sembari mengobrol, bermain bersama hewan peliharaan atau sekedar bermain video games untuk menghilangkan rasa penat.

5.    Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu

Tidak dapat dipungkiri, mengerjakan tugas dalam pekerjaan memang membutuhkan konsentrasi tinggi untuk menyelesaikannya, sehingga wajar ketika kita merasakan perasaan malas supaya dapat selesai tepat waktu. Namun, bukannya semakin menunda pekerjaan akan menjadikannya semakin berat untuk dikerjakan?

Oleh karena itu, meskipun tidak mudah, usahakan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Selain kegiatan produktivitas kita dialokasikan pada hal yang benar-benar penting, dengan selesai tepat waktu, kita dapat memperoleh waktu untuk melakukan hal yang disukai. Bukankah hal tersebut yang ingin kita lakukan setelah lelah bekerja, bukan?

Fake productivity memang akan selalu dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupannya. Meskipun tidak memberikan dampak negatif pada kehidupan, akan tetapi alangkah bijaknya kita dapat mengetahui hal-hal yang seharusnya diprioritaskan terlebih dahulu.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Lia Rahma Pradhita

Drowned sun.

Artikel: 8

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *