Sektor pariwisata di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri bagi pembangunan negeri. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Layanan dan keramahtamahan/ hospitality tidak bisa terlepas dari pariwisata. Untuk itu diperlukan penerapan mengenai etika dalam pariwisata.
Hospitality secara etimologis, dari bahasa Latin hospitium atau kata sifatnya hospitalis, yang berasal dari hospes, yang artinya tamu atau tuan rumah. Konsep ini juga dipengaruhi oleh kata Yunani xenos, yang menunjuk kepada orang asing yang menerima sambutan atau yang melakukan penyambutan terhadap orang lain. Sedangkan menurut S.Pendit, Hospitality memiliki arti keramahtamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling menghormati. Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa hospitality merupakan roh, jiwa, semangat dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak memiliki nilai untuk dijual. Dapat diartikan keramahtamahan/ hospitality menjadi hal yang wajib dilakukan oleh pelaku pariwisata dan menjadi etika untuk melayani wisatawan.
Pada daya tarik wisata, seringkali dijumpai wisatawan-wisatawan terutama mancanegara yang mengenakan baju-baju terbuka dan tipis karena kondisi cuaca Indonesia yang panas. Hal tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat lokal yang terpengaruh dan menganggap pakaian-pakaian tersebut menjadi sesuatu hal yang membanggakan. Dengan adanya hal tersebut membuat kebudayaan yang asli di daya tarik wisata tersebut terpengaruh dan dapat menjadi punah karena masyarakatnya sendiri meninggalkan budaya tersebut. oleh karena itu perlu adanya penerapan etika-etika yang diperlukan oleh wisatawan untuk mematuhi norma-norma yang berlaku. Penerapan etika dalam pariwisata, penerapan ini dilandasi karena banyak permasalahan tentang penerapan etika yang terjadi di daya tarik wisata. Permasalahan yang terjadi biasa dari sisi wisatawan yang datang dan dari penduduk lokal yang berada di daya tarik wisata tersebut. Permasalahan dalam etika sangat sering terjadi di semua daya tarik wisata dan sulit untuk menjelaskan etika karena bukan suatu hukum yang tertulis dan tidak ada sanksi yang pasti. Penerapan etika menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai walaupun suatu daya tarik wisata sudah berdiri sejak lama, tetapi permasalahan ini tetap saja terjadi dan susah untuk mencari jalan keluar supaya menciptakan rasa aman dan nyaman kepada kedua belah pihak.
Penerapan etika dalam tempat daya tarik wisata bermanfaat untuk menyatukan wisatawan dengan penduduk lokal agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penduduk lokal dengan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata tersebut. Kebiasaan beretika masyarakat lokal juga dapat berpengaruh dalam melayani wisatawan yang datang berkunjung. Dengan adanya penulisan ini diharapkan terdapat penyelesaian jalan tengah supaya tidak terjadi kekecewaan antara kedua belah pihak. Terlalu banyak kejadian kesalahpahaman dalam penerapan etika di suatu daya tarik wisata tetapi terlalu sedikit pencegahan dan penanganan supaya tidak terjadi permasalahan untuk kedepannya.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika termasuk kedalam hukum norma tidak tertulis dan dapat dikatakan tidak sah karena tidak ditulis di dalam undang-undang negara, namun etika memiliki sifat penting karena menentukan sifat dan perilaku suatu masyarakat atau dalam pariwisata mengenai wisatawan dan penduduk lokal atau tamu dan tuan rumah. Etika merupakan suatu konsep fundamental bagi semua profesi, baik di bidang akuntansi, pemasaran, keuangan, pemerintahan dan lain-lain. Berikut terdapat beberapa tips yang dapat diperhatikan saat mengunjungi tempat wisata:
Jangan Membuang Sampah Sembarangan
Sampah menjadi masalah utama di berbagai tempat, salah satunya adalah tempat wisata. Dengan adanya wisatawan jumlah kuantitas sampah ikut meningkat, dan menyebabkan penumpukan sampah yang merajalela. Selain itu dengan membuang sampah sembarangan mengakibatkan tempat wisata menjadi kotor dan tidak enak untuk dipandang. Namun di berbagai daerah wisata memiliki peraturan-peraturan bagi pelaku pembuang sampah sembarangan, mulai dari denda hingga penjara.
Taat Aturan Yang Berlaku
Wisatawan berasal dari berbagai daerah yang memiliki norma-norma ataupun aturan berbeda-beda. Saat mengunjungi tempat wisata, kita harus mematuhi aturan yang berlaku dan tidak menerapkan peraturan dari daerah asal kita. Hal tersebut akan menimbulkan permasalahan apabila peraturan tersebut tidak ditaati dan akan mendapatkan hukuman ringan ataupun berat. Untuk itu sebelum bepergian ke tempat wisata yang dituju, harus mengetahui peraturan yang berlaku.
Membeli Produk Lokal
Wisatawan biasanya membeli oleh-oleh atau buah tangan untuk dibawa ke rumah sebagai pemberian dan kenang-kenangan setelah mengunjungi tempat wisata. Produk lokal yang dibuat oleh masyarakat memiliki keunikan dan ciri khas berbeda dari masing-masing daerah. Dengan membeli produk lokal, dapat membantu meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan masyarakat.
Harus Paham Kondisi dan Situasi
Dalam berwisata kita harus paham kondisi dan situasi tempat wisata yang dituju. Saat tempat wisata yang dituju merupakan tempat wisata yang berbudaya ataupun saat terdapat ritual keagamaan harus paham situasi dan kondisi untuk bersikap sopan dan santun, baik dari baju yang dikenakan ataupun perilaku harus sopan dan santun.
Penerapan etika seharusnya disadari oleh kedua belah pihak, baik dari wisatawan maupun masyarakat lokal. Perbedaan budaya yang mendasari adanya perbedaan etika tersebut. Budaya masyarakat cenderung ketimuran yaitu masih menjunjung nilai adat dan norma yang berlaku di daerah, gotong royong, dan peduli terhadap sesama. Sedangkan wisatawan memiliki budaya barat yang lebih individualis, acuh tak acuh, dan modern. masyarakat lokal tidak perlu langsung untuk menghakimi wisatawan yang memiliki etika berbeda, karena dengan menghakimi secara langsung membuat wisatawan tidak merasa nyaman dan aman saat mengunjungi daya tarik wisata.
Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung
Peribahasa tersebut layak untuk diingat apabila bepergian ke daerah lain. Penerapan etika dalam pariwisata sangat diperlukan agar terciptanya keharmonisan antara masyarakat lokal dan wisatawan atau antara Host dan Guest.
Seringkali terjadi gesekan antara wisatawan dan masyarakat lokal terkait dengan etika pada saat di daya tarik wisata. Masyarakat menginginkan wisatawan untuk menghormati etika yang berlaku pada daerah seperti menggunakan pakaian rapi dan sopan saat mengunjungi tempat wisata sakral. Namun wisatawan masih belum mengerti akan adanya aturan tersebut dan tetap menggunakan pakaian terbuka. Para pelaku wisata harus terus melakukan sosialisasi kepada wisatawan untuk menggunakan pakaian yang rapi dan sopan saat mengunjungi tempat wisata yang sakral sebagai rasa hormat kepada masyarakat lokal.
Masyarakat diharapkan untuk tidak langsung menghakimi wisatawan, langkah lebih baiknya untuk menegur atau memberikan informasi kepada wisatawan untuk mengenakan baju yang lebih rapi dan sopan tergantung situasi dan kondisi