Green Archives: Pengelolaan Arsip Ramah Lingkungan

Pendahuluan

Isu keberlanjutan kini menembus hampir seluruh aspek organisasi -termasuk pengelolaan arsip. “Green Archives” atau pengelolaan arsip ramah lingkungan bukan sekadar jargon hijau; ini merupakan pendekatan sistemik yang menggabungkan praktik konservasi arsip, efisiensi energi, pengurangan jejak karbon, pemilihan material berkelanjutan, dan kebijakan daur ulang yang bertanggung jawab. Arsip tradisional sering mengandalkan kertas, bahan kimia konservasi yang kuat, dan instalasi penyimpanan yang membutuhkan kontrol lingkungan ketat -semua itu bisa memiliki dampak lingkungan signifikan jika tidak dirancang dengan prinsip hijau.

Artikel ini memberikan panduan terstruktur dan praktis untuk institusi publik, perpustakaan, arsip daerah, museum, maupun unit korporat yang ingin menerapkan prinsip Green Archives. Setiap bagian menjelaskan konsep, langkah-langkah teknis, dan pilihan kebijakan yang bisa dilakukan -dari reka ulang ruang penyimpanan, pengambilan keputusan antara digitalisasi dan preservasi fisik, hingga bagaimana menyusun kebijakan pengadaan ramah lingkungan. Tujuannya: membantu pembuat kebijakan dan pengelola arsip menciptakan sistem arsip yang tidak hanya melestarikan memori kolektif tetapi juga meminimalkan dampak ekologisnya, sambil tetap menjaga integritas, akses, dan keberlanjutan jangka panjang.

1. Mengapa Green Archives Penting

Green Archives lahir dari kesadaran bahwa pengelolaan arsip tradisional dapat meninggalkan jejak ekologis yang tidak kecil. Arsip -baik fisik maupun digital- membutuhkan sumber daya: kertas dan bahan kimia dari hasil pemanfaatan hutan, energi listrik untuk pencahayaan dan HVAC (heating, ventilation, air conditioning) untuk menjaga suhu dan kelembapan, serta perangkat keras dan storage untuk digitalisasi dan preservasi jangka panjang. Selain itu, proses konservasi tradisional bisa menggunakan bahan kimia berbahaya yang memerlukan penanganan dan pembuangan khusus. Semua elemen ini berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, penggunaan air, dan limbah berbahaya.

Ada beberapa alasan kuat mengapa institusi perlu bergerak menuju green archives. Pertama, tanggung jawab institusional terhadap lingkungan: lembaga publik dan swasta dituntut mengikuti prinsip sustainability sebagai bagian dari tata kelola yang baik. Kedua, efisiensi biaya jangka panjang: investasi pada ruang penyimpanan energi-efisien, teknologi digital hemat energi, dan praktik pengadaan berkelanjutan sering menghasilkan penghematan operasional dalam jangka menengah sampai panjang. Ketiga, risiko reputasi dan kepatuhan regulasi: publik semakin sensitif terhadap jejak lingkungan organisasi, dan beberapa yurisdiksi memperkenalkan regulasi pengelolaan limbah berbahaya atau standard energi yang relevan.

Selain itu, perpaduan antara pelestarian memori kolektif dan kelestarian ekologi menghadirkan peluang inovasi: misalnya, menerapkan prinsip “less is more” pada akuisisi arsip-mengurangi duplikasi, menyaring koleksi untuk digitalisasi selektif-bukan sekadar mengurangi beban fisik tetapi juga biaya penyimpanan dan energi. Juga penting menimbang trade-off: digitalisasi tidak selalu otomatis lebih hijau -karena infrastruktur data center menyedot energi besar. Oleh karena itu, pendekatan Green Archives menuntut analisis siklus hidup (life-cycle assessment) terhadap pilihan penyimpanan dan teknologi, sehingga keputusan didasarkan pada nilai konservasi dan dampak lingkungan terukur.

Singkatnya, Green Archives bukan sekedar program “hijau” tambahan; ia merupakan transformasi operasional yang mengintegrasikan konservasi, teknologi, kebijakan, dan akuntabilitas lingkungan untuk memastikan arsip yang tersimpan juga mempertahankan bumi tempat mereka disimpan.

2. Prinsip-prinsip Green Archives

Mengimplementasikan Green Archives memerlukan landasan prinsip yang jelas agar tindakan teknis tidak sekadar operasi sekali jalan. Beberapa prinsip inti yang direkomendasikan adalah: minimalisasi, efisiensi energi, bahan berkelanjutan, konservasi berbasis risiko, dan transparansi.

  • Minimalisasi berarti mengurangi volume arsip yang disimpan tanpa mengorbankan nilai historis. Ini termasuk kebijakan akuisisi yang ketat, evaluasi nilai guna, dan pembersihan duplikasi. Minimalisasi mengurangi kebutuhan ruang fisik dan energi penyimpanan.
  • Efisiensi energi menekankan desain fasilitas dan operasi yang hemat energi: optimalisasi HVAC, pencahayaan LED dengan sensor gerak, isolasi termal, dan manajemen beban. Ini juga mencakup pengaturan suhu/kelembapan yang berbasis risiko koleksi-tidak semua koleksi perlu kondisi konservasi ekstrem; penyesuaian standar tekanan energi bisa menghemat banyak listrik.
  • Bahan ramah lingkungan mendorong penggunaan kertas daur ulang berkualitas arsip, kotak penyimpanan bebas asam, pita perekat dan label yang ramah lingkungan, serta pengurangan bahan kimia berbahaya. Ketika bahan konservasi berbahaya diperlukan, pilih vendor dengan kebijakan pembuangan aman.
  • Konservasi berbasis risiko berarti memprioritaskan sumber daya untuk item dengan nilai tinggi atau rentan. Ini menghindari upaya konservasi umum yang mahal pada materi dengan nilai rendah, sekaligus menjaga koleksi pokok.
  • Transparansi dan akuntabilitas memicu publikasi kebijakan green archives, pelaporan jejak energi arsip, dan audit berkala. Melibatkan pemangku kepentingan meningkatkan dukungan dan legitimasi.

Dalam kerangka kerja ini, organisasi perlu menerapkan kebijakan lifecycle untuk setiap elemen: dari akuisisi, penyimpanan, akses, hingga pemusnahan aman. Kebijakan tersebut harus mengatur retensi minimal, syarat digitalisasi, kriteria penghapusan fisik, dan mekanisme redaction untuk menjamin privasi sebelum digital publikasi.

Prinsip-prinsip ini juga menuntut perbaikan tata kelola: pembentukan tim green archives, pengukuran metrik keberlanjutan (energi per meter rak; persentase koleksi digital yang diduplikasi; jumlah bahan beracun yang dihapus), serta rencana komunikasi internal dan eksternal. Dengan landasan prinsip yang konsisten, langkah-langkah operasional lebih mudah diukur, dipertanggungjawabkan, dan ditingkatkan seiring waktu.

3. Pengadaan dan Bahan Ramah Lingkungan

Salah satu titik masuk praktis bagi green archives adalah mengubah kebijakan pengadaan bahan dan perlengkapan. Karena arsip melibatkan barang jangka panjang (kertas, folder, kotak, sleeve, bahan konservasi), pilihan material berdampak besar pada lingkungan.

Kertas dan bahan penyimpanan

  • Pilih kertas arsip yang bebas asam dan, bila mungkin, mengandung serat daur ulang yang memenuhi standar konservasi. Banyak batasan ada pada persentase daur ulang: kertas arsip yang terlalu tinggi kandungan daur ulangnya mungkin kurang tahan lama -oleh karena itu gunakan produk yang memenuhi standar ISO atau SNI yang relevan.
  • Kotak arsip dan map polyester atau papan bebas-asam dengan bahan yang dapat didaur ulang lebih diutamakan dibanding plastik non-recycle. Laci dan rak dari bahan lokal yang tahan lama membantu mengurangi kebutuhan penggantian.

Label, pita, dan perlengkapan kecil

  • Gantilah pita perekat yang sulit didaur ulang dengan alternatif yang ramah lingkungan. Pilih label berbasis kertas atau bahan yang mudah dilepas tanpa merusak dokumen. Hindari laminasi permanen yang menghambat proses daur ulang.

Bahan konservasi

  • Untuk perbaikan koleksi, gunakan bahan konservasi yang kurang berbahaya: pelarut alifatik yang lebih aman, lem dengan ISO compliance, dan teknik konservasi non-invasif. Jika penggunaan bahan kimia beracun tak terelakkan, miliki prosedur pembuangan aman yang mematuhi regulasi lingkungan.

Pengadaan lokal dan pabrikan bersertifikat

  • Beli dari pemasok lokal untuk mengurangi emisi transportasi, dan pilih vendor yang punya komitmen sustainability -mis. sertifikasi ISO 14001 (manajemen lingkungan) atau sertifikat bahan ramah lingkungan. Mintalah bukti deklarasi bahan (material safety data sheet) saat membeli bahan kimia.

Kriteria pengadaan hijau

  • Susun kebijakan pengadaan yang memprioritaskan:
    1. Bahan yang tahan lama dan dapat diperbaiki.
    2. Material yang bisa didaur ulang.
    3. Pemasok dengan jejak lingkungan rendah.
    4. Produk dengan sertifikasi lingkungan.
      Sertakan klausul siklus hidup dalam kontrak, termasuk tanggung jawab vendor atas pembuangan akhir jika relevan.

Beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan mungkin memerlukan investasi awal lebih besar, tetapi mengurangi biaya penggantian, menurunkan limbah berbahaya, dan mendukung reputasi institusi sebagai pelopor sustainability.

4. Desain Ruang dan Efisiensi Energi

Ruang penyimpanan arsip tradisional menuntut kontrol iklim-sering dengan HVAC bekerja nonstop-yang menjadi sumber utama konsumsi energi. Green Archives menuntut rekayasa ulang fasilitas untuk mengurangi konsumsi listrik sambil tetap menjaga kondisi konservasi yang diperlukan.

Optimalisasi suhu dan kelembapan

  • Alih-alih target konservasi ekstrem (mis. 18°C dan 50% RH) untuk semua koleksi, terapkan pendekatan zonal: area dengan bahan paling rentan diberikan kontrol ketat, sedangkan koleksi stabil ditempatkan pada rentang kelembapan dan suhu yang lebih luas (mis. 18-24°C). Penelitian konservasi modern menunjukkan bahwa fluktuasi cepat lebih berbahaya daripada suhu sedikit lebih tinggi namun stabil; stabilitas dapat dicapai dengan insulasi baik sehingga HVAC tidak perlu aktif terus-menerus.

Insulasi dan orientasi bangunan

  • Perbaiki isolasi atap, dinding, dan jendela; gunakan bahan insulasi yang ramah lingkungan. Orientasi ruang penyimpanan yang menghindari paparan matahari langsung mengurangi beban pendinginan. Untuk gedung baru, pertimbangkan desain pasif (ventilasi alami, peneduh) untuk mengurangi ketergantungan HVAC.

Sistem HVAC hemat energi dan kontrol pintar

  • Upgrade sistem HVAC ke unit yang efisien energi, sertakan sensor kelembapan & suhu yang dapat diatur menurut zona koleksi, dan gunakan kontrol terprogram agar sistem beroperasi hanya bila diperlukan. Integrasikan monitoring berbasis IoT untuk pemantauan jarak jauh dan alarm dini bila kondisi menyimpang.

Pencahayaan

  • Gunakan LED hemat energi, sensor gerak di lorong dan area akses, serta pengaturan intensitas cahaya sesuai kebutuhan akses. Cahaya ultraviolet berbahaya bagi koleksi; pasang filter UV pada jendela atau gunakan kaca special.

Rak dan tata guna ruang

  • High-density mobile shelving (rak mobil) mengurangi kebutuhan ruang bangunan namun harus dieksekusi dengan pertimbangan keamanan dan akses. Gunakan rak dari bahan lokal yang tahan lama dan dapat diperbaiki -meminimalkan kebutuhan penggantian.

Energi terbarukan

  • Pertimbangkan pemasangan panel surya (solar PV) pada atap untuk menutupi sebagian kebutuhan listrik fasilitas arsip. Kombinasi microgrid dan baterai penyimpanan dapat membantu stabilisasi beban selama puncak penggunaan.

Desain fasilitas yang hijau bukan sekadar upgrade teknologi; itu juga soal strategi pemanfaatan ruang dan perilaku operasional: mematikan peralatan saat tidak digunakan, jadwal kunjungan yang mengurangi pembukaan pintu ruangan ber-AC secara berulang, dan pengaturan akses yang mempertimbangkan kebutuhan konservasi.

5. Digitalisasi dengan Bijak

Digitalisasi sering dianggap solusi hijau karena mengurangi kebutuhan kertas. Namun keputusan digitalisasi harus dilandasi analisis siklus hidup: infrastruktur digital (server, storage, cooling data center) memerlukan energi besar, dan file digital memerlukan migrasi format berkala agar tetap dapat dibaca di masa depan.

Evaluasi nilai sebelum digitalisasi

  • Terapkan prioritisasi: digitalisasikan materi dengan permintaan akses tinggi, materi rentan fisik, atau nilai tinggi yang mendukung penelitian. Hindari digitalisasi massal tanpa tujuan-ini menghasilkan biaya penyimpanan tambahan dan konsumsi energi yang tidak perlu.

Format dan ukuran file

  • Simpan master digital dalam format preservasi tahan lama (mis. TIFF, PDF/A untuk dokumen) tetapi atur resolusi yang proporsional: pencitraan terlalu tinggi menghasilkan file besar tanpa manfaat konservasi signifikan. Terapkan standar resolusi sesuai tipe benda (mis. 300-600 dpi untuk teks, perlu standar khusus untuk hasil microfilm atau seni rupa).

Storage strategy: local vs cloud vs hybrid

  • Gunakan strategi hybrid: master disimpan pada storage on-premises yang aman (dengan redundansi), sedangkan salinan akses di cloud dengan pilihan penyedia yang mengoperasikan data center hemat energi atau yang menggunakan energi terbarukan. Bandingkan jejak karbon penyimpanan cloud dengan biaya migrasi dan pembaruan hardware lokal.

Preservasi dan migrasi format

  • Rencanakan migrasi format berkala dan monitoring integritas file (checksum), karena menjaga data dalam format usang juga memakan sumber daya. Gunakan prinsip “keep only what is needed” untuk menghindari duplikasi berlebih.

Green coding dan efisiensi IT

  • Optimalkan software untuk efisiensi storage (kompresi lossless bila sesuai), deduplikasi data, dan lifecycle management yang otomatis memindahkan data yang jarang diakses ke cold storage. Gunakan opsi kompresi yang tepat agar akses cepat tersedia tanpa biaya energi berlebih.

Pengukuran dampak

  • Terapkan metrik keberlanjutan digital: energi/kWh per TB per tahun, tingkat duplikasi data, dan persentase storage yang di-backup off-site. Pengukuran ini membantu membuat kebijakan yang mempertimbangkan trade-off antara akses dan dampak lingkungan.

Digitalisasi bijak melihat arsip sebagai ekosistem: pilihan teknis harus menyeimbangkan aksesibilitas, keamanan, dan jejak ekologis sehingga transformasi digital benar-benar menjadi solusi berkelanjutan.

6. Pengurangan Limbah, Daur Ulang, dan Penghapusan Aman Arsip Fisik

Pengelolaan akhir siklus hidup arsip fisik adalah bagian penting dari Green Archives. Proses penanganan limbah dan penghapusan dokumen memiliki implikasi lingkungan dan hukum -terutama jika dokumen mengandung data pribadi atau bahan berbahaya.

Kebijakan retensi dan seleksi

  • Tentukan kebijakan retensi yang jelas sehingga dokumen yang tidak perlu tidak menumpuk. Retention schedule harus mengacu pada persyaratan hukum, nilai historis, dan kebutuhan operasional. Dokumen yang melewati masa retensi harus diseleksi untuk penghapusan atau alih ke arsip permanen.

Pemusnahan aman dan ramah lingkungan

  • Untuk dokumen sensitif (mengandung data pribadi), lakukan shredding atau incineration dengan kontrol emisi; setelah shredding, kertas dapat dikirim ke fasilitas daur ulang. Pilih jasa pemusnahan yang memiliki sertifikasi lingkungan dan menyediakan sertifikat pemusnahan.
  • Hindari pembakaran terbuka yang menghasilkan polusi; jika pembakaran tidak dapat dielakkan, gunakan fasilitas yang dilengkapi kontrol emisi atau proses pembuangan yang sesuai regulasi.

Daur ulang dan sirkularitas

  • Setelah diproses (dihancurkan), kertas dapat masuk ke rantai daur ulang. Jalin kerjasama dengan mitra daur ulang yang bertanggung jawab dan dapat men-track material. Pertimbangkan program “reuse” untuk kotak arsip dan rak yang masih layak: perbaikan sebelum membeli baru mengurangi limbah.

Penanganan bahan konservasi berbahaya

  • Bahan konservasi lama seperti formaldehida atau pelarut lain harus dikelola sebagai limbah berbahaya. Miliki SOP pembuangan, penyimpanan sementara, kontrak dengan perusahaan pengelola limbah berbahaya, dan catatan pemusnahan untuk kepatuhan audit.

Reducing single-use items

  • Kurangi penggunaan plastik sekali pakai (sleeve plastik) bila tidak perlu; gunakan alternatif polyester yang tahan lama dan dapat dipakai ulang. Sediakan sistem pencucian atau penggantian untuk sleeve yang kotor daripada langsung membuangnya.

Edukasi dan partisipasi staf

  • Sosialisasikan prosedur penghapusan dan daur ulang ke semua staf, termasuk cara memilah dokumen untuk daur ulang, titik pengumpulan, dan syarat keamanan data. Koordinasi dengan unit TI untuk memastikan backup digital tak ikut terhapus tanpa proses formal.

Dengan kebijakan penghapusan yang aman dan program daur ulang terstruktur, institusi dapat mengurangi limbah, mengamankan data pribadi, dan mendukung ekonomi sirkular.

7. Kebijakan, Audit, dan Indikator Keberlanjutan untuk Arsip Hijau

Agar Green Archives bukan sekadar inisiatif insidental, institusi butuh kebijakan formal, mekanisme audit, dan indikator kinerja untuk memonitor kemajuan.

Merancang kebijakan Green Archives

  • Kebijakan harus mencakup: tujuan keberlanjutan, standar akuisisi, retensi, digitalisasi, pengadaan bahan ramah lingkungan, perencanaan fasilitas hijau, serta prosedur penghapusan dan pembuangan limbah. Tetapkan tanggung jawab unit/pejabat, alokasi anggaran, dan timeline implementasi.

Sertifikasi dan standar

  • Pertimbangkan kesesuaian dengan sertifikasi lingkungan (ISO 14001), bangunan hijau (LEED atau sertifikasi lokal), dan standar konservasi arsip. Menerapkan standar membantu memformalkan praktik dan mendukung pengakuan publik.

Audit internal dan eksternal

  • Lakukan audit berkala untuk menilai kepatuhan kebijakan, penggunaan energi, dan pengelolaan limbah. Audit harus mencakup verifikasi fisik (cek kondisi rak, penyimpanan bahan kimia), review log digital (backup & checksum), dan penilaian kepatuhan legal (retensi dokumen). Audit eksternal memberikan kredibilitas dan rekomendasi perbaikan.

Indikator kinerja (KPIs)

  • Beberapa KPI relevan antara lain: konsumsi energi per m² rak per tahun, persentase koleksi digital yang dikelola dengan standar preservasi, volume limbah kertas yang didaur ulang, persentase bahan konservasi berbahaya yang tereliminasi, serta penghematan finansial akibat efisiensi energi. Laporan berkala KPI memudahkan manajemen menilai ROI inisiatif hijau.

Pelaporan dan transparansi

  • Publikasikan laporan keberlanjutan arsip (annual sustainability report) yang memuat hasil KPI, inisiatif yang dilaksanakan, dan target ke depan. Transparansi meningkatkan dukungan dari donor, pengambil keputusan, dan publik.

Continuous improvement

  • Gunakan hasil audit untuk menetapkan rencana aksi perbaikan (corrective action plan) dengan tenggat. Terapkan pendekatan PDCA (Plan-Do-Check-Act) agar kebijakan terus berkembang sesuai teknologi dan regulasi.

Kebijakan, audit, dan pengukuran terstruktur bukan hanya alat kepatuhan; mereka memastikan bahwa Green Archives menjadi bagian terintegrasi dari strategi organisasi menuju keberlanjutan jangka panjang.

8. Pelatihan, Partisipasi Publik, dan Roadmap Implementasi

Transformasi menuju Green Archives memerlukan perubahan budaya kerja -oleh karena itu pelatihan staf dan keterlibatan pemangku kepentingan menjadi kunci sukses.

Program pelatihan staf

  • Susun modul pelatihan untuk pengelola arsip: prinsip green archives, pengelolaan material ramah lingkungan, SOP pemusnahan aman, praktik konservasi berbasis risiko, serta pengoperasian peralatan hemat energi. Sertakan sesi praktis (workshop pengkondisian koleksi, latihan penggunaan alat shredding aman, simulasi pemulihan bencana).

Komunikasi internal dan reward

  • Dorong partisipasi staf dengan program “green champions” yang memberi pengakuan kepada unit yang menerapkan inisiatif ramah lingkungan. Buat kampanye internal seperti “less-print week” dan briefing berkala untuk berbagi praktik terbaik.

Keterlibatan komunitas dan publik

  • Libatkan pengguna arsip dan masyarakat dalam program “scan-and-share” untuk bahan yang layak digitalisasi, atau program sukarelawan untuk katalogisasi dan pembersihan koleksi minor. Kegiatan publik meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap inisiatif hijau lembaga.

Roadmap implementasi

  • Buat roadmap bertahap: fase assessment (inventaris, audit energi), fase quick wins (LED, sensor gerak, kebijakan retensi), fase investasi (upgrade HVAC, panel surya), fase digitalisasi selektif (prioritasi), dan fase evaluasi (audit dan KPI). Tetapkan milestone, alokasi anggaran, dan penanggung jawab setiap fase.

Kolaborasi antar-institusi

  • Bentuk jaringan green archives regional untuk berbagi sumber daya (mis. vendor bahan ramah lingkungan, jasa daur ulang) dan best practices. Kolaborasi mempermudah pengadaan bahan berkualitas dan menawarkan opsi skala ekonomi.

Monitoring dan evaluasi berkelanjutan

  • Evaluasi tahunan roadmap dengan pengukuran KPI; lakukan penyesuaian berdasarkan temuan. Publikasikan kemajuan agar pemangku kepentingan dapat melihat hasil konkret.

Pelatihan berkelanjutan, partisipasi publik, dan roadmap praktis memastikan transisi Green Archives tidak hanya dimulai, tetapi juga berlanjut dan berdampak.

Kesimpulan

Green Archives menyatukan dua tujuan yang tampak berbeda namun saling terkait: melestarikan warisan budaya dan mengurangi tekanan ekologis pada lingkungan. Dengan prinsip-prinsip minimalisasi, efisiensi energi, penggunaan bahan ramah lingkungan, konservasi berbasis risiko, dan kebijakan yang terukur, institusi dapat membangun sistem arsip yang tahan lama sekaligus bertanggung jawab terhadap bumi. Keputusan teknis-apakah menyimpan fisik, mendorong digitalisasi, atau memilih material tertentu-harus dilandasi analisis siklus hidup dan prioritas nilai konservasi.

Transformasi ini memerlukan kombinasi kebijakan, investasi fasilitas, pelatihan staf, dan keterlibatan publik. Praktik konkret seperti zonasi suhu, pengadaan bahan berkelanjutan, penggunaan energi terbarukan, penghapusan aman, dan manajemen data digital yang hemat energi memberikan dampak nyata pada jejak lingkungan. Selain itu, kebijakan retensi yang tegas dan audit berkala memastikan tindakan ini konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan.

Green Archives bukan inisiatif sekali jalan melainkan perjalanan jangka panjang yang memberikan manfaat ganda: menjaga ingatan kolektif sekaligus memelihara sumber daya alam. Dengan roadmap implementasi, pengukuran KPI, dan komitmen manajemen, setiap institusi -besar maupun kecil- dapat menempatkan arsip sebagai bagian dari solusi keberlanjutan. Saatnya menjadikan pengelolaan arsip bukan hanya soal menyimpan masa lalu, tetapi juga bertindak untuk masa depan yang lebih hijau.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Tim LPKN

LPKN Merupakan Lembaga Pelatihan SDM dengan pengalaman lebih dari 15 Tahun. Telah mendapatkan akreditasi A dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Pemegang rekor MURI atas jumlah peserta seminar online (Webinar) terbanyak Tahun 2020

Artikel: 1030

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *