Kedua remaja asal desa Oesena yang merupakan salah satu desa dari Kecamatan Miomaffo Timur Kabupaten Timor Tengah Utara tepatnya di kampung Faenono. Kampung yang terletak persis di ujung mendaki kiuafot itu melahirkan generasi muda yang berbakat. Greogorius Salmun atau biasa disapa Ory dan Benyamin Salmun atau biasa dipanggil Beny adalah dua sosok anak muda yang begitu luar biasa mengharumkan nama kampung halaman (Faenono) terkhususnya keluarga besar Salmun/Eko, Taus dan Binsasi. Kedua anak ini berasal dari keluarga yang sangat sederhana tapi yang menarik dari mereka berdua adalah Ory dan Beni bisa lolos Brimob dan TNI AU tanpa mengeluarkan uang sepersenpun alias lolos murni dalam satu tahun. Dua anak petani ini memiliki latar belakang keluarga yang hidupnya sangat sederhana. Mereka sudah mandiri sejak kecil dikarenakan ibunda mereka (Alm. Klara Taus ) telah dipanggil pulang oleh yang Maha Kuasa pada tahun 2003 silam. Sejak itu Ory baru berusia 4 tahun dan Beni baru menginjak usia 3 tahun. Umur yang terlalu dini bagi mereka umtuk kehilangan seorang ibu yang hebat dan waktu yang terlalu singkat untuk mereka menikmati kasih sayang seorang Ibu. Mereka adalah 8 bersaudara dalam rumah, yang terdiri dari enam saudara laki laki dan dua saudari perempuan.
Anak Sulung atau kakak dari Ory dan Beny, (Alda Salmun) adalah sosok wanita tangguh yang menggantikan posisi almarhum ibu mereka. Alda menggantikan peran ibunya dengan membantu Ayah mereka Stevanus Salmun (69) untuk menafkai saudara-saudaranya termasuk Ory dan Beni. Dengan mengandalkan penghasilan dari pekerjaaan sebagai petani dan tukang, Stevanus Salmun atau ayah dari 8 orang bersaudara ini mampu menyekolahkan 8 anak dengan semua berijazah SLTA. Stevanus hanya mampu menyekolahkan anak pertama (Alda Salmun ) dan anak kedua (Markus Salmun) hingga lulus bangku pendidikan SLTA saja dan setelah itu mereka diberi tanggung jawab untuk menafkahi adik-adik mereka. “Tugas kami sebagai kakak adalah membiayai pendidikan adik-adik dari SD, SMP sampai SMA saja, dan selebihnya masing-masing berjuang dan menacari pekerjaan sendiri”, ujar Markus Salmun.
Dalam wawancara yang dilakukan bersama kakak pertama mereka, Alda Salmun, terungkap bahwa sosok Ory dan Beny merupakan anak yang ulet dan taat pada orang tua. “Mereka menunjukkan sifat dan karakter tidak seperti rata-rata anak pada umumnya. Mereka mandiri dan dewasa dalam rumah”, ungkap Alda. Ory terkenal dengan gayanya yang agak sedikit pendiam dan penurut, rendah hati dan menghargai satu dengan yang lain serta selalu berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan di kampung, dan selalu aktif dalam kegiatan rohani dan kegiatan olahraga serta PBB di tingkat kabupaten. Sementara itu, Beny dikenal sebagai sosok yang pandai berbicara dan selalu optimis serta selalu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja maupun di sekolah sehingga diapun pernah manjabat sebagai ketua osis waktu masih di bangku sekolah (SMAN TAEKAS) periode 2018/2019. Ory dan Beny sangat giat dalam berolahraga terkhususnya bidang olahraga bola volley. Kedua anak ini pernah membawa Kab. TTU menjuarai bidang olahraga Bola volly dalam Pekan Olahraga Daerah (PORDAT) pada tahun 2018. Ada juga beberapa cabang olahraga lain yang pernah mereka juarai seperti Sepak Bola dan Atletik (Tolak Peluru).
“Perjalanan kedua pemuda asal desa Oesena ini cukup menguras tenaga”, tutur Markus Salmun. Pada awal pembukaan tes calon siswa untuk penerimaan anggota POLRI baru dan giliran Ory yang mengambil bagian dalam test yang diselenggarakan oleh Polres TTU. Hal yang menarik dalam tahapan tes ini yaitu Ory hampir saja tidak lolos dalam pendaftaran awal dikarenakan Ory belum mendaftarkan diri padahal sudah mendekati batas waktu penutupan pendaftaran. Ory sedikit terhambat karena urusan administrasi di kantor dukcapil yang sedikit rumit dikarenakan harus menunggu hingga berhari-hari. Setelah semua urusan administrasi sudah selesai dan giliran untuk mendaftarkan diri, pada hari itu juga pendaftaran di Polres TTU ditutup. Ory pulang dengan kesal dan kecewa karena test kali ini adalah umur terakhir untuk mengikuti test calon abdi Negara. Pada keesokan harinya Mujizat Tuhan kembali benar-benar hadir dan ternyata tes diperpanjang satu hari lagi dan dengan senang hati Ory bergegas pagi itu dan mendaftarkan diri ke Polres TTU. Setelah proses tahap awal seleksi selesai dan Ory juga termasuk rombongan yang lulus tahap awal dan mereka bersama rombongan diberangkatkan untuk melanjutkan tahapan test lagi di Polda NTT Kupang. Beranjak dari kesederhanaan serta motivasi yang besar maka semua tahapan test dilalui dengan mudah. “Yang saya alami sedikit ragu cemas dan merasa berat selama test yaitu ketika pada test kesamaptaan khusunya pull up ( restok) tapi setelah melakukannya , semua aman-aman saja ,“ ungkap Ory. Setelah tahapan semua test selesai dia mendapatkan nilai yang sempurna dan pada pengumuman pantohir terakhir juga Ory tetap menjadi lulusan terbaik se-NTT dan dia diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan mewakili lulusan calon siswa Tamtama Polri Panda Polda NTT TA 2019. Sungguh pencapaian luar biasa yang diperoleh dari anak seorang petani. Peristiwa yang hampir sama juga diperoleh adiknya Benyamin Salmun. Beni lebih tertarik masuk TNI dan cita-cita dari Beni adalah menjadi seorang TNI angkatan udara (AU). Setelah mendengar kakaknya Ory lulus BRIMOB, Beni tidak membutuhkan waktu yang panjang untuk maju dalam test penerimaan anggota TNI. Seleksi tahap awal diselenggarakan di KODIM TTU. Beni juga mengambil bagian dalam test tersebut dan pada tahap test pertama kondisi Beni tidak begitu prima dikarenakan Beni mengalami kecelakaan motor tepat satu hari sebelum test dimulai. Kondisi itu tidak membuat adik Beni pesimis dan ternyata semua tahapan test di KODIM TTU mampu dia jalankan dengan baik dan bahkan Beni masih yang tercepat di test kesamaptaan lari 12 menit. Setelah pengumuman di Kefamenau, Beni lolos ke Kupang untuk mengikuti tahapan test berikut di TNI Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Setelah melewati semua test di AURI Kupang dan berhubung pengumuman hasil terakhir (Pantohir) di Solo maka Beni juga ikut diberangkatkan ke Solo. Pada pengumuman Pantohir akhir ternyata Beni juga lulus dalam penerimaaan dan siap untuk mengikuti pendidikan Semata PK TNI AU angkatan ke-78 yang masa pendidikannya kurang lebih lima bulan. Dalam mengikuti pendidikan Prajurit Dua (Prada) Benyamin Salmun begitu luar biasa hingga selesai pendidikan dia dinobatkan sebagai siswa terbaik selama mengikut pendidikan dan mendapat penghargaan yang luar biasa oleh Komandan.
Dari cerita singkat diatas maka kedua adik ini mengajarkan kita bahwa ada nilai yang besar dalam mengikuti test POLRI maupun TNI yaitu uang bukanlah jaminan mutlak orang bisa berhasil. Kedua bersaudara ini juga secara tidak langsung menghapus stigma orang bahwa tes polisi maupun tentara sekarang harus dengan menggunakan uang. Penulis sedikit menyimpulkan bahwa, niat yang tulus, kerja keras, tekun dalam berlatih dan usaha yang luar biasa maka Alam dan Leluhur akan menjawab dan Semestapun merestui.
Adik saya juga punya cerita yg sama
Hnya dia di kopassus