Dengan potensi dan proyeksi pertumbuhan Industri keuangan Syariah yang signifikan menunjukkan Indonesia mampu memperkenalkan pasar global melalui produk jasa keuangan. Sehingga hal ini penting menjadi perhatian bahwa Indonesia masih banyak potensi di tonjolkan bukan hanya fokus pada keuangan Syariah melainkan mencakup semua aspek seperti sosial, pendidikan, kebijakan dan lainnya itu termasuk Ekonomi Syariah.

Dan sekarang yang dibutuhkan Indonesia yakni sumber daya manusia berkualitas disertai kuantitas yang kompetitif berdaya saing secara nasional bahkan internasional. Terdapat 3 aspek yang dapat menjadi perhatian kandidat ahli ekonomi Syariah di Indonesia:
Karakter
merupakan kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memiliki sikap dan prinsip untuk berpartisipasi atau berkontribusi bersama masyarakat ditambah dengan adab serta ilmu.
Dalam aktivitas sehari-hari, sederahananya seperti:
- Berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunah atau Sumber Hukum Islam Lainnya.
- Cerdas
- Menghormati para guru
- Menyayangi kaum muda
- Jujur
- Ulet
- Murah Senyum
- Ramah
- Disiplin/ Tertib
- Bertanggung Jawab
- Kerja Keras
- Mendahulukan Kepentingan Umum
- Memiliki Jiwa Kesatuan
Paling utama harus dimiliki para kandidat ahli ekonomi Syariah Indonesia yakni meneladani sifat atau karakteristik kepemimpinan dari Rasullah SAW diantaranya: (1) Tabligh ialah menyampaikan perintah atau larangan, (2) Shiddiq yakni jujur baik dari perkataan maupun perbuatan, (3) Amanah, dapat dipercaya, (4) Fathanah yang berarti kepandaian atau cerdas.
Kompetensi
kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standardisasi yang diharapkan (Badan Nasional Sertifikasi Profesi , 2014).
Dalam penjelasan lainnya kompetensi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan individu untuk mencapai hasil yang diharapkan (International Organization for Standardization, 2012). Jadi dapat dijelaskan bahwa beberapa hal penting yang terkait dengan kompetensi diantaranya adalah pengetahuan, sikap, pemahaman, nilai, bakat atau kemampuan, dan minat.
Kompetensi dapat diartikan juga sebagai karakter individu yang dapat diukur dan ditentukan untuk menunjukkan perilaku dan performa kerja tertentu pada diri seseorang (Spencer, McClelland & Spencer, 1994). Jadi, kompetensi merupakan panduan bagi perusahaan untuk menunjukkan fungsi kerja yang tepat bagi seorang karyawan.
Dan juga berkaitan dengan sikap (apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang) yang menunjukkan performa seseorang baik atau buruk. Banyak sekali studi dan penelitian yang membahas tentang kompetensi di dunia kerja ini.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 terkait ketenagakerjaan, pengertian kompetensi kerja adalah suatu keterampilan kerja yang dimiliki oleh setiap orang yang meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, dan juga sikap kerja yang sesuai dengan standar yang sebelumnya sudah ditetapkan.
Sehingga dapat disederhanakan kompetensi ini yang menjadi pionir kedua setelah karakter/sikap yang memiliki kecenderungan positif yang meliputi keahlian teknis (hard skill), keahlian keterampilan (softskill) atau interpersonal skill, dan kecakapan (life skill).
Hal yang bisa dilakukan sekarang terkait kompetensi adalah memahami proses belajar dan diaplikasikan dengan berpikir kreatif, kritis (critical) membangun, komunikatif, serta kolaboratif dalam program pembangunan nasional yang dapat menjadi gambaran bagi kandidiat agar selalu mencermati dan berinisiatif untuk mencapai kebermanfaatan secara luas bagi masyarakat.
Literasi
secara sederhana memang dipahami sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian, dan menulis berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
Jadi, kalau literasi memiliki makna keterbukaan wawasan, artinya bangsa kita ini punya sejarah panjang terhadap aktivitas-aktivitas literasi lhoo. Tapi, seiring dengan perkembangannya, pemaknaan terhadap literasi pun menjadi lebih luas.
Bahkan di Indonesia, kata literasi sudah lebih populer dibandingkan kemahirwacanaan, melek akasa, dan keberaksaraan. Bukan hanya sekedar kata, tapi literasi juga menjadi gerakan bagi pegiat pendidikan, baik informal dan juga nonformal.Kenapa pemaknaan literasi dan gerakan literasi semakin berkembang?
Nah, ada beberapa alasan yang sangat penting dan ini wajib kamu ketahui.
- Pertama, munculnya kesadaran yang mendasar tentang pentingnya kemajuan dan masa depan bangsa Indonesia. Kalau kita lihat secara historis dan sosiologis, tingkat literasi yang tinggi adalah faktor yang paling mendukung sebuah bangsa dengan masyarakatnya menjadi unggul dan maju.
- Kedua, masyarakat dan pemerintah Indonesia semakin sadar bahwa kemajuan dan keunggulan individu, masyarakat, dan juga bangsa, ditentukan oleh adanya tradisi dan budaya literasi yang baik.
- Ketiga, adanya faktor pendukung dari komunitas-komunitas yang peduli dan punya semangat untuk menumbuhkan dan menyebarluaskan kegiatan, tradisi, dan budaya literasi di lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.Seiring dengan terjadinya globalisasi di beberapa sektor, mulai dari teknologi, budaya, dan juga alat komunikasi, membuat manusia harus mampu menghadapinya.
Perkembangan globalisasi membuat semuanya menjadi semakin mudah dan terbuka. Arus informasi menjadi semakin kencang, dan tentunya beragam. Kemudian perkembangan teknologi pada alat komunikasi, membuat jarak antar manusia untuk berkomunikasi semakin tidak terbatas.
Nah, globalisasi ini tidak bisa kita hindari. Dampak positif atau negatifnya pun tergantung dari kita. Maka, salah satu hal terpenting dalam menghadapi era globalisasi yaitu dengan gerakan literasi. Kenapa literasi begitu penting?
Dengan literasi, tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima menjadi lebih baik.
- Membantu orang berpikir secara kritis, dengan tidak mudah terlalu cepat bereaksi.
- Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca.
- Membantu menumbuhkan serta mengembangkan nilai budi pekerti yang baik dalam diri seseorang.
Oleh karena itu, menjadi tantangan bersama dari pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi, sekolah ialah literasi mengenai ekonomi Syariah itu sendiri yang dapat di cantumkan dalam pembahasan kurikulum agar pertumbuhan literasi masyarakat dapat mudah di pahami secara menyeluruh.
Pada saat ini diperkirakan jumlah umat Muslim di Indonesia mencapai 207 juta orang dan mengimplikasikan bahwa mayoritas populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. Dalam beberapa tahun terakhir ekonomi syariah terus berkembang.
Secara global, berdasarkan Global Islamic Finance Report 2019, Indonesia memimpin dalam penguasaan aset keuangan syariah disusul Malaysia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Turki. Capaian memuaskan perkembangan keuangan syariah Indonesia tercermin dari pertumbuhan institusi keuangan syariah, produk dan layanannya, hingga berkembangnya infrastruktur pendukung keuangan syariah. Bahkan, di pasar global, Indonesia memiliki indeks keuangan syariah terbesar di dunia.
Berdasarkan data OJK pada Juni 2019, aset keuangan syariah Indonesia, tidak termasuk saham syariah dan Baitul Malwat Tamwil (BMT), mencapai USD 94,44 miliar dengan pangsa pasar 8,29 persen. Total aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp 500 triliun atau hampir 6 persen dari total pangsa pasar keuangan syariah. Hal ini menunjukkan pertumbuhan aset, pembiayaan, dan kekuatan deposito perbankan syariah yang menjadi motor penggerak utama keuangan syariah di Indonesia.
Lalu apa sih sebenarnya ekonomi syariah? Ekonomi syariah atau sering disebut juga dengan Ekonomi Islam adalah bentuk percabangan ilmu ekonomi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah melandaskan pada syariat Islam, yang berasal dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Hukum-hukum yang melandasai prosedur transaksi sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ini tidak diukur dari aspek materil saja, namun juga mempertimbangkan dampak sosial, mental dan spiritual serta dampaknya pada lingkungan.
Dengan demikian, tiga aspek ini menjadi evaluasi pembelajaran serta pengembangan calon kandidat untuk dapat memajukan perekonomian Indonesia bahkan menjadi percontohan ekonomi global melalui cerminan positif dari tujuan ekonomi Syariah.