Menjadi Presiden merupakan salah satu amanah yang diemban oleh seseorang untuk menjalankan roda pemerintahan. Negara dapat menjadi sejahtera karena steering dari presiden yang mampu membuat keputusan maupun kebijakan. Presiden diibaratkan sebagai pimpinan perang militer seperti gladiator yang memimpin pasukan perang pada masa romawi kuno. Para pemimpin yang baik merupakan pemimpin yang mampu memenuhi visi dan misi yang telah direncanakan sebelumnya. Setiap visi dan misi seorang pemimpin pastilah berbeda-beda bergantung kondisi kelompok yang ia pimpin. Namun, pada dasarnya seseorang pemimpin ingin membawa kesejahterahan bagi kelompoknya. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, seorang pemimpin harus mempunyai karakterististik jiwa kepemimpinan. Karakteristik tersebut dapat terlihat dari gaya kepemimpinan yang dibawanya oleh para masing-masing pemimpin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Gaya merupakan kesanggupan maupun kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kepemimpinan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perihal pemimpinan. Jadi, gaya kepemimpinan adalah cara dan kekuatan seorang pimpinan untuk melakukan sesuatu. Gaya kepemimpinan dapat dikatakan pula sebagai cara maupun media yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk berbuat sesuatu.
Teori Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan kombinasi dari sifat, perilaku, dan idealisme yang mendasari bagimana pemimpin dalam berbuat sesuatu. Gaya kepemimpinan akan berpengaruh pada bagaimana seorang pemimpin dalam membawa arah bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Veithzal Rivai yang merupakan ilmuwan muslim, mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar utama dalam memimpin yaitu
- mementingkan palaksanan tugas
- mementingkan hubungan kerjasama
- mementingkan hasil yang dicapai
Seorang pemimpinan harus berfokus pada dasar kepemimpinan tersebut dalam sebuah organisasi. Adapun pembagian model gaya kepemimpinan dibagi menjadi beberapa yaitu:
-
Gaya Kepemimpinan Karismatis
Gaya ini sering menginterpetasikan peribahasa tong kosong nyaring bunyinya yang mempunyai arti bahwa seseorang yang banyak bicara namun minim ilmu. Namun tak jarang juga, gaya kepemimpinan ini dapat ‘berisi ilmu’ dan memiliki senjata utama yaitu mampu menarik perhatian orang-orang dengan memberikan motivasi kepada orang lain. Namun, masih banyak pemimpin yang menggunakan karismanya ini hanya sebagai pemanis di mulut namun nihil dalam eksekusi dari visi dan misinya.
-
Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Jenis gaya kepemimpinan ini menggambarkan seorang pemimpin yang cenderung menggunakan konsep people pleaser. Ungkapan ini mempunyai arti bahwa pemimpin jenis ini selalu menitikberatkan tidak hanya dirinya namun orang lain sebagai pertimbangan arah keuntungan. Hanya kepemimpinan berjiwa seperti ini yang mempunyai rasa iba terhadap lawannya. Namun dikarenakan memiliki banyak pertimbangan terhadap lawannya, menyebabkan pemimpin jenis ini cenderung penurut dan lemah karena sabar menerima tekanan
-
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan ini cenderung memiliki sifat pemikiran keras kepada dan ‘berdarah dingin’ karena tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Seorang pemimpin jenis ini ketika mengeluarkan keputusannya tidak jarang orang lain tidak dapat menggangu gugat seperti keputusannya bersifat harga mati. Karena prinsip jenis kepemimpinan ini tidak dapat ditentang, maka dapat berpotensi untuk berbuat kejam tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Konsep kepemimpinan jenis ini adalah seperti hukum rimba yang siap makan dan dimakan dalam pertarungan.
-
Gaya Kepemimpinan Moralis
Gaya kepemimpinan jenis ini berkaitan erat dengan sifatnya yang hangat dan sopan kepada semua orang. Banyak orang lain menyanjung kepemimpinan jenis ini karena seorang pemimpin dengan gaya ini dapat berempati pada masalah di sekitarnya. Namun, kelemahannya adalah emosinya yang tidak stabil yang dapat berubah 180 derajat sesuai mood dan tidak selalu bersikap hangat.
Analisa Gaya Kepemimpinan Presiden RI
Ir. Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia
Presiden soekarno merupakan seorang orator yang mampu membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan dan merupakan sosok yang nasionalisme. Sosok presiden pertama Indonesia ini memiliki gaya kepemimpinan moralis dan karismatis. Sosok yang namanya menjadi sebuah monumen di Kota Blitar ini menekankan pada moral dan berpegang teguh pada sila-sila dalam pancasila.
Namun dibalik kelebihan yang ia miliki, Soekarno memiliki kelemahan. Salah satunya adalah Soekarno merupakan sosok yang kurang tegas dalam mengambil keputusan disaat keadaan genting. Hal ini ditunjukkan oleh kasus G30 S/PKI yang marak pada masa kepemimpinan Soekarno.
G30 S/PKI yang juga dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September merupakan kudeta terhadap ketidakpuasaan kepemimpinan dari Soekarno. Pada waktu tersebut ,tepatnya pada tahun 1965, banyak terjadi pertumpahan darah hampir di seluruh wilayah nusantara karena terjadi pemberontakan dimana-mana. Ir Soekarno telat dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan perkara ini sehingga keadaan politik maupun pemerintahan di Indonesia tidak stabil. Selain itu, Soekarno dinilai mengambil kebijakan yang tidak realistis ketika Indonesia baru saja merintis sebagai negara terlepas dari belenggu penjajahan.
Kebijakan yang dilakukan Soekarno adalah meminimalisir peran investor asing dalam perekonomian Indonesia serta hanya mengandalkan kekuatan politik domestik tanpa ada pengawasan. Hal ini menyebabkan Bank Indonesia mencetak uang sebanyak-banyakmya untuk pembangunan proyek-proyek yang telah ditetapkan yang berujung pada kenaikan nilai mata uang rupiah dan kenaikan harga barang-barang pokok. Hal ini berdampak pada krisis ekonomi di Indonesia secara besar-besaran.
Soeharto, Si Macan Asia yang Perkasa
Presiden Soeharto merupakan presiden dengan masa jabatan terpanjang dalam sejarah kepemimpinan presiden di Indonesia yakni 32 tahun. Masa pemerintahan Presiden Soeharto menandakan bahwa awal dari orde baru. Gaya kepemimpinan yang diusung oleh Soeharto adalah gaya kepemimpinan otoriter.
Gaya kepemimpinan Soeharto memiliki kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Hitler. Hitler sering kali menganggung-nganggungkan suatu ras untuk menduduki suatu wilayah di Jerman. Tokoh rezim jerman ini membagikan formulir A untuk diisi oleh ras Arya dan formulir B untuk diisi oleh ras Yahudi. Hal ini memiliki cara berfikir yang sama dengan Soeharto yaitu memiliki visi untuk membagi kaum komunis menjadi beberapa kategori bagian seperti A, B, dan C.
Soeharto menerapkan istilah ‘bersih lingkungan’ yang mempunyai maksud bahwa birokrasi pemerintah tidak boleh ditunggangi oleh kaum komunis termasuk keturunannya. Namun karena gaya kepemimpinan yang diusungnya, Soeharto tidak memberikan kesempatan bagi masyrakat untuk ikut berpartipasi dalam pemerintahan.
Selain itu, Soeharto menekankan kebijakan dwifungsi ABRI yang membolehkan tentara untuk ikut campur dalam urusan politik. Pada saat itu, banyak oknum ‘yang menyandang senjata’ ini menduduki jabatan penting di pemerintah seperti gubernur, bupati, dan wali kota. Kebijakan ini menyebabkan kesempatan warga sipil semakin sempit untuk ikut berpatisipasi dalam pengambilan keputusan pemerintah dan menjadikan ABRI sebagai model superrior yang tak tertandingi.
BJ Habibie, Mr. Crack
Presiden ke-3 Indonesia ini memiliki singkatan nama awal BJ yang mempunyai kepanjangan Bacharuddin Jusuf. BJ Habibie mempunyai kegemaran di bidang otomotif terutama pada pesawat. Beliau banyak menoreh prestasi selama masa hidupnya, salah satunya adalah Pesawat N250 Gatot Kaca yang menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membuat produk pesawat sendiri untuk bersaing di kancah Internasional.
Gaya kepemimpinan BJ Habibie adalah tranformasional, yaitu memiliki visioner cita-cita yang membawa perubahan besar di masa kini dan masa mendatang. Hal ini terbukti dari keinginan BJ Habibie bahwa Indonesia mampu membuat karya sendiri yang tidak kalah dengan karya buatan negara lain.
Namun pada masa kepemerintahannya, BJ Habibie mempunyai kelemahan yaitu pengambilan keputusan yang terlalu cepat tanpa perlu mengkaji ulang kebijakan yang akan dikeluarkan. Dapat dilihat dari keputusannya menandakan bahwa BJ Habibie dinilai terlalu tergesa-gesa untuk melepaskan Timor-Timor.
Gus Dur, Bapak Pluralisme Indonesia
K.H Abudrrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur lahir di Jombang, 7 September 1940. Gus Dur membawa paham pluralisme yang mempunyai arti bahwa Gus Dur menghargai adanya perbedaan di Indonesia yang meliputi suku, ras, gender, dan agama. Sikap pluralisme ini tercerminkan pada sikap Gus Dur yang membela kaum minoritas maupun kaum muslim tanpa terkecuali serta membuka kesempatan untuk saling berkolaborasi.
Selain itu, Gus Dur juga mencabut Instruksi Presiden No.14/1967 yang dikeluarkan oleh Soeharto yang berisi bahwa adanya pelarangan ras Tionghoa untuk melakukan budaya tradisional mereka di wilayah Indonesia. Karena kebijakan yang ia buat memberikan dampak positif pada masyrakat, maka dapat dinilai bahwa gaya kepemimpinan Gus Dur adalah karismatik-transformasional. Gaya kepemimpinan ini menekankan bahwa Gus Dur mempunyai kepribadian yang mampu memberikan pengaruh positif, supel, dan optimis. Kepribadian Gus Dur seperti ini lah yang membuat masyrakat ‘kagum’ dan memberikan feedback yang positif terhadap kebijakannya.
Selain karismatik, Gus Dur juga mengusung gaya kepemimpinan transformasional yang menekankan pada perubahan besar yang ia bawa melalui beberapa kebijakan maupun peraturan. Namun kelemahan dari kepemimpinan Gus Dur adalah ia tidak menyukai kompromi dan tidak suka ditentang mengenai pendapatnya. Hal ini menyebabkan kecenderungan adanya gesekan antara Gus Dur dengan birokrat lainnya.
Megawati, The Brave Lady
Anak kedua dari Soekarno ini menjabat pada 2001 – 2004 dan menjadi satu-satunya presiden perempuan hingga saat ini. Karakteristik kepemimpinan megawati adalah anti kekerasan, demokratis, dan menonjolkan budaya ketimuran.
Megawati membuka kesempatan kepada ‘wong cilik’ untuk berkontribusi terhadap keputusan pemerintah sehingga hal ini membuktikan bahwa Megawati mengedepankan paham demokrasi.
Dengan masa jabatan yang singkat seperti umur jagung yaitu selama 3 tahun, ada beberapa perubahan yang diusung oleh Megawati. Yang pertama adalah pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai alat untuk memotong rantai koruptor di Indonesia. Yang kedua adalah pembangunan infrastruktur yang vital seperti pembangunan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Dan yang tak kalah penting adalah Megawati mampu menyelamatkan Indonesia dari krisis moneter pada saat itu.
Namun, beliau memiliki kelemahan selama masa jabatannya seperti sikap yang pasif dan tertutup. Selain itu, beliau dinilai tidak kompeten dalam menjadi pemimpin yang karismatik yang berbeda jauh dengan ayahnya, yaitu Soekarno.
SBY, Bapak Pertahanan Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan SBY merupakan presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat pada tahun 2004. SBY memiliki dua periode masa kepemimpinan, periode pertama dengan Jusuf Kalla kemudian yang kedua dengan Boediono.
Presiden ke-7 ini memiliki latar belakanag yang sama dengan Soeharto yaitu berasal dari dunia militer. Dalam masa pemerintahan SBY, ada beberapa kebijakan yang membawa pengaruh besar bagi Indonesia. Yang pertama adalah adanya kebijakan bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membantu sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang layak untuk para siswa. Yang kedua adalah SBY membuat undang-undang mengenai pornografi dan pornoaksi untuk melindungi masyrakat terutama kaum minor. Yang ketiga adalah keberhasilan usaha SBY untuk mengembalikan eksistensi batik yang diklaim oleh Malaysia namun SBY berhasil mendapatkan pengakuan UNESCO bahwa batik merupakan warisan Indonesia.
SBY memiliki karakteristik cerdas, tegas, dan lembut. Hal ini dibuktikan bahwa semakin meningkatnya hubungan internasional maupun kerja sama dengan negara lain semenjak masa kepemimpinan SBY. Gaya kepemimpinan SBY merupakan karismatis-demokratis yang menekankan bahwa SBY memiliki wibawa dan bijaksana dalam merumuskan kebijakan.
Selain itu, SBY juga memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis karena SBY percaya bahwa kebernaran yang murni diperoleh dari wacana publik yang didapatkan dari berbagai elemen masyrakat.
Jokowi, Obama dari Jakarta
Joko Widodo atau yang lebih akrab dengan sebutan Jokowi ini merupakan presiden yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Walikota Solo. Jokowi mendapat julukan ‘Obama dari Jakarta’ dari media asing karena perawakannya yang mirip dengan mantan presiden Amerika Serikat yaitu Barrack Obama yang kurus dan tinggi semampai.
Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Jokowi Widodo adalah tipikal kepemimpinan karismatik-transformasional, yang merupakan gaya kepemimpinan yang cenderung memberikan motivasi kepada bawahannya agar dapat bekerja lebih baik dan melakukan perubahan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana jokowi melakukan ‘blusukan’ ke tempat yang memang benar-benar memiliki urgensitas permasalahan yang harus diselesaikan. Contohnya adalah ketika Presiden Jokowi melakukan ‘blusukan’ di Kali Jorok untuk mengetahui secara langsung permasalahan di sungai tersebut dan melakukan obrolan secara langsung kepada warga sekitar Kali Jorok untuk mengidentifikasi keluhan warga.
Selain itu, Jokowi pernah mengapresiasi inovasi anak sma yaitu pembuatan mobil yang merupakan buatan siswa di Solo dan memberikan peluang kepada anak sma ini untuk memasarkan mobil buatannya di Indonesia. Dari sikap Jokowi ini, dapat disimpulkan bahwa Jokowi mempunyai sifat inspirational motivation karena berpikir kreatif dan memberikan inovasi agar anak sma tersebut mengembangkan produknya.
“Seorang pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut, dan menunjukkan jalan itu untuk orang lain” – John C. Mazwell