Impostor Syndrome: “Saya Tidak Sebaik itu, Saya Hanya Beruntung”

Pernahkan Anda merasa tidak percaya diri dengan kemampuan dan hasil kerja Anda? Pernahkah merasa tidak layak mendapat pujian atas hasil kerja Anda, menganggapnya hanya suatu keberuntungan? Jika bukan Anda, pernahkah menemukan orang seperti itu di sekitar Anda? Mungkin teman atau rekan kerja? Beberapa hal tersebut merupakan beberapa indikasi dari impostor syndrome.

Apa itu impostor syndrome?

Impostor syndrome mengacu pada suatu kondisi dimana seseorang menyakini bahwa dirinya tidak cukup baik dan kompeten seperti yang dianggap orang lain. Meskipun definisi ini biasanya dikaitkan pada tingkat kecerdasan dan prestasi, tapi hal ini bisa juga dikaitkan dengan karakter perfeksionis dan dalam konteks sosial.

Orang dengan impostor syndrome sering kali merasa bahwa dirinya palsu, menipu, dan tidak pantas berada di tempatnya sekarang ─misalnya, di tempat kerja yang dipenuhi orang-orang pintar, ia merasa bisa berada di tempat tersebut karena sebuah keberuntungan. Impostor syndrome ini dapat mempengaruhi dan terjadi pada siapa pun tanpa memandang status sosial, keahlian, latar belakang pendidikan, maupun pekerjaan tertentu.

Meskipun syndrome ini bukanlah diagnosis resmi, psikolog dan para praktisi kesehatan mental mengakui bahwa syndrome adalah bentuk dari keraguan akan diri sendiri yang nyata dan sangat spesifik. Perasaan tidak pantas ini sering kali diikuti rasa cemas bahkan depresi.

Lalu bagaimana karakteristik dan cara mengidentifikasi seseorang dengan impostor syndrome?

Seseorang yang mengalami impostor syndrome biasanya memiliki karakteristik di bawah ini:

  • Ketakutan jika tidak dapat memenuhi harapan, baik diri sendiri maupun orang lain,
  • Kesulitan menilai kemampuan diri sendiri secara objektif dan realistis,
  • Meragukan diri sendiri,
  • Mengaitkan pencapaian dengan faktor dari luar,
  • Terlalu banyak mengkritik diri sendiri,
  • Membatasi kesuksesan,
  • Menetapkan pencapaian yang terlalu tinggi dan sangat kecewa jika tidak dapat mencapainya.

Meskipun impostor syndrome ini tidak dikategorikan dalam penyakit atau gangguan mental, hampir 70% orang pernah mengalaminya setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Jika Anda merasa sedang merasakan hal ini, coba tanyakan kepada diri Anda sendiri:

  1. Apakah Anda selalu menghubungkan kesuksesan Anda dengan faktor eksternal, seperti keberuntungan?
  2. Apakah Anda sangat sensitif pada kritikan, bahkan kritik yang baik dan membangun?
  3. Apakah Anda meremehkan kemampuan diri sendiri, bahkan di bidang yang Anda kuasai?
  4. Apakah Anda sangat kecewa pada kesalahan kecil dalam pekerjaan Anda?

Jika Anda merasa sedang mengalami hal-hal di atas, bisa jadi Anda sedang dalam periode impostor syndrome. Pikiran negatif, rasa ragu dan tidak pantas pada diri sendiri jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada banyak area di hidup Anda. Jika sudah dirasa tidak mampu menghadapinya, bantuan konselor atau professional mungkin dapat membantu.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?

Menurut beberapa penelitian banyak orang dengan pengalaman impostor syndrome ini tumbuh dari keluarga yang sangat menekankan pada pencapaian. Mereka harus mencapai sesuatu untuk mendapatkan pujian dan disayangi orang tua mereka. Selain itu, tekanan di masyarakat pun tidak jauh berbeda. Di dalam masyarakat kita diharuskan mengikuti berbagai standar yang telah dibuat, standar kesuksesan bahkan standar kebahagiaan. Hal ini membuat harga diri kita bergantung pada standar pencapaian.

Faktor lain yang turut berperan dalam hal ini adalah perasaan minoritas. Misalkan seorang mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan kuliahnya di Jepang. Dalam kasus ini otomastis ia menjadi menoritas di antara warga Jepang lainnya. Sebagai seorang minoritas, biasanya seseorang merasa harus bekerja dua kali lipat dibandingkan orang lain untuk sekadar mendapatkan penghargaan atas apa yang ia lakukan. Bahkan mereka para minoritas kadang merasa bahwa pencapaian yang mereka dapatkan hanyalah bentuk simpati orang lain.

Fenomena impostor syndrome ini biasanya juga terjadi pada orang-orang yang sedang beradaptasi pada situasi yang baru. Misalkan seorang yang baru lulus kuliah dan mulai bekerja. Mereka sering kali diminta untuk bekerja pada kapasitas yang dirasa tidak cukup untuk mereka tangani. Mereka memiliki banyak ketakutan pada berbagai macam kemungkinan karena merasa tidak memiliki apa yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan.

Fenomena ini juga ada berdampingan dengan kecenderungan perfeksionis. Seseorang yang perfeksionis berpikir bahwa semua pekerjaan yang ia lakukan harus memiliki hasil yang sempurna. Mereka juga jarang meminta bantuan pada orang lain. Akhirnya apapun yang ia lakukan akan terus merasa kurang. Walaupun pekerjaanya sudah baik di mata orang lain, ia akan berpikir jika itu tidak cukup baik dan menyalahkan dirinya sendiri.

Apa saja tipe dari impostor syndrome?

Impostor syndrome dapat muncul dalam berbagai tipe. Beberapa tipe impostor syndrome yang umum dan dapat diidentifikasi adalah:

  1. Tipe Perfeksionis

Orang-orang yang mengalami impostor syndrome tipe ini tidak akan pernah puas dan selalu merasa bahwa pekerjaannya bisa lebih baik. Mereka tidak bisa fokus pada kemampuan mereka, dan terus memikirkan kekurangan mereka.

  1. Tipe Superhero

Orang-orang yang mengalami impostor syndrome tipe ini merasa bahwa mereka harus bekerja lebih keras dibanding orang-orang di sekitarnya untuk membuktikan bahwa mereka pantas berada di tempat itu. Mereka merasa harus berhasil di semua area kehidupan.

  1. Tipe Ahli (Expert)

Orang dengan tipe ini merasa bahwa mereka harus mengetahui semua informasi sebelum mengerjakan sesuatu. Mereka tidak mau memulai mengerjakan sesuatu di luar pengetahuan mereka.

  1. Tipe Solois

Orang dengan tipe ini berpikir bahwa mereka harus mengerjakan segala sesuatu sendirian. Meminta bantuan orang lain berarti sebuah kegagalan bagi mereka.

  1. Tipe Jenius

Mereka cenderung membuat ekspektasi dan pencapaian yang terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri. Mereka akan sangat kecewa dan hancur jika pencapaian tersebut tidak terpenuhi.

Bagaimana cara menghadapi Impostor Syndrome ini?

Jika mendapati diri Anda sedang menghadapi situasi ini, ada beberapa cara untuk mengatasi keyakinan Anda yang tidak benar:

  1. Jaga pikiran tetap dalam perspektif

Ketika sedang berpikir bahwa Anda tidak layak, coba tanyakan kepada diri Anda, apakah pikiran tersebut berguna atau justru membatasi diri Anda sendiri.

  1. Sadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini

Jangan berfokus pada hal-hal yang sempurna, tapi lakukan hal-hal dengan cukup baik. Jangan lupa beri penghargaan pada diri Anda untuk setiap pencapaian yang dibuat.

  1. Nilai kemampuan secara realistis

Tidak ada orang yang hebat dan pandai di semua bidang. Buatlah daftar pencapaian yang telah Anda capai sebelumnya dan area-area yang mungkin perlu diperbaiki. Jika Anda kesulitan untuk menuliskan kemampuan atau pencapaian Anda, mintalah feedback dari orang lain yang dapat dipercaya.

  1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain

Setiap kali membandingkan diri dengan orang lain, Anda akan selalu menemukan celah yang membuat diri Anda merasa tidak sebaik orang lain. Jika Anda membutuhkan perbandingan untuk menilai pencapaian diri, gunakan diri Anda di masa lalu sebagai perbandingan. Melihat setiap progress yang dilakukan adalah indikator terbaik untuk menilai pencapaian Anda.

  1. Jangan lawan perasaan negatif

Ketika Anda merasakan takut atau kecewa dengan pekerjaan Anda, akui dan terima perasaan tersebut. Dengan mengakuinya, Anda akan

  1. Gunakan media sosial secukupnya

Penggunaan media sosial yang terlalu berlebihan dapat membuat seseorang menjadi rendah diri. Selain membuat Anda terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain juga membuat perasaan palsu dalam diri semakin kuat. Ketika melihat postingan di media sosial dan merasa bahwa itu tidak sesuai dengan diri Anda yang sebenarnya, Anda akan merasa semakin buruk.

Perasaan ragu pada diri sendiri memang merupakan hal yang wajar dan bisa dialami siapa pun. Bagian terpentingnya adalah jangan sampai membiarkan keraguan itu terus mengganggu pikiran dan justru menghalangi kita dari kesuksesan.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Rach

Seorang freelance writer yang aktif belajar, melakukan research dan juga menulis berbagai psychological issues.

Artikel: 13

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *