Pengantar: Kenapa efisiensi pengadaan penting untuk Rumah Sakit BLUD?
Pengadaan di rumah sakit BLUD bukan sekadar membeli barang atau jasa. Ini soal memastikan pasien mendapat layanan tepat waktu, tenaga medis punya alat yang andal, dan anggaran rumah sakit dipakai seefisien mungkin. Rumah sakit BLUD punya tanggung jawab ganda: memberi pelayanan publik dan menyeimbangkan keuangan sendiri. Karena itu, setiap rupiah yang keluar dari kas BLUD harus memberi manfaat maksimal – bukan hanya barang sampai, tetapi juga tahan lama, mudah dipelihara, dan mendukung kualitas layanan kesehatan.
Efisiensi pengadaan berarti melakukan pembelian dengan cara yang mengurangi pemborosan-baik pemborosan uang, waktu, maupun tenaga. Contohnya sederhana: membeli alat yang harganya kompetitif, tetapi juga mempertimbangkan biaya perawatan jangka panjang; membeli obat secara terpusat untuk mendapatkan diskon; atau menata stok sehingga obat kadaluarsa lebih sedikit. Efisiensi bukan berarti murah-murah-an; efisiensi berarti mendapatkan nilai terbaik untuk setiap rupiah.
Rumah sakit BLUD punya tantangan khas: kebutuhan mendesak (darurat medis), barang yang teknis dan spesifik (alat medis berstandar), serta kebutuhan suku cadang dan layanan purna jual. Di sisi lain, proses pengadaan sering terbatas jadwal, prosedur harus taat aturan, dan ada pengawasan dari publik serta auditor. Artikel ini bertujuan memberi panduan praktis dan mudah dipahami tentang strategi efisiensi pengadaan yang bisa dipakai manajer pengadaan, kepala rumah sakit, hingga staf farmasi dan logistik.
Apa itu Rumah Sakit BLUD dan tantangan khusus dalam pengadaan
Rumah sakit BLUD adalah rumah sakit yang diberi kewenangan lebih besar untuk mengelola penerimaan dan pengeluarannya sendiri dibanding instansi daerah biasa. Model ini diberikan agar layanan bisa lebih cepat dan responsif. Namun fleksibilitas itu datang bersama tanggung jawab-termasuk manajemen keuangan dan pengadaan yang baik.
Dalam pengadaan, rumah sakit BLUD menghadapi beberapa tantangan spesifik. Pertama, kebutuhan barang bersifat kritis dan sering mendesak. Saat terjadi lonjakan pasien atau alat rusak, rumah sakit harus cepat memenuhi kebutuhan tanpa mengorbankan prosedur pengadaan. Kedua, barang medis sering bersifat teknis dan beragam – dari jarum suntik sederhana sampai mesin CT-scan yang mahal. Spesifikasi harus sangat jelas agar alat cocok dengan kebutuhan klinis. Ketiga, masalah suku cadang dan layanan purna jual: alat mahal tanpa dukungan teknis lokal berarti akan sering downtime dan mengurangi manfaat investasi. Keempat, persyaratan kepatuhan: rumah sakit harus mengikuti peraturan pengadaan, standar keselamatan, dan peraturan kesehatan yang khusus. Kelima, fluktuasi anggaran dan pembayaran: pemasok sering meminta pembayaran lebih cepat sementara klaim asuransi atau pendapatan BLUD bisa tidak stabil, memunculkan tekanan likuiditas.
Selain itu, sisi administratif sering menjadi kendala: dokumen kontrak tidak rapi, sistem kearsipan lemah, atau staf belum terlatih dalam negosiasi kontrak alat medis. Semua ini membuat pengadaan di rumah sakit BLUD berbeda dari pengadaan barang umum. Oleh karena itu strategi efisiensi harus mempertimbangkan aspek klinis, teknis, finansial, dan tata kelola – sehingga keputusan pembelian memberi manfaat maksimal bagi pasien dan berkelanjutan secara keuangan.
Berikutnya kita bahas lebih jelas kenapa efisiensi itu krusial – bukan sekadar tuntutan penghematan anggaran, tetapi bagian dari kualitas pelayanan kesehatan.
Mengapa efisiensi pengadaan krusial – dampaknya pada layanan dan keuangan
Efisiensi pengadaan tidak hanya soal menekan biaya. Dampaknya luas dan langsung menyentuh kualitas layanan, keselamatan pasien, dan keberlanjutan finansial rumah sakit BLUD. Mari uraikan beberapa dampak praktis yang akan dirasakan bila pengadaan dikelola efisien.
Pertama, kecepatan layanan. Bila pengadaan efisien, barang penting tersedia tepat waktu: obat-obatan, alat penunjang, atau perlengkapan bedah. Ketika stok tertata dan proses pengadaan cepat, risiko layanan tertunda berkurang-yang berarti pasien dirawat lebih cepat dan efektif. Kedua, kualitas klinis. Efisiensi yang cerdas berarti memilih peralatan yang sesuai standar klinis, bukan hanya harga termurah. Alat yang sesuai mengurangi risiko kesalahan diagnosis atau perawatan, sehingga keselamatan pasien terjaga.
Ketiga, pengurangan pemborosan. Obat kadaluarsa karena overstock, sementara yang lain habis, adalah contoh pemborosan. Dengan manajemen stok yang efisien dan pembelian berdasarkan kebutuhan nyata, wastage berkurang dan anggaran dipakai lebih optimal. Keempat, pengelolaan biaya total (total cost of ownership). Efisiensi melibatkan melihat biaya jangka panjang: biaya perawatan, konsumsi listrik, suku cadang, dan pelatihan teknisi. Memilih alat murah tanpa dukungan purna jual sering berujung biaya lebih besar di masa depan.
Kelima, reputasi dan kepatuhan. Rumah sakit BLUD yang transparan dan efisien dalam pengadaan lebih mudah dipertanggungjawabkan saat audit dan mendapat kepercayaan masyarakat serta DPRD. Ini penting untuk kelangsungan dukungan anggaran dan legitimasi publik. Keenam, stabilitas keuangan. Efisiensi membantu mengurangi tekanan likuiditas-misalnya dengan kontrak pembayaran yang staggered, pengadaan terpusat untuk volume diskon, atau negosiasi istilah pembayaran yang lebih baik.
Jadi efisiensi bukan sekadar mengurangi angka pada laporan keuangan; ia meningkatkan kualitas layanan, mengurangi risiko, dan memperkuat keberlanjutan rumah sakit BLUD. Selanjutnya kita jelaskan prinsip-prinsip dasar yang harus menjadi panduan setiap strategi efisiensi.
Prinsip-prinsip dasar efisiensi pengadaan yang harus dipegang
Sebelum masuk ke langkah praktis, ada beberapa prinsip dasar yang perlu dipegang agar upaya efisiensi tidak mengorbankan kualitas dan kepatuhan. Prinsip ini sederhana namun penting untuk jadi landasan pengambilan keputusan.
- Nilai bukan sekadar harga: Utamakan nilai atau value for money. Artinya bukan memilih harga terendah semata, tapi mempertimbangkan mutu, keandalan, dan biaya jangka panjang. Peralatan dengan harga sedikit lebih tinggi tapi tahan lama dan mudah servis mungkin lebih efisien dalam jangka panjang.
- Perencanaan berbasis kebutuhan nyata: Pengadaan harus berdasarkan data konsumsi dan proyeksi kebutuhan klinis, bukan asumsi. Data penggunaan obat, frekuensi pemakaian alat, dan pola pasien membantu merencanakan pembelian secara tepat.
- Transparansi dan akuntabilitas: Semua keputusan pengadaan dicatat dan dapat diaudit. Transparansi mengurangi risiko korupsi dan memperkuat kepercayaan pemangku kepentingan.
- Kepatuhan pada standar keselamatan: Tidak boleh ada kompromi terhadap standar klinis dan regulasi kesehatan. Efisiensi tidak berarti mengabaikan keselamatan pasien.
- Kolaborasi internal dan eksternal: Libatkan tim klinis, teknisi biomedis, keuangan, dan manajemen saat menetapkan spesifikasi dan proses pengadaan. Selain itu, jalin kerja sama antar rumah sakit BLUD untuk pembelian terpusat bila memungkinkan.
- Pengelolaan risiko: Identifikasi risiko-seperti kegagalan pemasok, masalah kualitas, atau keterlambatan pengiriman-dan siapkan mitigasi, mis. supplier cadangan atau klausul penalti dalam kontrak.
- Fokus pada kesinambungan layanan: Pastikan ada rencana pemeliharaan, pelatihan penggunaan, dan ketersediaan suku cadang. Ini menjaga alat berfungsi lama dan mengurangi downtime.
- Perbaikan berkelanjutan: Ukur hasil pengadaan (waktu pemenuhan, frekuensi kerusakan, biaya perawatan), lalu gunakan data itu untuk memperbaiki proses.
Dengan prinsip-prinsip ini sebagai pegangan, langkah praktis selanjutnya akan lebih terarah dan tidak menimbulkan masalah baru. Berikutnya kita masuk ke strategi konkret yang bisa diterapkan di rumah sakit BLUD.
Strategi 1 – Perencanaan pengadaan dan penganggaran yang strategis
Perencanaan adalah kunci efisiensi. Tanpa perencanaan yang matang, pengadaan jadi reaktif-membeli saat darurat dengan harga tinggi atau menumpuk barang tidak perlu. Berikut langkah praktis perencanaan yang bisa langsung dilakukan.
- Audit kebutuhan tahunan dan triwulanan
Buat evaluasi rutin terhadap konsumsi obat, disposables (mis. sarung tangan, jarum), serta pemakaian alat. Data historis 12-24 bulan membantu mengidentifikasi tren musiman atau kebutuhan baru. Dari situ buat Rencana Umum Pengadaan (RUP) yang realistis. - Klasifikasi barang berdasarkan prioritas
Bagi barang menjadi: kritis (harus selalu tersedia), penting (penting tapi ada opsi pengganti), dan rutin (kebutuhan reguler). Klasifikasi ini menentukan metode pengadaan dan safety stock. - Tentukan safety stock dan reorder point
Hitung stok minimum untuk barang kritis berdasarkan lead time pemasok dan konsumsi harian. Safety stock mencegah kehabisan saat pemasok terlambat. - Anggaran berjenjang dan cadangan darurat
Sisihkan anggaran cadangan untuk kebutuhan mendesak medis. Dalam anggaran tahunan, alokasikan dana khusus untuk penggantian alat besar sesuai siklus umur. - Pembelian terjadwal dan konsolidasi paket
Gabungkan kebutuhan beberapa unit atau beberapa rumah sakit BLUD menjadi paket lebih besar untuk mendapatkan harga lebih baik. Konsolidasi membantu diskon volume dan mengurangi biaya logistik. - Perencanaan jangka menengah (3-5 tahun)
Untuk alat besar (CT-scan, ventilator), buat rencana penggantian dan perawatan jangka menengah-memperhitungkan depresiasi dan masa teknologi. - Libatkan pemakai klinis di awal
Dokter, perawat, dan teknisi biomedis perlu dilibatkan saat menyusun spesifikasi agar barang cocok kebutuhan operasional. - Skenario kontinjensi
Siapkan rencana jika pemasok utama gagal: daftar pemasok alternatif, opsi substitusi standar, serta prosedur darurat pembelian cepat.
Dengan perencanaan yang cermat, rumah sakit BLUD bisa mengurangi pembelian mendesak yang mahal dan memastikan anggaran dipakai dengan efektif. Selanjutnya: manajemen pemasok-bagian penting dalam strategi efisiensi.
Strategi 2 – Manajemen pemasok dan hubungan pembelian yang pintar
Pemasok adalah mitra strategis. Mengelola hubungan dengan pemasok secara baik memberi keuntungan: harga lebih kompetitif, prioritas pengiriman, dan dukungan purna jual. Berikut praktik manajemen pemasok yang efisien.
- Seleksi pemasok berdasar kinerja, bukan hanya harga
Gunakan kriteria: kualitas barang, waktu pengiriman, layanan purna jual, kapasitas suplai, dan reputasi. Buat daftar pemasok terverifikasi untuk kategori barang penting. - Kembangkan pemasok lokal dan regional
Bila memungkinkan, prioritaskan pemasok yang punya layanan purna jual di wilayah. Dukungan teknisi lokal mempersingkat downtime dan mengurangi biaya pengiriman suku cadang. - Jalin kontrak master / frame agreements
Kontrak master untuk kebutuhan rutin (obat, bahan habis pakai) memberi harga stabil dan kepastian pasokan. Di dalamnya bisa diatur mekanisme pemesanan berkala dan diskon volume. - Performance scorecard
Nilai pemasok berdasarkan on-time delivery, kualitas, respon klaim, dan kepatuhan kontrak. Beri umpan balik berkala dan gunakan penilaian untuk keputusan perpanjangan kontrak. - Negosiasi syarat pembayaran yang fleksibel
Negosiasikan termin pembayaran yang mendukung arus kas BLUD (mis. 30 hari) atau paket pembayaran bertahap untuk alat besar (DP – milestone – sisa). Ini mengurangi tekanan likuiditas. - Diversifikasi pemasok
Hindari ketergantungan ke satu pemasok untuk barang kritis. Miliki minimal dua sumber agar pasokan stabil bila satu pemasok gagal. - Kemitraan pengembangan produk
Untuk kebutuhan khusus, bangun kemitraan dengan pemasok untuk menyesuaikan produk sesuai kebutuhan rumah sakit-mis. adaptasi software alat atau modifikasi aksesori. - Sistem pengaduan dan klaim cepat
Buat prosedur klaim dan penanganan barang rusak yang jelas sehingga masalah diselesaikan cepat tanpa mengganggu layanan.
Manajemen pemasok yang baik menurunkan risiko pasokan dan total cost of ownership. Selanjutnya kita bahas manajemen kontrak dan jaminan mutu-lihat bagaimana menjaga eksekusi agar sesuai perencanaan.
Strategi 3 – Manajemen kontrak, kualitas, dan pemeliharaan purna jual
Kontrak yang jelas dan sistem pemeliharaan efektif adalah pilar efisiensi, terutama untuk alat medis yang mahal. Kesalahan di tahap kontrak sering menyebabkan biaya tak terduga dan gangguan layanan. Berikut langkah yang praktis.
- Kontrak lengkap dengan klausul kunci
Setiap kontrak harus mencakup: spesifikasi barang, jadwal pengiriman, syarat pembayaran, garansi, penalti keterlambatan, jaminan suku cadang, serta klausul pelatihan pengguna dan teknisi. - Sertifikat dan uji fungsi sebelum pembayaran final
Jangan bayar penuh sebelum ada berita acara uji fungsi (BAUF) dan penerimaan barang yang menandakan alat bekerja sesuai spesifikasi. Simpan dokumentasi lengkap sebagai bukti. - Rencana pemeliharaan preventif
Susun jadwal pemeliharaan rutin untuk tiap alat kritis. Pemeliharaan preventif mengurangi kerusakan besar dan memperpanjang umur alat. - Kontrak servis (service level agreement)
Untuk alat vital, pastikan ada SLA yang mengatur waktu respon teknisi, ketersediaan suku cadang, dan penalti jika SLA gagal dipenuhi. - Pelatihan teknis dan transfer pengetahuan
Vendor wajib memberi pelatihan awal bagi pengguna dan teknisi rumah sakit. Selain itu, catat manual, suku cadang, dan prosedur troubleshooting dasar. - Simpan histori perawatan
Catat semua pekerjaan servis, penggantian suku cadang, dan downtime di sistem manajemen aset. Data ini membantu analisa umur alat dan perencanaan penggantian. - Asuransi dan proteksi finansial
Untuk alat bernilai tinggi, pertimbangkan asuransi alat atau garansi extended untuk menutup risiko kerusakan besar. - Pengawasan mutu berkala
Lakukan audit kualitas berkala: apakah alat masih memenuhi standar klinis, adakah perbedaan performa antar unit, dan apakah pemakaian sesuai pedoman.
Kontrak yang dirancang baik dan pemeliharaan yang disiplin mengurangi frekuensi pembelian ulang dan memperpanjang nilai investasi. Selanjutnya kita bahas manajemen inventaris dan logistik-bagian operasional yang menentukan ketersediaan barang sehari-hari.
Strategi 4 – Manajemen inventaris, gudang, dan logistik yang efisien
Stok yang salah tempat, overstock, atau barang kadaluarsa adalah pemborosan nyata. Manajemen inventaris berperan besar dalam efisiensi. Berikut praktik operasional yang mudah diterapkan.
- Gunakan sistem manajemen persediaan sederhana
Mulai dengan spreadsheet yang rapi atau sistem inventory sederhana: catat masuk-keluar, stok minimum, dan tanggal kedaluwarsa. Idealnya gunakan perangkat lunak yang mendukung barcode untuk efisiensi. - FIFO (first in first out) untuk barang habis pakaiAtur alur pengeluaran agar barang yang masuk pertama dipakai dulu, mengurangi risiko kadaluarsa.
- Kategori ABC
Kelompokkan barang: A (nilai tinggi, konsumsi rendah), B (nilai menengah), C (nilai rendah, konsumsi tinggi). Fokus pengendalian ketat pada barang A. - Safety stock dan lead time visible
Lihat lead time pemasok untuk tiap barang dan tetapkan safety stock sesuai risiko. Barang kritis punya safety stock lebih tinggi. - Rotasi stok terencana
Lakukan pemeriksaan stok berkala dan rotasi antargudang jika perlu agar stok merata. - Centralized vs Decentralized storage
Tentukan struktur gudang: gudang utama terpusat untuk membeli volume, gudang unit untuk distribusi cepat. Keduanya harus sinkron. - Kontrol masuk-keluar barang ketat
Setiap penerimaan dan pengeluaran harus tercatat dengan bukti (surat jalan, BA serah terima). Audit stok acak untuk memastikan kesesuaian. - Optimalkan logistik internal
Rute distribusi internal yang efisien menghemat waktu dan biaya. Jadwalkan pengiriman rutin ke unit perawatan berdasarkan permintaan aktual. - Manajemen barang kadaluarsa dan recall
Siapkan SOP penanganan barang kadaluarsa dan mekanisme recall bila vendor menarik produk.
Manajemen inventaris yang baik memastikan barang tersedia saat diperlukan dan meminimalkan pemborosan. Berikutnya kita bahas pemanfaatan teknologi untuk efisiensi.
Strategi 5 – Digitalisasi, e-procurement, dan data untuk pengambilan keputusan
Teknologi adalah alat kuat untuk efisiensi. Digitalisasi mengurangi kesalahan manual, mempercepat proses, dan memberi data untuk pengambilan keputusan. Berikut langkah praktis yang bisa diterapkan bertahap.
- Implementasi sistem e-procurement sederhana
Jika sumber daya terbatas, gunakan modul e-procurement yang memungkinkan pengumuman tender, penerimaan penawaran, serta evaluasi secara elektronik. Ini meningkatkan transparansi dan mempercepat proses. - Sistem inventory terintegrasi
Hubungkan data persediaan dengan sistem pengadaan sehingga pemesanan otomatis muncul bila stok di bawah reorder point. Integrasi ini mengurangi risiko pembelian ganda dan keterlambatan. - Dashboard kinerja (KPIs)
Buat dashboard sederhana yang menampilkan indikator: lead time rata-rata, tingkat pemenuhan, frekuensi kerusakan alat, dan biaya per unit. Data ini membantu manajemen mengambil keputusan cepat. - Digitalkan dokumen kontrak dan arsip
Pindai kontrak, BAUF, dan dokumen penting ke sistem arsip digital agar mudah diakses saat audit atau klaim garansi. - Pemanfaatan e-catalog dan katalog terstandar
Gunakan katalog elektronik untuk barang rutin sehingga spesifikasi konsisten dan proses pemesanan cepat. - Analitik pembelian
Analisa pola pembelian untuk negosiasi harga, identifikasi barang yang boros, atau potensi konsolidasi pembelian antar unit. - Keamanan data dan akses terkontrol
Atur hak akses untuk sistem agar hanya pihak berwenang yang dapat membuat pesanan atau menandatangani kontrak. - Pelatihan staf pada tools digital
Investasikan waktu agar staf mampu memakai sistem dengan benar – tanpa pemahaman, investasi teknologi sia-sia.
Digitalisasi adalah investasi yang memberikan pengembalian lewat efisiensi operasional dan kemampuan analisis. Namun tetap ingat: teknologi mendukung proses, bukan menggantikan kebijakan dan kontrol manusia.
Tata kelola, transparansi, dan mitigasi risiko
Efisiensi harus berjalan beriringan dengan tata kelola yang baik dan mitigasi risiko. Tanpa ini, efisiensi bisa beralih ke praktik yang berisiko. Berikut langkah tata kelola praktis.
- Prosedur pengadaan tertulis (SOP)
Miliki SOP pengadaan yang mudah dipahami: alur approval, dokumen wajib, dan tanggung jawab setiap unit. SOP mencegah praktik ad-hoc yang mahal. - Segregation of dutiesPisahkan tugas: yang menilai kebutuhan tidak boleh jadi yang menyetujui pembayaran. Ini mengurangi potensi konflik kepentingan.
- Audit internal rutin
Jadwalkan audit berkala untuk memeriksa kepatuhan SOP, keakuratan stok, dan pelaksanaan kontrak. Tindak lanjuti temuan dengan perbaikan. - Transparansi dasar
Publikasikan ringkasan pengadaan besar: nilai kontrak, pemenang, dan tujuan. Transparansi mengurangi kecurigaan publik dan mendorong pemasok kompetitif. - Manajemen risiko terstruktur
Identifikasi risiko utama (kegagalan pemasok, kerusakan alat, fluktuasi harga), nilai dampak dan kemungkinan, lalu buat rencana mitigasi. - Etika dan konflik kepentingan
Terapkan kebijakan konflik kepentingan; minta deklarasi jika pegawai memiliki hubungan dengan pemasok. Tegakkan sanksi bila perlu. - Perjanjian eskalasi darurat
Ada prosedur jelas untuk pembelian darurat dengan dokumentasi lengkap agar tetap dapat diaudit setelahnya. - Pelibatan dewan atau pengawas eksternal
Untuk pengadaan bernilai tinggi, libatkan komite pengadaan atau pengawas independen untuk review.
Dengan tata kelola kuat, efisiensi tidak mengorbankan akuntabilitas. Selanjutnya, contoh kasus hipotetis memberi gambaran penerapan strategi ini di dunia nyata.
Contoh kasus hipotetis: penerapan strategi efisiensi di Rumah Sakit BLUD
Contoh 1 – Optimalisasi obat habis pakai:
Rumah sakit BLUD A mengalami pemborosan karena stok sarung tangan dan jarum suntik sering kadaluarsa. Menggunakan analisis 12 bulan lalu, tim pengadaan menetapkan reorder point dan safety stock, mengimplementasikan sistem FIFO, serta melakukan pembelian terpusat untuk unit-unit rawat yang sama. Hasil: pengurangan barang kadaluarsa 70% dalam 6 bulan dan penghematan anggaran 18% lewat kontrak volume.
Contoh 2 – Pengadaan alat diagnostik besar:
RS BLUD B merencanakan penggantian mesin USG yang sudah uzur. Tim membuat rencana 3 tahun, mengikutsertakan teknisi biomedis dan pengguna klinis memilih spesifikasi. Mereka melakukan tender terbuka, menegosiasikan SLA 24 jam untuk servis, dan kontrak termasuk pelatihan teknisi. Selain itu, termin pembayaran diatur bertahap sesuai milestone. Hasil: alat berfungsi baik, downtime menurun, dan biaya pemeliharaan tahunan lebih rendah dibanding perkiraan awal.
Kedua contoh ini memperlihatkan bagaimana perencanaan, manajemen pemasok, kontrak, dan inventaris bekerja bersama untuk menurunkan biaya dan meningkatkan layanan.
Tips praktis sehari-hari dan checklist ringkas untuk pelaksana
Berikut checklist praktis yang bisa dipasang di meja staf pengadaan atau kepala unit:
- Apakah kebutuhan didasarkan data konsumsi 12 bulan terakhir?
- Sudahkah barang diklasifikasikan A/B/C dan ditentukan safety stock?
- Ada tidak pemasok alternatif untuk barang kritis?
- Apakah kontrak memuat garansi, SLA, dan klausul penalti?
- Sudah dipindai dan diarsipkan semua dokumen penerimaan dan uji fungsi?
- Adakah jadwal pemeliharaan preventif untuk alat penting?
- Apakah termin pembayaran disesuaikan dengan cashflow rumah sakit?
- Sudahkah mengecek tanggal kadaluarsa sebelum mengeluarkan stok?
- Adakah record supplier performance terbaru?
- Apakah ada rencana kontinjensi bila pemasok utama gagal?
Gunakan checklist ini setiap kali membuat keputusan pengadaan agar langkah sederhana tidak terlupakan.
Kesimpulan dan rekomendasi ringkas
Efisiensi pengadaan di rumah sakit BLUD bukan tentang menghemat biaya secara instan, melainkan mendapatkan nilai terbaik sambil menjaga kualitas layanan dan kepatuhan. Kunci utamanya: perencanaan berbasis data, manajemen pemasok yang baik, kontrak yang melindungi rumah sakit, inventaris yang teratur, pemanfaatan teknologi, dan tata kelola yang kuat.
Rekomendasi singkat:
- Mulai dari audit kebutuhan dan susun RUP realistis.
- Prioritaskan barang kritis dan atur safety stock.
- Kembangkan kontrak master dan SLA untuk alat penting.
- Implementasikan sistem inventory (meski sederhana) dan digitalisasi bertahap.
- Libatkan klinisi, teknisi, dan keuangan di setiap keputusan.
- Lakukan evaluasi pemasok berkala dan simpan histori perawatan.
- Pastikan SOP, segregasi tugas, dan audit internal berjalan.
Dengan langkah-langkah praktis ini, rumah sakit BLUD dapat menurunkan pemborosan, mempercepat layanan, dan meningkatkan keberlanjutan keuangan-semuanya berdampak positif pada pasien dan staf.