Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia sebelum masa pandemi datang masih terbagi dalam kelas-kelas, yaitu masyarakat kelas bawah, menengah, menengah atas, dan atas. Dominasi jumlah masyarakat kelas menengah hingga kelas bawah ini cukup besar daripada jumlah kelas atas. Oleh karena itu, bukan hanya saja menjadi PR pemerintah untuk mengatasinya tetapi juga seluruh masyarakat yang memiliki kompetensi dalam hal tersebut.
Datangnya COVID-19 ini bisa jadi menambah beban hidup masyarakat, tidak hanya kelas bawah atau menengah tetapi juga untuk kelas atas. Karena banyak bisnis yang terhambat di awal pandemi.
Kebanyakan masalah ekonomi saat pandemi menimpa para pengusaha dan buruh harian karena penghasilan mereka sangat bergantung dengan penjualan pada hari itu. Ketika pengusaha atau pemilik pabrik tidak bisa berjualan karena harus PSBB atau bekerja dari rumah, maka penjualan pada hari itu akan terhambat. Kemudian efeknya akan mempengaruhi para buruh pabrik yang tidak ada pekerjaan hari itu dan otomatis juga pabrik tidak memberikan upah.
Sebaliknya untuk orang-orang kantor atau PNS, kondisi ini tidak begitu berpengaruh karena mereka memiliki gaji tetap di setiap bulannya. Mari kita lihat lebih besar mana antara jumlah pegawai dan wiraswatsa di Indonesia.
Menurut catatan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) berdasarkan data dari BPS jumlah pengusaha di Indonesia meningkat dari yang sebelumnya sebesar 1,67% menjadi 3,10% dari total jumlah penduduk Indonesia yang saat ini sebanyak 225 juta jiwa.
Namun jumlah tersebut masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti di Malaysia yang jumlahnya sebesar 6% dari total penduduknya, Singapura sebesar 7%, dan Thailand sebesar 5%.
Oleh karena itu, pemerintah ingin meningkatkan jumlah pengusaha meski di tengah pandemi karena asumsinya jika pengusaha bertambah maka akan meningkatkan pendapatan per kapita dan efeknya daya beli masyarakat pun meningkat.
Apa saja upaya pemerintah untuk mencetak 5000 pengusaha muda di tengah pandemi ini?
Program Pemerintah Mencetak Pengusaha Muda di Tengah Pandemi
Program bantuan pemerintah untuk pengusaha dan UMKM bertujuan sebagai stimulus perekonomian di masa pandemi COVID-19. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini dipilih dengan tujuan utama melindungi, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha, terutama UMKM selama pandemi COVID-19.
Program PEN implementasinya berupa insentif pajak dan restrukturisasi kredit. Penjelasannya sebagai berikut :
- Insentif pajak ini diberlakukan bagi pengusaha dengan omset kurang dari Rp 4,8 miliar per tahun.
- Pemerintah bebaskan PPh 21 karyawan di masa pandemi COVID-19 dengan ketentuan tertentu selama 6 bulan.
- Relaksasi dan restrukturisasi kredit UMKM yang mencapai nilai 597 triliun rupiah. Demi mempertahankan performa perkreditan bagi pelaku UMKM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan relaksasi kredit usaha mikro dan usaha kecil di bawah Rp 10 miliar. Jenis dan lama penundaan tergantung kebijakan dari masing-masing bank. Yang berhak mendapat keringanan antara lain sektor pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan.
Alasan pemerintah memilih 5000 pengusaha muda ini berkaitan dengan pemanfaatan teknologi dan system informasi yang kini semakin berkembang dan Indonesia sedang menyesuaikan dengan dunia digital. Lalu apa artinya pengusaha yang tidak lagi berusia muda tidak diperhatikan oleh pemerintah?
Tentunya pemerintah lebih fokus untuk mencetak pengusaha muda karena rasio jumlah usia produktif yang masih berstatus pengangguran, usia produktif yang belum memiliki pekerjaan layak atau sesuai, jumlahnya lebih besar daripada jumlah pengusaha yang sudah lebih dari usia produktif.
Kita butuh entrepreneur muda sebab industry atau ekonomi kreatif sangat strategis ke depan bagi pelaku industry dan perekonomian nasional. Dalam mencetak entrepreneur muda nantinya juga akan terlihat target dan gambaran pemerintah akan peran masyarakat, para talenta, dan pekerja kreatif, pemetaan industry kreatif yang unggulan di pasar domestik dan asing, serta peran wirausahawan nasional.
Selain itu, para pemuda dan pemudi Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapi dunia di tahun 2045 mendatang. Tujuannya agar bangsa Indonesia bisa bersaing dengan tenaga kerja asing yang sudah lebih dulu mengenal digital lebih baik dari Indonesia.
Dengan alasan tersebut kita lihat betapa pemerintah Indonesia menaruh harapan yang besar bagi para generasi milenial sebagai penerus bangsa. Para milenial saat ini pada tahun 2045 mendatang akan tumbuh menjadi pemuda dan pemudi yang berusia matang dan siap menghadapi persaingan dunia luar.
Pemerintah lebih fokus kepada bagaimana menciptakan pekerjaan dalam dunia kewirausahaan dengan mengembangkan jumlah tenaga kerja da menginisiasi terciptanya Indonesian Entrepreneurship Camp.
Pertanyaan selanjutnya apakah masyarakat Indonesia siap untuk dijadikan pengusaha oleh pemerintah? Karena berbagai upaya pemerintah tidak akan memberikan hasil yang maksimal ketika para individu tidak dibekali dengan kapasitas diri (internal) yang memadai.
Cara Menyiapkan Diri Untuk Menjadi Pengusaha Sukses
Tips berikut ini diharapkan bisa memberikan inisiatif peningkatan SDM dari dalam diri kita (self development).
1.Yakinkan Diri
Sebaiknya sejak dini kita mencoba meyakinkan diri kita ingin menjadi seperti apa di masa depan. Apakah pilihan kita ingin menjadi pengusaha, PNS, atau pegawai professional (akuntan, notaris, dll). Jangan sampai di tengah perjalanan nanti kita tidak maksimal dalam mengupayakannya karena mudah putus asa.
Mudah merasa putus asa atau menyerah saat berjuang mencapai cita-cita ini juga sangat dipengaruhi oleh niat atau alasan kita ketika memilihnya. Jika alasan kita kurang kuat maka tidak heran ketika kita menghadapi masalah kita mudah baper dan menyerah.
2. Persiapkan model bisnis
Model bisnis yang nanti akan kita jalankan seperti apa juga harus mulai kita pikirkan. Setidaknya kita mulai melirik model bisnis yang saat ini berjalan dan belajar dari role model pemilik bisnisnya. Karena tidak ada orang sukses yang tidak mengalami kegagalan. Dari role model tersebut kita bisa belajar kegagalan apa saja yang dialami dan kita berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
3. Open Minded / Berpikir Terbuka
Berpikir secara terbuka ini seperti kita “out of the box”. Tidak suka hal-hal yang mainstream atau sudah banyak orang yang melakukan. Apalagi ketika melihat orang lain sukses saat berjualan produk tertentu dan kita akhirnya ikut-ikutan. Teknik ikut-ikutan ini tentunya tidak memberikan peluang bagi kita untuk sukses karena kita hanya melihat endingnya saja, tetapi kita lupa dibalik kesuksesan tersebut proses apa saja yang sudah dilewati.
4. Menyiapkan visi dan misi
Visi dan misi tidak hanya dibutuhkan sebuah organisasi atau perusahaan, tetapi juga setiap individu. Dengan kita memiliki visi dan misi maka kita akan memiliki prinsip sehingga tidak akan mudah terpengaruh.
5. Mau Terus Belajar
Belajar untuk melihat peluang bisnis, belajar menentukan target market, dan tentunya belajar mempraktekkan setiap prosesnya. Sesekali mengeluh saat belajar karena kesulitan itu manusiawi tetapi jangan lupa untuk bisa segera bangkit lagi.
6. Menyiapkan mental
Mental ini kaitannya dengan mindset, ketika kita memiliki mindset yang kuat maka mental pun ikut kuat, tidak mudah goyah saat menghadapi masalah. Menyiapkan mental saat menghadapi keberhasilan tentunya akan berbeda dengan mental saat menghadapi kegagalan. Oleh karena itu, lebih baik kita menyiapkan mental juga untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk dan sekaligus mencari alternatif solusinya.
7. Jalankan bisnis yang disukai
Ada pepatah bilang, “cintai apa yang kamu kerjakan, maka kamu akan mencintai pekerjaanmu”. Kalimat ini memang tidak mudah untuk dipraktekkan karena seringkali terjadi ketika kita memiliki passion pada hal tertentu tetapi ternyata tidak bisa menghasilkan banyak untuk hidup kita. Sebaliknya ketika kita mendapatkan hasil yang banyak dari pekerjaan tersebut tetapi kita tidak menyukainya akhirnya berdampak pada diri sendiri yang mudah merasa stress.
Solusinya ketika hal ini terjadi adalah bersabar dalam berproses, mungkin kita belum menemukan apa yang kita sukai dari apa yang kita kerjakan saat ini. Menjadi orang sukses tidak bisa diciptakan dalam waktu semalam. Banyak hal yang pastinya akan dilewati untuk mencapai tujuan kita. Dan ketika itu tercapai kita akan merasa bebas melakukan apa yang kita sukai. Tidak jarang malahan orang yang awalnya tidak suka dengan pekerjaannya tetapi karena terbiasa dan membawa hasil untuk hidupnya malahan berubah menjadi mencintai pekerjaan tersebut yang awalnya dia benci.
Bekal dari dalam diri kita tersebut akan memberikan hasil yang berbeda ketika kita hanya menerima program-program dari pemerintah tanpa menyiapkannya terlebih dulu. Oleh karena itu, upaya pemerintah dalam mencetak ribuan pengusaha muda meski kondisi di tengah pandemi ini akan lebih berdampak ketika ada sinergi dari dalam diri kita untuk menyambut program tersebut dengan optimal. Yang terpenting adalah membentuk mindset pengusaha agar tumbuh minat dalam diri.
Referensi :
Zulfi Suhendra. 2020. Pemerintah Mau Cetak 5.000 Pengusaha Baru Di Tengah Pandemi di https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5103989/pemerintah-mau-cetak-5000-pengusaha-baru-di-tengah-pandemi (diakses 7 April 2021).
Radika K Cahyadi. 2020. Bantuan Pemerintah Untuk Pengusaha Di Masa COVID-19 di https://www-gadjian-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gadjian.com/blog/2020/07/06/bantuan-pemerintah-pengusaha-bisnis-covid-19/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh=16178036319176&_ct=1617804028361&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.gadjian.com%2Fblog%2F2020%2F07%2F06%2Fbantuan-pemerintah-pengusaha-bisnis-covid-19%2F (diakses 7 April 2021).
Walter P. 2021. Jumlah Pengusaha di Indonesia Meningkat, Tapi… di https://koinworks.com/media/jumlah-pengusaha-di-indonesia-meningkat/ (diakses 7 April 2021).
15 Tips Cara Menjadi Pengusaha Sukses Dari Nol di https://voffice.co.id/jakarta-virtual-office/business-tips/15-tips-sukses-bangun-bisnis-dari-nol-untuk-pemula/ (diakses 7 April 2021).