Apakah Anda sering mengatakan kata, “Terserah,” “Ya sudah,” atau “Nggak papa kok” saat marah? Alih-alih mengatakan apa yang membuat kesal seseorang kadang lebih memilih diam untuk menghindari konflik. Tapi berhati-hatilah hal tersebut bisa jadi adalah indikasi bahwa Anda adalah orang yang suka berperilaku pasif-agresif.
Apa sebenarnya perilaku Pasif-Agresif itu?
Perilaku pasif-agresif adalah sebuah perilaku yang digunakan seseorang untuk menyampaikan rasa kesalnya secara tidak langsung. Alih-alih marah atau mengungkapkan kekecewaannya, orang dengan perilaku pasif-agresif akan lebih memilih menutupinya dan membuat orang lain bingung. Terkadang perilaku ini dilakukan karena seseorang merasa takut dan tidak mampu mengungkapkan perasaannya. Namun tak jarang pula hal ini dilakukan secara sengaja untuk membuat target kemarahan merasa bingung dan sakit hati.
Perilaku ini biasanya ditunjukkan dengan cara mengelak dari apa yang sebenarnya dirasakan. Seseorang yang mengatakan dirinya tidak kesal padahal sebenarnya kesal misalnya. Ia ingin orang lain memahami apa yang ia rasakan tanpa harus mengatakan apapun. Lalu jika orang lain tidak paham, ia akan mendiamkan mereka untuk menunjukkan kemarahan dan membuat mereka menyadari kesalahan mereka dengan sendirinya (silent treatment).
Perilaku pasif-agresif tentunya bukan suatu hal yang baik untuk dilakukan. Tidak hanya memperburuk hubungan kita dengan orang lain karena membuat mereka merasa bingung dan bersalah setiap terjadi masalah. Namun juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Perilaku ini membuat seseorang memendam dan memupuk emosi negatif yang seharusnya dikeluarkan.
Apa yang Menyebabkan seseorang berperilaku pasif-agresif?
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa sebenarnya perilaku ini tidak baik untuk dilakukan karena membuat orang lain bingung dan merasa buruk. Lalu mengapa perilaku ini menjadi sangat umum terjadi?
- Pola Asuh atau Budaya
Di beberapa budaya mungkin mengajarkan bahwa menunjukkan perasaan negatif kita pada orang lain dianggap bukan sesuatu yang baik dan sopan. Ekspresi marah misalnya, orang akan mudah dianggap sebagai pribadi yang buruk jika mudah mengekspresikan amarah mereka. Dalam situasi ini, pengungkapan marah yang bisa dilakukan hanyalah secara pasif.
- Situasi
Dalam lingkungan kerja misalnya, perilaku marah dan ‘terlalu jujur’ dapat dianggap tidak sopan. Terlebih jika Anda berhubungan dengan atasan. Dalam situasi ini Anda mungkin akan lebih memilih untuk diam untuk menghindari konflik.
- Tidak Mau Ribet
Bagi beberapa orang bersikap tegas dan terbuka dengan orang lain bukanlah hal yang mudah. Terkadang tindakan membela diri dan mengekspresikan apa yang dirasakan bisa jadi menakutkan karena tidak siap menerima respon dari orang lain. Dalam situasi ini perilaku pasif-agresif dipilih sebagai jalan untuk mengatasi konflik tanpa menghadapi sumber amarah.
Bagaimana Jika Saya Memiliki Kecenderungan Berperilaku Pasif-Agresif?
Seperti halnya dengan orang yang manipulatif, orang dengan perilaku pasif-agresif ini biasanya cenderung tidak menyadari perilakunya. Coba refleksikan diri Anda dan tanyakan pada diri Anda hal-hal berikut ini. Nilailah diri Anda secara objektif untuk mengetahuinya.
- Apakah Anda sering mengabek jika merasa orang lain tidak bisa membuat Anda bahagia?
- Apakah Anda lebih memilih memendam emosi untuk menghindari konflik?
- Apakah Anda sering kali menghindari orang yang membuat Anda marah dan kecewa?
- Apakah Anda sering mendiamkan orang lain dengan tujuan menghukum mereka?
- Apakah Anda sering menggunakan sarkasme untuk menghindari penjelasan lawan bicara Anda?
- Apakah Anda sering menyalahkan situasi dan orang lain saat terjadi masalah?
Jika Anda merasa melakukan hal-hal di atas bisa jadi Anda adalah orang dengan perilaku pasif-agresif. Beberapa cara berikut ini mungkin dapat dilakukan untuk merubah perilaku agar hubungan Anda dengan orang lain lebih sehat.
Pertama, sadari diri. Perilaku pasif-agresif sering kali muncul karena seseorang tidak memahami dengan jelas apa yang ia rasakan dan cara mengungkapkannya. Oleh karena itu identifikasi hal tersebut. Saat Anda merasa marah atau kesal, cobalah untuk diam beberapa saat. Rasakan dan perhatikan hal-hal yang membuat Anda marah. Coba bayangkan jika Anda mengekspresikan kemarahan Anda dengan cara yang berbeda. Ungkapkan apa yang membuat Anda marah tanpa membuat orang lain merasa buruk.
Kedua, pahami polanya. Setiap perilaku ada dengan hukum sebab-akibat, tak terkecuali perilaku pasif-agresif. Kenali pemicu-pemicu yang dapat menyebabkan perilaku tersebut muncul. Jika perlu buatlah jurnal harian untuk mencermati polanya. Catat hal-hal yang dapat membuat anda berperilaku pasif-agresif. Jika perilaku tersebut mulai muncul, tahan dan pikirkan terlebih dahulu dampaknya sebelum terlambat.
Ketiga, belajar mengkspresikan emosi dengan bijak. Memahami emosi Anda dan belajar mengekspresikan perasaan Anda dengan tepat adalah langkah penting untuk mengakhiri perilaku pasif-agresif. Konflik adalah bagian hidup yang tak terhindarkan, tetapi mengetahui cara menegaskan perasaan Anda secara efektif dapat menghasilkan perubahan yang lebih baik. Cara terbaik dalam hal ini adalah dengan memposisikan diri sebagai orang lain. Bagaimana perasaan Anda jika diperlakukan secara pasif-agresif oleh orang lain?
Bagaimana Jika Orang Lain yang Berperilaku Pasif-Agresif Terhadap Kita?
Jika hal ini terjadi pada orang lain, Anda mungkin saja menjadi tidak sabar dan berusaha untuk menghadapinya secara langsung, tapi cobalah untuk menahannya. Mengungkapkan kemarahan atau frustrasi kemungkinan besar akan memacu orang tersebut untuk terus berperilaku dengan cara yang sama. Beberapa tips berikut mungkin dapat membantu Anda dalam menghadapi orang dengan perilaku pasif-agresif:
Buat mereka merasa aman untuk mengatakan perasaannya. Orang berperilaku pasif-agresif terkadang karena mereka takut menghadapi reaksi Anda. Mereka takut reaksi Anda akan menyudutkan dan menyalahkan mereka. Oleh karena itu, bantu mereka untuk bersikap jujur pada Anda. Katakan bahwa Anda menghargai sudut pandang mereka dan menerima apa yang mereka rasakan.
Kendalikan reaksi Anda. Kendalikan diri Anda untuk tetap tenang dalam menghadapi perilaku mereka. Jagalah suara Anda, jangan sampai meninggi serta tahan emosi Anda. Semakin sedikit Anda bereaksi, semakin sedikit pula kemungkinan mereka mengendalikan Anda. Ingatkan diri Anda selalu bahwa Anda tidak bisa menghadapi perilaku pasif-agresif dengan menyerang mereka. Tetap kendalikan emosi Anda. Tanggapi perilaku yang tidak baik dengan perilaku yang bijak.
Berempati. Mungkin terdengar sulit untuk berempati dengan orang yang sulit, tapi ini sangat efektif untuk dilakukan, jadi cobalah. Alih-alih menyerangnya secara agresif, Anda dapat mengatakan padanya, “Anda pasti kesal dengan hal yang tadi terjadi, itu pasti sulit kan?”. Validasi perasaan dan emosi mereka adalah salah satu cara membuat mereka lebih terbuka dengan amarah dan kekesalan mereka.
Beberapa hal di atas adalah penjelasan mengenai perilaku pasif-agresif yang tanpa kita sadari sering kali terjadi pada kita dan orang-orang di sekitar kita. Ingatlah perilaku ini tidak akan menyelesaikan permasalah dan justru malah membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi renggang. Cobalah untuk lebih bijak dalam mengekspresikan emosi Anda.
Sumber:
Cherry, K. (2020, June 30). What is passive-Aggressive behavior? VeryWell Mind. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/what-is-passive-aggressive-behavior-2795481#how-to-cope
Hendriksen, E. (2020, October 16). 5 ways to deal with passive aggressive people. Psychology Today. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/how-be-yourself/202010/5-ways-deal-passive-aggressive-people