Belakang ini, masyarakat tentu sudah tentu tidak asing dengan virus baru yang menyerang manusia. Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus corona bisa menyebabakan gangguan ringan, infeksi paru-paru yang berat hingga kematian dan virus ini telah melanda dunia bahkan sampai di Indonesia. Berbagai berita menginformasikan virus di media sosial dan media lainnya yang menimbulkan banyak perspektif atau banyak pandangan tentang Covid-19. Banyak masalah covid kemudian berimbas pada perkembangan olahraga di Indonesia terutama olahraga yang paling digemari di muka bumi ini yaitu pada cabang olahraga sepak bola. Banyak kalangan masyarakat luas yang merasa kehilangan hiburan dan salah satunya adalah hiburan olahraga di persepakbolaan dalam negeri. Adanya wabah ini, Impaknya sangat serius pada sederet event, baik di kejuaraan Internasional, nasional maupun event-event di tingkat daerah.
Negara Cina (Wuhan) merupakan negara pertama yang terserang wabah pandemi pada akhir tahun 2019. Oleh karena itu, olahraga di Negara Cina khususnya di bidang olahraga sepak bola diantaranya liga-liga sepak bola Cina sebelumnya dan diberhentikan terlebih dahulu karena Cina yang lebih dahulu terpapar Covid-19. Berhubung penyebaran wabah ini setelah dari Cina kemudian menyebar lagi ke benua Amerika dan Eropa maka event-event besar di Eropa dan Amerika seperti : Liga Champions (Champions League), Liga Italia (Seri A), Liga Inggris (Premier League) , Liga Jerman (Bundes Liga), Liga Spanyol (La Liga) Liga Perancis (Ligue 1 Prancis) juga di tunda atau diberhentikan beberapa pekan dikarena tingkat penyebaran virus corona di Eropa dan Amerika cukup tinggi. Setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mengumumkan untuk diberlanjutkan kembali pertandiangan ada beberapa aturan atau regulasi yang diberlakukan oleh FIFA yaitu diperbolehkan untuk kembali melakukan pertandingan akan tetapi tidak ada penonton dalam stadion. Pertandingan tetap berjalan seperti biasanya dan situasi di lapangan hijau atau di stadion terasa hening dan stadion hanya di isi oleh pelatih, pemain,ofisial serta manajemen dalam sebuah klub. Penonton yang berada dalam stadion hanya berupa penonton firtual. Kaitan dengan penjaminan kesehatan oleh para pelatih , pemain dan manajemen klub tetap di periksa dan mematuhi protokol kesehatan secara intens sebelum pertandingan berlangsung karena focus utama adalah kesematan serta kesehatan atlet, ofisial maupun penenonton serta dengan tujuan menghindari atau meminimalisir penyebaran virus corona. Hal yang sama juga diterapkan di Indonesia ketika virus ini sudah meyebar ke Ibu kota Negara (Jakarta) dan meyeluruh ke semua daerah di Indonesia. Semua pertandingan diberhentikan sementara mengingat tingkat penyebaran covid 19 di Indonesia cukup tinggi. Atas dasar pertimbangan itu maka pemerintah Indonesia memilih untuk memberhentikan kegiatan-kegiatan olahraga yang salah satunya adalah cabang olahraga sepak bola .
Himbauan dari pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Republik Indonesia ( Joko Widodo) dan ketua tim gugus covid-19 (Prof. Wiku Adisasmito) menginstruksikan bahwa semua aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang melibatkan kerumunan banyak orang semuanya diberhentikan karena penambahan pasien dan angka kematian di Indonesia yang kian hari kian bertambah. Pada bidang olahraga sepak bola merujuk pada keputusan organisasi besar tertinggi sepak bola dalam negeri yaitu Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) resmi memberhentikan aktivitas sepak bola untuk sementara waktu. Event -event besar dalam negeri seperti liga 1 Indonesia yang baru berjalan tiga pekan, liga 2 Indonesia yang baru satu pekan terpaksa diberhentikan. Liga 3 Indonesia, Liga Pelajar, Piala Presiden, Pekan Olahraga Nasional (PON) juga ditunda. Pertandingan sepak bola tingkat provinsi seperti turnamen antar klub di provinsi maupun di kabupaten sangat minim dan semua ditunda bahkan diberhentikan. Pimpinan organisasi sepak bola di Indonesia tidak berani mengambil resiko karena wabah ini penularannya cukup cepat. Wabah virus corona yang melanda dunia mengharuskan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), melelui sang presiden Gianni Infantino mengeluarkan pernyataan resmi bahwa kesehatan manusia lebih penting dari pada olahraga mananpun . “ Bila pertandingan harus ditunda atau dimainkan tanpa penonton sampai selesai maka kita harus melakukanya” tutur Infantino.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menyampaikan beberapa sektor terkena dampak dari pandemi Covid-19 termasuk kegiatan olahraga. “Kompetisi sepak bola yang terhenti untuk sementara waktu bukan hanya berdampak pada klub, atlet , maupun ofisial tim saja. Tapi, ini berdampak juga dengan pedagang yang berjualan di seputaran satadion, petugas parkir , hingga berbagai elemen lainnya temasuk sponsor dari berbagai perusahaan dan industri- Industri yang termasuk dalam komponen olahraga sepak bola” ujar Menpora. Situasi ini lebih dulu dialami klub mapan asal Jerman, Borussia Dortmund. Pada agustus 2020, Dourtmund mengumkan kerugian samapai 45 juta euro (795 miliar) kerena pandemic Covid-19 dan mayoritas berasal dari kehikangan pemasukan tiket pertandingan. Artinya secara finansial klub serta semua elemen pastinya mengalami kerugian yang cukup besar. Imbas dari semua wabah ini adalah nasib semua pemain, pelatih liga Indonesi dilantarkan dan banyak pelatih dan pemain yang memilih untuk pulang ke kampung halaman masing-masing seperti pelatih PSIS (Djragan Djukanovic) dan masih banyak juga pemain-pemain lain yang pulang ke daerah asal.
Pertanyaan sekarang, Apakah situasi seperti ini siapa yang akan membiayai para pemain, pelatih dan manajer dalam sebuah klub? Yah tentunya dari pihak pemerintah juga tidak bisa tinggal diam dikarena hampir semua pemain pendapatan mereka salah satunya adalah dengan bermain sepak bola atau dibiayai oleh klub. Melalui surat yang diterbitkan oleh organisasi persatuan sepak bola seluruh Indonesia (PSSI) selaku otoritas tertinggi sepak bola menyatakan bahwa kewajiban klub membayar gaji pemain hanya 25% . Merujuk pada surat edaran oleh PSSI maka sangat kurang dan tidak memenuhi kebutuhan pemain, bahkan semenetra banyak kebutuhan maupun tanggungan di luar seperti keluarga dan tanggungan ekonomi lainya yang berhubungan dengan kebutuhan dalam rumah tangga. Pemerintah atau pihak yang berwajib harus bertanggung jawab penuh atas nasib banyak pemain ini karena ini tidak bisa dilantarkan seperti ini. Dana yang ada harus di gunakan sedemikian rupa dengan meminimalisir dana yang ada sehingga semua pemain bisa menadapatkan pemerataan dana ditengah situasi yang dialami sekarang. Manajemen dalam klub harus betul-betul efektif sehingga jangan ada ketimpangan atau pihak yang dirugikan dalam pandemi global ini.
Para pencinta olahraga sepak bola Indonesia tentunya berharap agar badai atau wabah pandemi yang ditimbulkan virus corona ini cepat berlalu agar denyut olahraga di Indonesia tetap terasa dan tidak menjadi mati (vakum) . Kita semua berharap agar pemerintah dan semua elemen yang terlibat dalam penangan virus ini cepat teratasi lewat vaksin yang sudah ditemukan di Indonesia beberapa waktu lalu. Diharapkan vaksin yang sudah ada, dapat dialokasikan secara merata di seluruh Indonesia bahkan sampai di tingkat provinsi, kabupaten , maupun kecamatan dan di wilayah pedesaan. Hal ini kemudian juga di berlakukan untuk para atlet yang akan dipersiapkan untuk pekan olahraga nasioanl (PON) khususnya cabang olahraga sepak bola.
Sumber:
- https://republika.co.id/berita/qbua3j480/menpora-komentari-dampak-covid19-buat-olahraga
- https://www.antaranews.com/berita/1342402/virus-corona-datang-sepak-bola-indonesia-tetap-tenang