SEO, Social Media, dan Affiliate Marketing: Mengenal Lebih Dalam Strategi Marketing Paling Efektif di Indonesia

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi membawa perubahan besar terhadap hampir semua sektor, termasuk dalam proses transaksi jual beli. Pada beberapa dekade yang lalu, transaksi jual beli dilakukan secara konvensial dimana ada keterlibatan komunikasi secara fisik. Baik di tempat transaksi tradisional seperti di pasar rakyat hingga mall di kota-kota besar semuanya menggunakan model transaksi serupa.

Namun sekarang, ketika teknologi dan informasi berkembang ditandai dengan lahirnya banyak start-up, model transaksi konvensional mulai ditinggalkan. Perkembangan teknologi ini lantas memperkenalkan model transaksi jual beli tanpa menghadirkan penjual dan pembeli secara fisik dan dilakukan 100% secara digital.

Dari model RekBer (Rekening Bersama) ala KasKus hingga jaminan pembayaran ala Shopee, Tokopedia, Lazada, dan toko digital lainnya, model transaksi seperti ini selalu mengalami perkembangan pesat demi memberikan pengalaman yang aman dan terpercaya bagi konsumen dan penjual.

Mengetahui perkembangan transaksi yang sudah hijrah dari model luring ke daring, mekanisme pemasaran produknya pun juga harus fleksibel dengan menyasar konsumen melalui dunia maya. Dengan berkembangnya teknologi pertukaran informasi jarak jauh melalui jaringan internet, strategi pemasaran tidak lagi bertumpu pada pemasangan baliho di jalan raya atau melalui sebaran poster ke setiap target konsumen.

Oleh karenanya, setiap produsen produk harus secara cermat memilih media promosi produknya. Selain harus cermat memilih media, produsen juga harus efisien dalam mengelola biaya pemasaran produk. Berkenaan dengan itu, berikut penulis jabarkan 3 strategi pemasaran digital terpopuler di Indonesia.

Search Engine Optimalization

Bagi yang aktif bersosial media, pastinya pernah mendengar strategi pemasaran digital yang satu ini. Kendati banyak yang pernah mendengar, namun tidak banyak yang mengetahui sisi konseptual dan operasional dari strategi Search Engine Optimalization (SEO) ini karena diskusi dan penerapannya yang terbatas pada lingkungan-lingkungan tertentu.

Dilansir dari situs moz.com, situs yang didedikasikan untuk mempromosikan strategi pemasaran digital, SEO adalah salah satu strategi yang memiliki 3 keunggulan secara umum, yaitu; 1) quality of traffic, 2) quantity of traffic, dan 3) organic results.

Quality of traffic berkaitan erat dengan kualitas pengunjung yang mengunjungi situs. Sebagai pihak yang ingin memasarkan produk atau jasa melalui situs digital, tentunya kita memiliki target pemasaran produk khusus. Disini, SEO berfungsi untuk menjaring sebanyak mungkin pengunjung yang memang tertarik dengan produk tersebut sehingga perilaku pengunjung tidak hanya melihat, namun terpengaruh untuk membelinya. Pada akhirnya, pengunjung yang berkualitas akan secara otomatis meningkatkan angka penjualan produk.

Selain kualitas, SEO juga berpotensi untuk mempengaruhi kuantitas pengunjung. Melalui penggunaan kata kunci yang tepat dalam pemasaran digital di situs produk, maka algoritma mesin pencari seperti Google akan secara otomatis mengarahkan pengunjung untuk mengunjungi situs tersebut. Dengan kata lain, SEO meningkatkan kualitas dan kuantitas pengunjung dalam situs yang kita punya.

Selain itu, SEO juga berfungsi untuk menciptakan hasil pencarian yang organik tanpa mengeluarkan modal untuk membayar slot iklan. Dalam dunia pemasaran digital, khususnya SEO, ada 2 jenis hasil pencarian, yaitu berbayar dan organik. Hasil pencarian berbayar mengharuskan kita untuk membayar uang kepada perusahaan seperti Google untuk membeli slot iklan sehingga situs kita secara otomatis akan berada di posisi paling atas dalam tingkat hasil pencarian. Sebaliknya, strategi organik tidak memerlukan biaya iklan untuk menjaring pengunjung. Hasil organik bertumpu pada implementasi strategi penempatan kata kunci yang sedang populer dan timing yang sesuai dengan kondisi kala itu.

Social Media Marketing

Berbeda dengan SEO yang hanya digunakan oleh kalangan-kalangan produsen tertentu, pemasaran melalui media sosial sudah diterapkan oleh hampir semua produsen digital dalam memperkenalkan sekaligus memasarkan produknya.

Hal ini dikarenakan oleh kemudahan akses dan penggunaan dari media sosial tersebut setelah menjamurnya tren start up dewasa ini. Uniknya, dalam strategi pemasaran digital melalui media sosial ini, tidak hanya penjual produk yang berkompetisi dengan penjual lain untuk mendapatkan pelanggan, namun pengembang start up juga turut berlomba dengan pengembang lain untuk menyediakan laman jual beli yang ramah dan aman dengan memaksimalkan User Experience (UX) dan User Interface (UI).

Seperti yang dikutip dari situs buffer.com, salah satu situs konsultan pemasaran digital, terdapat 5 pilar dari pemasaran produk melalui pemasaran media sosial, yaitu; 1) strategy, 2) planning & publishing, 3) listening & engagement, 4) analytics & reporting, dan 5) advertising.

Dari kelima pilar tersebut, penulis menilai bahwa pilar pertama yaitu strategi memiliki peranan vital dalam memulai suatu pemasaran digital. Pilar strategi berkenaan dengan tujuan atau target pasar dari produk yang dibuat, platform media sosial apa yang digunakan, dan konten pemasaran seperti apa yang akan digunakan sehingga dapat menjangkau target pasar tersebut.

Affiliate Marketing

Tidak seperti 2 strategi sebelumnya, strategi pemasaran digital yang satu ini tidak dilakukan secara mandiri oleh penjual produk, namun dilakukan berkat kerjasama antara beberapa pihak. Pihak-pihak yang terlibat akan memiliki perannya masing-masing demi meningkatkan jangkauan target penjualan.

Menurut Neil Patel dalam neilpatel.com, affiliate marketing memikili 4 pihak yang mempengaruhi satu sama lain. 4 pihak tersebut antara lain; the merchant, the publisher, the network, dan the customer.

The merchant merupakan penjual atau pemilik dari produk. Penjual disini tidak harus dari perusahaan besar, namun bisa juga produsen secara perorangan yang memiliki sesuatu untuk dipasarkan.

Sementara itu, the publisher atau dikenal juga dengan the affiliate adalah pihak yang tidak memiliki produk, namun memiliki kapasitas untuk memasarkan produk tersebut. The affiliate sendiri memiliki beberapa wujud baik itu perusahaan pemasaran besar ataupun figur perorangan seperti entertainer, influencer, YouTuber, atau jenis public figure lainnya dengan basis pendukung yang luas.

Di sisi yang lain, dalam beberapa kasus, isu yang biasanya muncul dalam relasi antara the merchant dan the publisher adalah isu kepercayaan, keamanan, dan pengenalan satu sama lain. Munculnya isu tersebut adalah wajar karena strategi affiliate marketing mengharuskan adanya pembagian pendapatan dari produk yang terjual sehingga dapat berpotensi menimbulkan sensitivitas di sisi-sisi tertentu.

Maka dari itu, the network hadir untuk meminimalisir kemungkinan kembali munculnya isu tersebut dengan menjembatani relasi antara keduanya. Pihak Bank penjamin dan agen pemasaran digital merupakan beberapa contoh dari the network.

Akhirnya, harmonisasi dari 3 pihak sebelumnya adalah demi memberikan kepuasan kepada the customer sehingga konsumen tergerak untuk membeli dan memberikan keuntungan bagi 3 pihak lainnya. Operasionalisasi strategi affiliate marketing sendiri menurut Patel seringkali tidak disadari oleh konsumen. Pemanfaatan pihak ketiga, yang bisa jadi tidak memiliki relasi kepemilikan dengan produk, sebagai agen pemasaran (the publisher) memberikan efek non-iklan yang sangat mempengaruhi perilaku konsumen.

Kesimpulan

Demikianlah 3 jenis strategi pemasaran digital yang telah dirangkum oleh penulis. Di luar dari 3 strategi tersebut, tentunya terdapat banyak sekali strategi yang bisa dieksplorasi secara mandiri dengan menyesuaikan beberapa faktor; seperti kebutuhan promosi produk, target pemasaran, hingga budget pemasaran di perusahaan yang bersangkutan. Intinya, tidak ada strategi yang absolut. Setiap strategi selalu bersifat subjektif dan fluktuatif.

Untuk proses penerapan dari strategi-strategi di atas dapat menggunakan cara mandiri dengan melakukan riset yang mendalam atau dapat pula dengan menggunakan jasa agen pemasaran professional. Hal ini diperlukan karena sebagai sebuah strategi, akan lebih mudah memahami teori atau konsep daripada penerapan di lapangan.

Referensi:

Buffer. (2019). What Is Social Media Marketing. Retrieved from https://buffer.com/social-media-marketing#

MOZ. (2021). What Is SEO? Retrieved from https://moz.com/learn/seo/what-is-seo

Patel, N. (2021). Affiliate Marketing Made Simple: A Step-by-Step Guide. Retrieved from https://neilpatel.com/what-is-affiliate-marketing/

 

 

 

 

 

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
annisaislamiyah

seorang Sarjana Hubungan Internasional yang tertarik dengan kajian Sosial, Politik, Pemerintahan, Human Security, dan Identitas.

Artikel: 4

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *