Sektor pertanian merupakan sektor yang cermelang di masa pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan beberapa sektor mengalami kontraksi sehingga berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) perekonomian Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,07 persen pada tahun 2020. Namun, berbeda dengan kondisi sektor pertanian. Pada tahun 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,75 persen.
Perekonomian di beberapa negara pada triwulan IV tahun 2020 mengalami perkembangan yang mulai membaik. Hal ini ditunjukkan pada indeks PMI global yang mengalami peningkatan pada Oktober tahun 2020. Selain itu, perkembangan pertumbuhan ekonomi beberapa negara yang menjadi mitra dagang Indonesia juga masih mengalami kontraksi pada triwulan IV tahun 2020 seperti Amerika Serikat, Singapura, Korea Selatan, Hongkong, dan Uni Eropa. Adapun yang telah mengalami pertumbuhan positif yaitu Tiongkok dan Vietnam.
Dari segi lapangan usaha, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling memberikan kontribusi terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada triwulan IV tahun 2020, sektor industri pengolahan merupakan sumber kontraksi terdalam yaitu sebesar -0,65 persen sedangkan pada triwulan III tahun 2020 sebesar -0,9 persen.
Pada triwulan IV tahun 2020, industri non migas yang mengalami kontraksi yang dalam yaitu industri alat angkutan dengan nilai sebesar -18,98 persen. Hal ini terjadi dikarenakan permintaan konsumen yang lemah. Selain itu, disebabkan terjadnya penurunan produksi mobil dan sepeda motor beserta perlengkapanya. Kemudian, industri barang galian bukan logam yang juga mengalami kontraksi sebesar -12,52 persen. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penurunan dari aktivitas konstruksi pada masa pandemi Covid-19. Namun, masih terdapat beberapa industri non migas yang mengalami pertumbuhan positif pada triwulan IV tahun 2020, salah satunya seperti industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,45 persen. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan permintaan domestik seperti sabun, obat-obatan, handsanitizer, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan pula bahwa selama masa pandemi Covid-19 terjadi peningkatan pola hidup masyarakat yang berupaya untuk menjaga kesehatann dan kebersihan.
Pada sektor pertanian sepanjang tahun 2020 tepatnya dari triwulan I hingga triwulan IV dibandingkan triwulan I hingga triwulan IV tahun 2019 selalu mengalami pertumbuhan positif secara berurutan sebesar 0,01 persen, 2,2 persen, 2,16 persen, dan 2,59 persen. Pada triwulan I, subsektor tanaman pangan mengalami kontraksi sebesar -10,31 persen. Kontraksi tersebut disebabkan oleh pergeseran panen raya sehingga terjadi pada Maret tahun 2019 dan adanya cuaca ekstrim pada awal tahun 2020. Pada triwulan IV, subsektor peternakan mengalami kontraksi sebesar -1,86 persen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan permintaan industri pemotongan hewan akibat dari pandemi Covid-19. Selain itu, subsektor kehutanan dan penebangan kayu mengalami kontraksi sebesar -5,42 persen. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan Realisasi Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu (RPBBI).
Apabila dilihat dari sisi kinerja ekspor sektor pertanian masih menunjukkan kondisi yang baik. Berdasarkan data BPS, ekspor sektor pertanian pada Januari hingga Desember tahun 2020 terhadap Januari hingga Desember tahun 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 13,98 persen. Pertumbuhan ekspor pertanian tersebut disebabkan oleh peningkatan ekspor sarang burung. Apabila dibandingkan dengan ekspor industri pengolahan, sektor tersebut hanya mengalami pertumbuhan ekspor sebesar 2,95 persen sedangkan sektor pertambangan dan lainnya mengalami penurunan ekspor sebesar -20,70 persen.
Berkaitan dengan upah, beradasrkan data BPS upah nominal harian buruh tani nasional pada Desember tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 0,13 persen. Apabila dibandingkan upah nominal harian buruh tani nasional pada November tahun 2020 yaitu dari Rp 55.848,00 menjadi Rp 55.921,00 per hari. Upah nominal buruh atau pekerja merupakan rata-rata upah harian yang diperoleh buruh atau pekerja sebagai balas jasa terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.
Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami peningkatan pada Desember tahun 2020 dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan data BPS, NTP pada Desember tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 0,37 persen. Peningkatan ini disebabkan terjadinya kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga, biaya produksi, serta penambahan barang modal. Dari NTP, masyarakat dapat mengetahui tingkat daya beli petani di daerah perdesaan serta daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa untuk dikonsumsi dan biaya produksi.
Pada masa pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak memiliki dampak yang besar dari adanya Covid-19. Sebagaimana yang pernah terjadi ketika masa krisis ekonomi pada tahun 1998, sektor pertanian tetap mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
Selain itu, terjadinya peningkatan jumlah pengangguran akibat Covid-19, membuat sebagian masyarakat beralih untuk bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan data BPS, pada Agustus tahun 2020 sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap jumlah tenaga kerja dengan nilai sebesar 29,76 persen dan mengalami peningkatan sebesar 2,23 persen. Adanya kebijakan pembatasan seperti physical distancing sehingga masyarakat dapat memiliki banyak waktu luang dalam berkreativitas terutama di sektor pertanian. Adanya peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia juga memudahkan dalam melakukan pemasaran produk pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi harapan bagi negeri ini, terutama di masa pandemi Covid-19. Sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat sehingga permintaannya jarang mengalami penurunan. Namun, dalam mendukung sektor pertanian diperlukan keterlibatan berbagai pihak sehingga sektor tersebut tetap menjadi sektor unggulan begitu pula masyarakat yang ikut serta di dalam sektor tersebut menjadi sejahtera. Selain itu, diharapkan terwujudnya target Nawacita Presiden yang berkaitan dengan ketahanan pangan yaitu menjadikan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045 melalui penetapan peta jalan pada program prioritas target swasembada 11 komoditas pangan strategis.
Berikut ini inovasi daerah dalam memajukan sektor pertanian yaitu; Pertama, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menggagas inovasi dan teknologi Sistem Informasi Peta Peruntukkan Perkebunan atau disebut sebagai Si Perut Laper. Inovasi tersebut dapat memberikan solusi rekayasa faktor pembatas melalui rekomendasi pengelolaan lahan secara mekanik maupun vegetative. Selain itu, inovasi tersebut dapat menyajikan informasi kesesuaian lahan dan komoditas berupa lahan sesuai (S1), cukup sesuai (S2), kurang sesuai (S3), serta tidak sesuai (N). Keberhasilan inovasi tersebut misalnya ditandai dengan terjadinya peningkatan arah pemanfaatan lahan sesuai (S1) sebesar 40 persen serta menurunkan arah pemanfaatan cukup sesuai (S2) dan kurang sesuai (S3) sebesar 60 persen.
Kedua, Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang merumuskan strategi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian tersebut meliputi strategi yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani, strategi yang berkaitan dengan peningkatan produksi pertanian atau perkebunan, strategi yang berkaitan dengan peningkatan produksi hasil peternakan, strategi yang berkaitan dengan peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, strategi yang berkaitan dengan peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian, strategi yang berkaitan dengan peningkatan penerapan teknologi peternakan, strategi yang berkaitan dengan peningkatan pemberdayaan penyuluh pertanian atau perkebunan lapangan, serta strategi yang berkaitan dengan pangan.
Ketiga, Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengimplementasikan Program Kartu Petani Berjaya (PKPB). Inovasi tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya pemalsuan benih sehingga dilakukan Barcode terhadap benih yang akan disertifikasi oleh UPTD BPSB DKPTPH Provinsi Lampung. Selain itu, stabilisasi kecukupan pangan pemerintah melalui ketersediaan bahan pangan yang beredar di masyarakat dengan pemantauan distributor, pedagang pasar tradisional, dan modern secara berkala. Adapun dalam memperkuat cadangan pangan pemerintah setiap tahunnya bekerja sama dengan Bulog.
Adapun dari pemerintah pusat, inovasi memanfaatkan sektor pertanian dalam penguatan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani atau nelayan yaitu; pertama, pembangunan food estate di Provinsi Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara yang berbasis korporasi dalam kerangka penguatan sistem pangan nasional. Kedua, mengembangkan klaster bisnis padi menggunakan pendekatan pengelolaan lahan yang awalnya tersegmentasi menjadi satu area. Ketiga, mengembangkan kawasan hortikultura berorientasi ekspor dengan model kemitraan Creating Shared Value (CSV) antara pemerintah pusat, daerah, swasta, serta petani. Keempat, kemitraan inklusif Closed Loop pada komoditas hortikultura sebagai bentuk implementasi antara akademisi, bisnis, pemerintah, serta komunitas. Kelima, mengembangkan seribu desa sapi program sehingga dapat meningkatkan populasi dan produktivitas sapi. Keenam, mengembangkan industri rumput laut nasional dalam mengoptimalkan produksi dalam negeri. Ketujuh, mengembangkan korporasi petani dan nelayan dengan arah menuju sistem agribisnis hulu hilir sehingga mengedepankan pemberdayaan mereka.
Referensi:
http://ppid.jabarprov.go.id/posting/read/3807-Jabar-Siap-Kembangkan-Inovasi-dan-Teknologi-Pertanian
https://dispertan.pemalangkab.go.id/index.php/kebijakan-pembangunan-pertanian-2/
https://dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/sektor-pertanian-lampung-torehkan-prestasi
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/647/pemerintah-dorong-peningkatan-sektor-pangan-dan-pertanian-untuk-kesejahteraan-masyarakat-indonesia