Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas suatu lahan dengan cara menambah modal dan kemampuan petani sehingga pendapatan petani dapat terus meningkat.
Produktivitas suatu lahan merupakan sebuah kemampuan dari lahan sehingga dapat menghasilkan suatu produk pertanian. Salah satu aspek yang dapat memengaruhi produktivitas suatu lahan yaitu pengolahan lahan yang baik.
Pengolahan lahan dilakukan bergantung pada komoditas yang akan dibudidayakan dan jenis lahan yang akan digunakan.
Indonesia memiliki potensi lahan kering dengan luas sekitar 13,7 juta hektar yang masih belum dimanfaatkan.
Lahan kering merupakan suatu hamparan lahan luas yang jarang atau bahkan tidak tergenang air selama sebagian besar waktu dalam setahun.
Lahan kering menjadi salah satu sumber daya lahan yang banyak ditemui di Indonesia namun terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian khusus.
Pemanfaatan lahan kering sering menjadi kendala karena kondisi fisik lahan dengan kedalaman yang dangkal, sebagian horizon A atau B hilang akibat adanya erosi, lereng yang curam, kekeringan, dan penerapan teknik konservasi yang masih lemah.
Pertanian dengan menerapkan konsep konservasi merupakan sebuah alternatif konsep budidaya tanaman di lahan kering yang dalam penerapan jangka panjang dapat membantu meningkatkan produktivitas tanaman, efisiensi usahatani, dan kualitas tanah sehingga dapat diartikan bahwa penerapan teknik konservasi lahan kering menjadi salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan kering.
Hingga saat ini, banyak masyarakat yang melakukan teknik konservasi lahan kering namun kurang maksimal sehingga produktivitas suatu lahan masih kurang maksimal.
Penggunaan lahan kering untuk kegiatan budidaya tanaman pertanian tanpa diimbangi dengan adanya tindakan konservasi yang optimal akan menyebabkan terjadinya degradasi lahan sehingga produktivitas menurun.
Karakteristik Lahan Kering
Lahan kering diartikan sebagai sebuah lahan yang tidak digenangi air selama setahun atau sepanjang waktu.
Hal ini menyebabkan kondisi lahan yang semakin lama semakin rusak apabila tidak dilakukan tindakan perbaikan.
Lahan kering memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang rendah sehingga tingkat kesuburan juga rendah.
Tanah kering memiliki struktur tanah granuler hingga membulat dengan ukuran halus hingga sedang, tekstur tanah kasar, pH tanah netral, kapasitas tukar kation tanah yang rendah, kejenuhan basa rendah, dan kandungan C-organik yang semakin lama semakin rendah seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah.
Wilayah lahan kering umumnya memiliki curah hujan yang rendah, yaitu 2000 mm/tahun sehingga memiliki tingkat ketersediaan air dan kesuburan tanah yang rendah.
Pengelolaan lahan kering di Indonesia masih belum diusahakan secara intensif karena rendahnya tingkat kesuburan tanah.
Kebanyakan dari petani hanya melakukan teknik pengelolaan tanah sederhana tanpa diimbangi teknik konservasi yang lebih intensif.
Pengoptimalan Teknik Konservasi
Pengoptimalan tenik konservasi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah di lahan kering sehingga lahan kering menjadi lebih produktif.
Teknik konservasi tanah yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua teknik, yaitu teknik vegetatif dan teknik mekanik.
1. Teknik Vegetatif
Teknik vegetatif diterapkan melalui penanaman tanaman penutup tanah dan penerapan agroforestri.
Tanaman penutup tanah merupakan suatu tanaman yang ditujukan untuk menutup permukaan tanah sehingga dapat mengurangi dispersi air hujan dan mencegah risiko terjadinya erosi.
Tanaman penutup tanah dbedakan menjadi dua, yaitu tanaman penutup rendah dan tinggi.
Tanaman penutup rendah yang biasa digunakan yaitu berupa tanaman rumput-rumputan bede, boto-boto, kopasanda, dan sualang, sedangkan tanaman penutup tinggi yaitu cemara gunung dan cempaka.
Agroforestri atau kebun campuran merupakan sistem pengoptimalan lahan yang menggunakan tanaman pepohonan dan tanaman pertanian dan mengurangi risiko terjadinya erosi.
Laju erosi tanah pada lahan pertanian dapat dicegah dengan penerapan pola konservasi seperti agroforestri.
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem agroforestri yaitu tanaman cemara agung, cempaka, cengkeh, manga, pisang, dan sebagainya.
2. Teknik Mekanik
Teknik mekanik diterapkan melalui penggunaan teras bangku.
Penerapan teras bangku ini dapat membantu mengurangi panjang lereng dan menahan air.
Hal ini dikarenakan pada teras ditanami tanaman penguat teras yang ditanam pada bagian bibir dan samping teras.
Bagian samping teras juga diberi saluran pembuangan air yang berfungsi untuk membuang kelebihan air atau bisa juga untuk mengalirkan air pada lahan tersebut.
3. Teknik Konservasi Air
Teknik korservasi lahan juga harus diimbangi dengan adanya teknik konservasi air dengan tujuan agar air tetap tersedia sepanjang tahun.
Teknik konservasi lahan yang dikombinasikan dengan teknik konservasi air mampu mengurangi risiko degradasi lahan.
Teknik konservasi air dapat dilakukan melalui pembuatan sumur resapan, rorak, dan embung.
Penutup
Indonesia memiliki potensi lahan kering yang cukup luas namun belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan alasan bahwa lahan kering memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan memiliki risiko erosi yang cukup tinggi.
Adanya permasalahan ini menjadi kendala dalam pemanfaatan lahan kering. Sebagian masyarakat sudah memanfaatkan lahan kering namun dalam praktiknya belum dilaksanakan secara intensif.
Pengoptimalan teknik konservasi lahan menjadi salah satu teknik dalam memaksimalkan pemanfaatan lahan kering.
Teknik konservasi lahan yang dapat dilakukan yaitu teknik vegetatif dan teknik mekanik.
Kombinasi antara teknik konservasi lahan dengan teknik konservasi air akan memberikan hasil lebih baik dalam pengoptimalan lahan kering.