(Sumber : kemlu.go.id)
Pariwisata menjadi sektor yang paling di lirik saat ini. Keberadaan sektor pariwisata memainkan peran yang dinamis dimana setiap elemen masyarakat dapat terlibat sekaligus pemerintah pun terlibat. Pada saat pandemi Covid-19, sektor pariwisata terimbas dampaknya. Banyak masyarakat yang mengeluhkan kapan bisa mudik, kapan bisa keluar rumah, kapan bisa kembali normal. Tak ada orang yang tidak mendambakan keberuntungan. Di sisi lain, pandemi ini tidak serta merta dipandang buruk di segala aspek. Tahun ini pun semua orang berjuang dan bertahan. Situasi terkini sedang proses vaksinasi. Beberapa izin kegiatan keramaian kembali diberlakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pandemi tidak lagi asing saat ini, banyak hal yang dipelajari oleh masyarakat atau pemerintah. Salah satu upaya itu adalah Virtual Tourism.
Era digital merupakan era dimana segala kehidupan manusia berhubungan dengan teknologi. Teknologi berfungsi mempermudah kegiatan manusia. Gadget bisa Anda temui dimana pun Anda pergi. Teknologi tidak bisa lepas dari genggaman manusia. Pemanfaatan teknologi pada saat ini sangat mujur sekali. Pembatasan sosial, dilarang berkerumun, dan menjaga jarak adalah keuntungan dari berkembangnya teknologi. Teknologi dapat digunakan pada momen tertentu dengan sedikit biaya dan praktis melalui jendela layar yang menyala.
Menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO), melaporkan kunjungan turis internasioanl menurun sebesar 79% pada Agustus dibandingkan tahun 2019 atau berkurang sejumlah sekitar 700 juga kunjungan. Pandemi sangat memengaruhi pergerakan manusia, salah satunya untuk memenuhi keinginan berwisata. Pelaku Wisata atau Pemerintah perlu memehartikan tren kunjungan wisata mancanegara saat pandemi terjadi. Tidak memungkiri pariwisata memiliki kekuatan dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Dengan adanya pandemi, sektor pariwisata akan semakin terpuruk apabila tidak segera ditanggulangi. Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah, adanya virtual tour pada beberapa destinasi di Indonesia. Sekarang Anda dapat menggunakan fitur untuk menjelajah secara virtual di Museum Nasional Indonesia. Kebijakan virtual tour semacam ini yang diperlukan untuk menjaga minat wisatawan mancanegara atau dalam negeri.
Di negeri Sakura, pemerintah Metropolitan Tokyo memasarkan jasa tur online dengan menampilkan tempat-tempat wisata di Ibukota Jepang. Singapore Tourism Board melakukan kerjasama TourHQ dan Airbnb’s Online Experiences. Dalam berita online The Straits Times, Singapore Tourism Board dan Airbnb menandatangi kontrak untuk mempromosikan tur dan pengalaman menggunakan platfrom Airbnb. Virtual tour menjadi tren saat ini. Dengan tidak melakukan apa-apa di rumah, keinginan untuk mengingat pengalaman berwisata. Virtual tour menjaga minat wisatawan selama pandemi, pariwisata tur tidak dirancang untuk menggantikan pariwisata konvesional. Ketika sudah membaik kondisinya, wisatawan diharapkan tetap ingat dan ingin kembali ke tempat wisata yang disuguhkan pada virtual tour.
Virtual tour dinilai sebagai solusi alternatif pada saat pandemi. Pelaku wisata dapat melakukan berbagai kegiatan meskipun melalui virtual. Dengan adanya virtual tour, pelaku wisata masih dapat melakukan kegiatan promosi tempat wisata, di sisi lain, virtual tour dapat memberikan kesempatan untuk industri kreaktif atau kerajinan untuk mempromosikan barangnya. Pelaku wisata yang menyediakan jasa virtual tour antara lain, Wisata Kreatif Jakarta, Atourin, Bersukaria Tour, Travalal, dan Jakarta Good Guide.
Dalam artikel Whiteboard Journal, Jakarta Good Guide merupakan kegiatan tur yang menawarkan jalan kaki atau walking tour ke berbagai destinasi di Jakarta. Konsep yang ditawarkan Jakarta Good Guide dalam menyelenggarakan virtual tour adalah ‘pay as you wish’, konsep tersebut mungkin terdengar asing. Namun, konsep tersebut mudah dijumpai di Eropa. Sistem ini tidak menetapkan harga pada tur yang ditawarkan, wisatawan dapat membayar sesuai kepuasan dan pengalaman wisatawan saat menjalani tur.
Perkembangan teknologi menjadi hal perlu digenjot saat ini. Kebutuhan terhadap informasi dan layanan cepat seakan menjadi biasa. Meskipun virtual tour dapat diminati, pariwasata yang sesungguhnya adalah mengunjungi tempat wisata secara langsung. Pariwisata perlu tetap dikembangkan dari bawah, dari masyarakat sekitar. Ajang digitalisasi dan inovasi digitalisasi seakan menjadi pamor perkembangan ke depannya. Mungkin saja, virtual tour akan masih tetap digunakan walaupun kondisi sudah kembali normal.