Merancang Kota Masa Depan sebagai Blue Print Pembangunan

Merancang Kota Masa Depan Sebagai Blue Print Pembangunan
Oleh : Abu Tazid, S.Sos., M.Si

Foto dari Instagram/@shaka_design
Foto dari Instagram/@fredy_alphaers

Diskursus mengenai tata ruang kota dan penggunaan lahan perkotaan dalam desain pembangunan merupakan salah satu isu penting yang tidak pernah habis dan putus dari perhatian semua kalangan yang memiliki kepentingan, baik pakar, elit, pegiat lingkungan dan masyarakat yang sadar akan impian sebuah tempat yang aman dan nyaman bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Konsep tentang mengenai sudut pandang perkotaan sebagai kawasan strategis pembangunan banyak digambarkan dan dijelaskan panjang lebar dalam berbagai literatur keilmuan oleh berbagai tokoh.

Terdapat beberapa pendekatan yang bisa dijadikan referensi dalam melihat pengertian tentang kota, yaitu:
Berdasarkan perspektif geografi, kota/perkotaan memiliki pengertian sebagai pusat dari berbagai kegiatan ekonomi dan non ekonomi. Sedangkan secara terminologi kota dimaknai sebagai hierarki dari keberadaan seseorang dalam sebuah Kawasan tertentu dengan berbagai karakter yang dibentuk melalui konsensus dan dibangun dengan berdasarkan pemikiran yang memperhatikan kemajuan peradaban serta adopsi budaya yang beragam dalam aktifitas kesehariannya serta bervareatif dalam berbagai hal atau memperhatikan hal-hal yang heterogen serta pola kehidupan yang lebih berorientasi materialistis dibandingkan dengan daerah-daerah sekitarnya. Implikasinya masyarakat perkotaan memiliki pola hidup dan relasi yang sifatnya opurtunis dan pragmatis disebabkan terdapat berbagai beban hidup dan beban sosial yang lebih tinggi dengan tuntutan hidup yang lebih besar dibandingkan masyarakat pedesaan, sehingga terdapat persaingan juga yang lebih ketat dibandingkan dengan daerah-daerah penyanggah lainnya dengan berbagai pola persaingan dalam berbagai bidang kehidupan. Kekhasan karakteristik tersebut menjadi identitas sosial, identitas budaya dan identitas ekonomi dengan mengkajinya dalam berbagai perspektif yaitu kota dianalisis dalam persepektif fisik, administratif, sosial dan fungsional. Paradigma tersebut berupaya menjelaskan secara sederhana bahwa masyarakat kota dengan karakteristiknya merupakan sebuah kajian kewilayahan yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dalam memahaminya.

Berdasarkan perspektif morfologis, kota/perkotaan memiliki pengertian bahwa kota dalam tinjauan fisik lebih menitiberatkan pada gambaran dan penjelasan komprehenshif dalam segi kewilayahan dari kawasan perkotaan dengan berbagai hal yang sifatnya visual dilihat dari kemajuan yang ditunjukkan dengan berbagai indicator kemajuan kawasan kota itu sendiri. Dalam pendapat yang disampaikan Smailes (dalam Yunus 1994) menggambarkan presentasi kota berdasarkan kategorisasi dan karakteristik atau ciri khususnya dalam menentukan masalah penggunaan lahan, terutama berkaitan erat dengan desain pola jalan, tipologi bangunan serta identitas sosial yang akan dibangun dari upaya pembangunan fisik yang hendak direalisasikan. Bahkan penelitian Conzen tahun 1962 (dalam Yunus, 1994) menjelaskan berbagai elemen pembentukan kota sama juga seperti yang dijelaskan oleh Smailes dengan asumsi dasarnya bahwa unsur kota atau perkotaan yang harus dikedepankan sebagai dasar dari pembangunannya mengenai tata rencana kota (plan), artifisialitas bangunanan dan karakter bangunannya (architectural), pola dan gaya hidup masyarakat (style) dan bentuk pemanfaatan lahan (land use).

Hal tersebut merupakan bagian terpenting dalam melihat dan mengimplementasikan sebuah kawasan pembangunan yang memperhatikan ciri khas bangunan, bentuk jalan dan pemanfaatan lahan sebagai unsur yang tidak bisa dilepaskan dari berbagai rencana strategis pembangunan kota.

Raharjo (dalam Wdyaningsih, 2001), lebih memandang berbagai variabel yang mempengaruhi dalarn proses perkembangan kota berkaitan erat dengan berbagai hal, yaitu mengenai penduduk perkotaan, lokasi yang strategis, fungsi Kawasan perkotaan, berbagai infratruktur kota, fasilitas-fasilitas yang menunjang kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya serta dimensi kemajuan dan perubahan terutama dalam persoalan peningkatan teknologi, informasi dan komunikasi Kawasan perkotaan sebagai pembentuk wilayah perkotaan. Sedangkan, Zoe’raini, 2004, memberikan pemaknaan dan penjelasan kota dapat dipandang dari lingkungan fisik, tantangan lingkungan dan lanskap kota serta sistem terintegrasi yang menghubungkan antar kawasan perkotaan dengan beberapa prinsip dan aturan dasarnya, yaitu:

Suatu areal yang sangat penting yang memiliki peran distribusi penduduk kota berdasarkan segala aktifitasnya serta merupakan setting lokasi yang menjadi mengonsentrasikan berbagai penduduk perkotaan sekaligus sebagai pusat dari berbagai aktivitas ekonomi kota misalnya berbagai kegiatan perindustrian, perdagangan dan jasa.

Refleksi wilayah perkotaan sebagai bagian yang utuh dari permodelan sistem aplikatif yang berupa setting fisik dan non fisik, berupa bagian dari kegiatan sosial, budaya, tradisi, Kesehatan, ekologi serta kegiatan ekonomi itu sendiri yang sifatnya dinamis dan terus berkembang.

Memiliki satu perencanaan yang kompatibel dengan berbagai kondisi dan situasi yang dikhawatirkan memberikan pengaruh negative pada proses pengembangan yang relatif sulit disebabkan terkadang modal pembangunan melalui fisik tidak cukup menjadi dasar potensi pengembangan tanpa diimbangi dengan kajian relevansional antara ketersediaan wilayah pengembangan, kondisi dan langkah praktisnya, sehingga menjadi dasar pola pembangunan yang tepat dan sedikit dampak negatifnya.

Zoe’raini (2004) menjelaskan bahwa alasan utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan dengan rinci mengenai konsep kota dapat menggunakan pendekatan morfologis, banyaknya penduduk, kebiasaan masyarakat, pengetahuan aturan hukum, kegiatan-kegiatan produktif bersifat ekonomi serta berbagai aktifitas sosial masyarakat dalam menunjang keseharian hidupnya. Sedangkan Heryanto (2011) lebih melihat pada karakteristik perkotaan dengan menggunakan beberapa terminologi dalam menggambarkan sifat kota yaitu melalui pendekatan antropologis, pendekatan geografis, dan pendekatan arsitektural dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota.

Diskursus dari multidisplin analisis tersebut merupakan upaya untuk melihat bentuk struktur fisik dan perkembangan kota terutama dalam melihat urban planing sebagai rencana pembangunan dan urban design sebagai rancangan sebuah kota. kota interpretasi dari berbagai bentuk kota tersebut merupakan struktur kota yang tangible atau intangible dalam melihat realitas perkotaan baik sebagai sebuah bangunan maupun sebuah harapan dari pembangunan untuk kehidupan hari ini dan masa depan.

Visi Kota Indonesia : Megacity Masa Depan

Berdasarkan pendapat pakar dan gambaran blue print pembangunan perkotaan masa depan Indonesia memiliki visi yang mengandung beberapa substansi penting sebagai acuan dasarnya untuk membangun kota yang yang komplit serta memiliki manfaat besar dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu:
Desain wilayah yang mengedepankan sentuhan teknologi berdasarkan orientasi technoware, humanware, orgaware dan infoware diberbagai rancangan subsistem pengembangan kawasan perkotaan serta dipresentasikan dalam pembangunan lingkungan (environmental development), sehingga implementasi teknologi yang dimaksud menerapkan teknologi tepat guna, laya, bisa diterima secara sosial-budaya, lingkungan, politis, teknis dan ekonomis.

Adanya sinergitas antara mitra pembangunan antara pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang bersifat integratif-partisipatif, sehingga pembangunan diarahkan pada ketersedian anggaran secara kolektif/gotong royong dan aspirasi masyarakat berdasarkan resiko dan manfaat masa depan.
Penataan Ruang Kota yang multidimensional dengan memperhatikan berbagai aspek kehidupan dan regenerasi masa depan melalui berbagai kajian ilmiah dan pendekatan melalui pemikiran yang kompleks dan sistemik, sehingga ditemukan pembangunan yang mempertimbangkan manfaat dan resiko pembangunan secara detail dan transparan.

Pembangunan yang berorientasi pada keterpaduan perencanaan, motivasi, kemitraan, peran serta semua pihak, keterikatan pembangunan antar wilayah, ketersediaan infrastruktur, penataan lahan, adanya transportasi penunjang, manajemen yang baik, konsep pengendalian lingkungan, pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan berbagai hal kewilayahan yang menunjang terhadap pembangunan.
Perancangan kota yang adaptif dan responsif terhadap segala perkembangan kewilayahan dan perubahan sosial masyarakat. Artinya, wilayah yang didesain mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan masyarakat secara proporsional dalam menunjang kemajuan berdasarkan berbagai tuntutan masa depan serta mampu merespon berbagai beban dan masalah yang timbul secara tepat dan cepat, sehingga pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah berjangka panjang dan memiliki manfaat besar untuk masa depan.

Rahardi Ramelan (1997), seorang pakar pembangunan sekaligus Menteri pada Kabinet Reformasi Pembangunan menyampaikan bahwa dalam merancang pembangunan kota Indonesia yang memiliki visi masa depan seharusnya mampu mempertahankan identitas kota berdasarkan fungsi kota sebagai pusat berbagai kegiatan, ilustrasi budaya, menjaga kualitas lingkungan, arsitektur kota, keseimbangan kota dengan desa, ukuran luas kota, baik berdasarkan konsep megaurban, konurbasi, konservasi dan pertumbuhan kota secara estetik, etik dan komprehenshif dengan pembangunan yang terintegrasi antara membangun etika warga kota, public private partnership dan peningkatan partisipasi warganya dalam pembangunan.

Sedangkan, Habibie (1996) menyarankan dalam membangun kota berorientasi pada visi masa depan mampu memperhatikan segala dinamika pembangunan yang cepat dan tinggi resiko dengan memberikan rekomendasi untuk membangun kota industri dan kota sejarah dengan tetap memperhatikan makro dan mikro ekonomi, pusat keunggulan, pusat atraksi pengembangan SDM, pemanfaatan alam secara proporsional, memperhatikan sosial budaya, peningkatan produktifitas sebagai Negara pencipta, kemudahan transportasi dan komunikasi, diversifikasi tanggung jawab dengan prinsip safe, clean, nice, masyarakat yang disiplin dan tekonologi yang tepat antara appropriate technology atau low cost technology.

Memperhatikan kembali blue print pembangunan Megacity masa depan dengan memperhatikan pilot project Negara-negara maju yang sukses membangun sekaligus mempertahankan identitas kota merupakan hal yang harus dilakukan jika melihat berbagai hal yang terjadi sepanjang tahun 2021 berjalan di berbagai penjuru tanah air berkaitan dengan banjir di wilayah perkotaan dan adimintrasi daerah bahkan daerah Ibu Kota sebagai tantangan pembangunan.

Lain lagi kemacetan pada kondisi normal sebelum pandemi hingga kualitas udara perkotaan Indonesia yang juga masuk pada zona peringatan merupakan berbagai hal yang harus dibereskan dengan membangun kembali komitmen tentang visi kota Indonesia untuk masa depan dengan membangun pula pemikiran warga kota yang dinamis, sadar dengan tantangan degradasi dan kerusakan lingkungan, kemandirian masyarakat grass root, penerapan teknologi tepat guna, cara kreatif mendayagunakan segala sumber dan potensi, penggalakan pasar local di samping pasar regional nasional dan internasional, penanganan energy perkotaan, pembangunan bertumpu pada komunitas, desentralisasi manajemen perkotaan, peningkatan produktifitas sektor informal serta membangun branding perkotaan sebagai basis pembangunan berdasarkan citra pengembanganannya, baik sebagai kota industry, kota perdagangan, kota jasa, kota pariwisata, kota budaya, kota pendidikan, kota pertanian dan berbagai hal yang ingin ditonjolkan. Sehingga arah pembangunan sebuah wilayah dapat terkonsentrasi serta menjadi identitas dari pembangunan megacity untuk masa depan kawasan perkotaan itu sendiri (Kamaruddin, 1999).

Sumber :
Budihardjo, E. (2011). Penataan Ruang Pembangunan Perkotaan, Bandung: PT. Alumni.
Heryanto, B. (2011) Roh dan Citra Kota – Peran Perancangan Kota sebagai Kebijakan Publik. Surabaya: Brilian Internasional
Hamzah, S. (2012). Pendidikan Lingkungan, Sekelumit Wawasan Pengantar. Bandung: Reifika Aditama
Komaruddin, 1999. Pembangunan Kota Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya

 

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Mata Abu

Penulis lepas
Tenaga pengajar di Perguruan Tinggi Swasta
Telah menerbitkan dua judul buku
"Tokoh, Konsep dan Kata Kunci Teori Postmoderen" (2017)
"Interelasi Disiplin Ilmu Sosiologi : Catatan Kunci dan Ikhtisar Teoritik" (2020)

Artikel: 12

One comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *