Kualitas hidup masyarakat urban atau perkotaan bukan hanya ditentukan oleh kualitas lingkungannya saja, melainkan juga asupan makanan yang dikonsumsi. Namun demikian, di wilayah perkotaan ketersediaan lahan pertanian sangatlah terbatas dikarenakan lahan yang ada diperuntukkan untuk kebutuhan gedung dan bangunan.
Kondisi keterbatasan lahan pertanian ini mendorong tumbuhnya kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) yang merupakan salah satu alternatif solusi untuk usaha pertanian di wilayah perkotaan.
Pertanian perkotaan dapat menjadi salah satu bentuk solusi bagi pemenuhan kebutuhan pangan di kawasan perkotaan. Pangan yang tidak mencukupi dapat berdampak pada meningkatnya ketergantungan kawasan perkotaan dengan wilayah lain.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah maupun masyarakat di kawasan perkotaan harus mulai mencoba memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri.
Di sisi lain, sebagian kawasan perkotaan masih memiliki potensi pertanian yang apabila dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan pangan warganya. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan aspek positif bagi keberlanjutan suatu kawasan perkotaan.
Pertanian kawasan perkotaan juga dapat membantu dalam penghematan pengeluaran rumah tangga atau dalam skala lebih lanjut dapat memberikan tambahan pendapatan karena dilakukan dari lingkup terkecil yaitu skala rumah tangga, dengan memanfaatkan lahan sempit di rumah atau sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi sayuran dan buah yang dapat dikonsumsi rumah tangga atau dijual kembali.
Salah satu bentuk pertanian perkotaan yang dapat dijalankan adalah microgreens.
Microgreens bisa dikembangkan dengan skala kecil maupun besar. Microgreens juga menjadi solusi bagi ketersediaan lahan dan sinar matahari yang cukup sedikit seperti menanam di daerah perkotaan.
Apabila microgreens dibudidayakan dalam skala rumah tangga maka dapat memberikan asupan gizi yang cukup baik bagi keluarga selain itu juga dapat dipasarkan dan menambah pendapatan.
Apa Itu Microgreens?
Microgreens secara umum merupakan suatu tanaman yang dapat ditumbuhkan dengan metode urban farming. Tanaman ini mempunyai lebih banyak manfaat positif, misalnya kandungan gizi dan vitamin yang lebih banyak dari tanaman konvensional, waktu tumbuh yang cepat, dan apabila ditumbuhkan di dalam ruangan dapat membantu sirkulasi oksigen dalam ruangan tersebut.
Tanaman microgreens ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki tanaman lainnya. Walaupun dipetik pada saat muda tepatnya sekitar umur 7-14 hari setelah semai, tetapi mempunyai gizi yang lebih banyak dibanding sayuran konvensional. Belum lagi persebarannya yang masih minim di Indonesia membuat microgreens ini mempunyai kesan yang ekslusif.
Akan tetapi kandungan gizi dan vitamin pada sayuran microgreens akan semakin menurun apabila disimpan terlalu lama, namun dapat menjadi substitusi dari sayuran yang harus ditanam di lahan yang sudah menipis di perkotaan. Oleh sebab itu, menanam tanaman microgreens untuk kebutuhan sendiri memiliki nilai yang lebih tinggi daripada membeli di swalayan.
Sekilas, microgreens memang tampak seperti kecambah meskipun pada kenyataannya sangat berbeda dari segala aspek. Kecambah tidaklah ditanam, melainkan dikecambahkan melalui media basah. Sedangkan microgreens, perlu dilakukan penanaman melalui media tanam. Microgreens juga sudah mempunyai daun dan batang yang lebih menyerupai sayuran.
Semua jenis bibit sayuran yang berdaun bisa dikembangkan menjadi tanaman microgreens. Pemilihan sayuran seringkali didasarkan pada warna, tekstur, rasa, dan permintaan pasar. Seberapa cepat dan mudahnya benih berkecambah harus dijadikan pertimbangan.
Beberapa tanaman potensial yang umum dijumpai di Inonesia dan dapat ditumbuhkan menjadi microgreens diantaranya seperti kangkung, selada, bayam, kemangi, bit, brokoli, wortel, seledri, lobak, ketumbar, bawang, dan kubis.
Sejarah Budidaya Microgreens
Pada awalnya, microgreens dikenal di luar negeri sebagai garnish hidangan yang disajikan di restoran terkenal. Di lansir dari laman pertanianku, tanaman atau sayuran microgreens ini pertama kali digunakan atau dimanfaatkan oleh para juru masak. Mereka memiliki tujuan mulia di awal penggunaan microgreens.
Melalui penanaman microgreens di dapur, dapat secara praktis memanen sayuran sesaat sebelum memasaknya. Selain karena faktor tersebut, kesegaran makanan dari microgreens juga dipengaruhi oleh banyaknya nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Namun seiring berjalannya waktu, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa microgreens mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Mulai saat itulah, microgreens semakin digemari dan dibudidayakan oleh banyak orang, tidak hanya di kalangan juru masak saja.
Nutrisi yang terkandung dalam microgreens diantaranya adalah vitamin C, vitamin E, vitamin B1, phytochemical dan betakaroten. Kandungan gizi microgreens dipercaya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sayur yang sudah berumur dewasa.
Microgreens sendiri sebenarnya adalah tunas dari aneka tanaman sayuran. Selain aneka bibit sayuran berdaun, bibit bunga seperti bunga matahari dan jenis bunga edible lainnya pun juga bisa untuk dikembangkan menjadi microgreens.
Budidaya Sayuran Microgreens
Budidaya sayuran microgreens untuk masyarakat urban sangatlah menguntungkan. Tanaman microgreens tidak memerlukan lahan dan wadah yang besar untuk bisa berkembang. Dalam hal ini, dapat juga memanfaatkan wadah bekas.
Selain menjadi sayuran budidaya, microgreens juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan mengingat ukurannya yang kecil dan bahkan dapat disimpan di sudut ruangan.
Perawatannya pun juga relatif mudah dan murah karena microgreens akan terhindar dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) mengingat umurnya hanya 7-14 hari sebelum nantinya dipanen.
Dalam budidaya sayuran microgreens, setidaknya perlu memperhatikan tiga hal berikut ini.
1. Media Tanam
Media tanam merupakan faktor yang sangat vital dalam hal budidaya tanaman, dimana media tanam ini berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman. Ibaratnya, media tanam menjadi rumah bagi tanaman yang menyediakan berbagai macam hal yang dibutuhkan oleh tanaman.
Microgreens dapat ditumbuhkan melalui tiga media tanam yang nantinya bisa disesuaikan dengan lingkungan yang ada. Pertama, media tanam berbasis tanah. Microgreens apa pun bisa ditanam di tanah, tapi bukan berarti itu pilihan terbaik. Kedua, media tanpa tanah seperti sabut kelapa dan sekam. Ketiga, melalui hidroponik.
Seluruh media tanam yang disebutkan di atas memilIki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perlu diingat bahwa microgreens nantinya tidak membutuhkan pemupukan, sehingga harus benar-benar mempertimbangkan akan menggunakan media tanam yang mana.
2. Penggunaan Benih
Benih memiliki ukuran, bentuk, dan warna yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, perlu diperhatikan lagi karakteristik dari masing-masing jenis sayuran yang akan dikembangkan.
Sebagai contoh, benih dengan ukuran kecil seperti benih brokoli dan lobak bisa langsung disemai ke media tanam. Sedangkan untuk benih berukuran besar perlu direndam dalam air hangat sekitar 5 jam hingga semalaman. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses perkecambahan.
Pemilihan benih sebaiknya bebas pestisida maupun bahan berbahaya lainnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal debgan nilai gizi yang optimal.
3. Asupan Air
Sama seperti tanaman pada umumnya, microgreens juga perlu dikontrol asupan airnya. Ini dimaksudkan agar media tanam di dalam wadah tetap lembap namun juga tak memiliki air yang berlebih.
Karena ukurannya yang menyerupai bibit, maka cukup dengan menyemprotkan air menggunakan sprayer sebanyak 2-3 kali sehari. Apabila terdapat sisa air di dalam wadah setelah proses penyiraman segera buang agar tanaman tidak mudah membusuk.
Penutup
Dunia pertanian semakin menunjukkan kemajuan. Siapa sangka sayuran yang tadinya diperuntukkan sebagai garnish menjelma menjadi sayuran konsumsi dengan nilai gizi yang tinggi meskipun ukurannya tak seperti sayuran pada umumnya. Masa tanam yang relatif cepat dengan perawatan yang tak terlalu sulit pastinya membuat budidaya microgreens ini patut dipertimbangkan bukan?
Referensi:
- Anggreany, Shinta. 2020. Teknologi Microgreens. BPTP Kalimantan Selatan. http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/
- Bibitbunga. Microgreens: Sayuran Mungil Bernutrisi Lebih. https://bibitbunga.com/microgreens-sayuran-mungil-bernutrisi-lebih/
- Layanan Informasi Desa. 2018. Berkenalan dengan Si Kecil Microgreens. https://8villages.com/full/petani/article/id/
- Xiao, Zhenlei., Gene E. Lester., Yaguang Luo., Qing Wang. 2012. Assessment of Vitamin and Carotenoid Concentrations of Emerging Food Products: Edible Microgreens. Journal of Agricultural and Food Chemistry: 7644-7651.