Dewasa ini, dunia digital semakin berkembang pesat. Teknologi menjadi alat yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia. Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali.
Kemajuan teknologi memberikan dampak yang positif untuk mengatasi krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Pandemi memaksa orang melakukan segala aktivitas secara daring dari rumah. Kondisi yang demikian ini membuat pelaku usaha harus pintar-pintar merambah dunia digital untuk mempertahankan eksistensi usahanya. Berdasarkan survei, pola konsumsi masyarakat di tengah Pandemi COVID-19 berangsur-angsur berubah, yakni beralih dari offline menjadi online. Ditambah lagi anjuran pemerintah untuk tetap Stay at Home dan Work From Home akan semakin membuat aktivitas offline menjadi terbatas.
Salah satu sektor yang terdampak ini yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi Indonesia. Sepanjang tahun 2019, UMKM mampu berkontribusi 60% terhadap produk domesti bruto (PDB). Dilansir dari laman website katadata, selama pandemi Covid-19 ini menurut Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan bahwasanya terdapat kurang lebih 37.000 pelaku UMKM yang terdampak. Terbatasnya aktivitas di luar rumah menimbulkan turunnya daya beli yang berbanding lurus dengan penghasilan yang didapatkan sehingga ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pelaku UMKM. Seperti yang diketahui, sektor UMKM ini dapat menyerap banyak tenaga kerja di dalamnya dimana lebih dari 90% pekerja di Indonesia bekerja pada sektor ini.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bappenas, sebagian besar UMKM mengalami kesulitan baik dari segi finansial maupun non-finansial. Kesulitan non-finansial yang dihadapi oleh pelaku UMKM antara lain penurunan tingkat pemesanan, sulitnya distribusi, dan sulitnya memperoleh bahan baku mengakibatkan UMKM yang terdampak Covid-19 kesulitan dalam membayar biaya-biaya tetap sampai harus melakukan pengurangan jumlah pekerja. Permasalahan tersebut apabila tidak segera dipecahkan akan semakin menambah angka pengangguran di Indonesia.
Upaya yang bisa dilakukan oleh para pelaku UMKM ini adalah dengan melakukan digitalisasi untuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM di masa pandemi ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemudahan dan kepraktisan yanh ditawarkan dalam melakukan belanja secara online mampu menarik atensi pembeli. Transformasi menuju era digital ini tidak hanya mempermudah transaksi jual beli antara konsumen dengan pelaku produsen, akan tetapi juga mempermudah pihak produsen untuk memasok bahan baku dari supplier. Digitalisasi ini juga dapat melebarkan sayap para pelaku UMKM untuk merambah pasar lebih luas lagi.
Dukungan Pemerintah
Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, telah berkomitmen di tahun 2020 untuk digitalisasi sekitar 8 Juta UMKM. Komitmen ini menunjukan dukungan penuh pemerintah dalam memajukan UMKM sebagai salah satu roda penggerak perekonomian Indonesia yang berkontribusi. Dengan mengikuti gerakan online tersebut, para pelakuUMKM akan mendapatkan peluang untuk distribusi Kredit Usaha Rakyat (KUR), Inkorporasi RKB, transformasi inklusi finansial, serta kesempatan membuat NPWP serentak untuk seluruh pelaku UMKM yang akan digitalisasi.
Pemerintah telah menggalakkan digitalisasi untuk UMKM melalui program Pahlawan Digital UMKM yang digagas oleh Putri Tanjung bersama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Keci Menengah (Kemenkop UKM). Pahlawan Digital merupakan program kolaborasi yang menjembatani milenial dan UMKM yang masih belum Go-Digital untuk melakukan re-packaging dan re-branding produknya agar dapat bersaing. Pembentukan Pahlawan Digital diharapkan menjadi momentum bagi kaum muda ataupun pengusaha muda yang bergerak dalam sektor UMKM untuk melakukan inovasi-inovasi terbaru yang membuat UMKM semakin berdaya saing.
Kementerian Komunikasi dan Informatika, memiliki dua program dengan sasaran yang berbeda akan tetapi sama-sama bertujuan mendorong digitalisasi UMKM. Pertama, melalui program pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) yang bekerjasama dengan Tokopedia untuk strategi berbisnis, pemasaran digital, dan cara membangun citra merk yang kuat. DEA ini bertujuan memperkenalkan teknologi kepada pelaku UMKM dan mendorong mereka menggunakan platform digital untuk mengoptimalkan bisnis. Kedua, program Scaling-Up UMKM/UMi, berupa pelatihan digital yang secara spesifik menyasar petani dan nelayan, untuk pengembangan dan pendampingan usaha.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga telah berasosiasi dengan beberapa pihak guna menyukseskan digitalisasi UMKM. Menurut data Kemendag, persentase transaksi di pasar tradisional selama pandemi turun hingga 39% sehingga menyebabkan penurunan omzet sampai sekitar 30%. Untuk itu, Kemendag menggandeng sejumlah pihak seperti GoJek dengan harapan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pedagang dan pelaku UMKM saat pandemi ini. Dalam prosesnya, GoJek berkolaborasi dengan PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) meluncurkan perangkat GoBiz PLUS yang telah dikembangkan sejak 2018.
Selain program Pahlawan Digital dan GoBiz Plus, pelaku UMKM juga dapat melakukan digitalisasi melalui aplikasi e-commerce yang digandeng oleh pemerintah untuk memajukan UMKM dalam ‘Gerakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jualan Online’ yakni Shopee, Blibli.com, Tokopedia, Lazada, Bukalapak.com, dan Blanja.com. Gerakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jualan Online sendiri telah diusung oleh pemerintah sejak tahun 2018 lalu. Dalam gerakan tersebut, para pelaku UMKM juga akan diberi serangkaian kegiatan serta pendampingan mulai dari onboarding atau beralih ke online, active selling, scale up business untuk membantu pengembangan pasar, hingga gerakan go international.
Tantangan dan Solusi
Digitalisasi UMKM diharapkan mampu menjadi penjaga roda perdagangan agar dapat terus berjalan selama pandemi masih berlangsung. Dibutuhkan kerjasama yang solid antara pemerintah, swasta, dan pelaku usaha untuk mewujudkannya. Sayangnya, belum semua pelaku UMKM melek terhadap perkembangan teknologi. Beragam faktor seperti kurangnya pengetahuan, kurangnya adaptasi terhadap teknologi, ketidakmauan dan ketidaksiapan, hingga tidak adanya sarana prasarana menjadi penyebabnya. Hal ini tentunya menjadi problematika yang serius mengingat banyak pelaku UMKM yang berada di pedesaan dengan tingkat melek teknologi yang masih kurang.
Solusi yang dapat dilakukan agar digitalisasi UMKM ini bisa tersebar rata yakni melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada UMKM untuk melakukan digitalisasi bisnis dan keuangannya, perlu adanya bantuan kredit bagi pelaku UMKM, dan perlu perbaikan terhadap keterjangkauan dan jaringan internet. Selain itu dibutuhkan penguatan sumberdaya manusia sebagai pengambil keputusan. Kementerikan Koperasi dan UKM memfasilitasi peningkatan kualitas SDM UMKM melalui program edukukm.id yang merupakan portal pelatihan untuk peningkatan kapasitas SDM yang bisa diakses secara daring dan gratis.
Digitalisasi UMKM tidak hanya sekedar menjadi alternatif pemecah masalah yang dihadapi selama pandemi berlangsung saja. Akan tetapi, digitalisasi ini juga menjadi suatu jalan menyongsong industri 4.0 yang mana teknologi digital menjadi suatu hal yang krusial di dalamnya. Keadaan yang demikian juga akan meningkatkan kualitas SDM yang ada pada sektor UMKM sehingga dapat bertahan dan bersaing dalam era digital.
Mo ikutan belajar digitalnya