Mempersiapkan Bonus Demografi Dimulai dari Ruang Lingkup Kecil

Menjadi suatu kabar gembira bagi Indonesia ketika negeri ini memiliki jumlah penduduk milenial dan Generasi Z yang mendominasi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2020, presentase penduduk milenial sebesar 25,87 persen. Adapun jumlah generasi Z di Indonesia sebesar 27,94 persen. Oleh karena itu, Indonesia memiliki peluang untuk menghadapi situasi bonus demografi.

Mempersiapkan bonus demografi bukanlah perkara yang mudah. Hal ini dikarenakan bonus demografi bagaikan pisau bermata dua. Bonus demografi akan membuat negeri ini menjadi lebih maju apabila mampu dimanfaatkan secara maksimal dengan baik dan dapat memperburuk negeri ini jika kehadiran bonus demografi tidak dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan peran berbagai pihak dalam menghadapi kondisi tersebut.

Kondisi suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun), salah satu langkah untuk mempersiapkan kondisi seperti tersebut adalah berawal dari diri sendiri maupun keluarga. Tidak akan menjadi bermanfaat peran-peran pihak lain apabila tidak terlibatnya peran dalam lingkup kecil.

Negara-negara di Asia yang telah berhasil memanfaatkan bonus demografi yaitu seperti Tiongkok, Singapura, dan Korea Selatan. Ketiga negara tersebut tidak terlepas dari peran lingkup kecil yang dapat dijadikan dasar dalam mendukung pemanfaatan demografi. Berdasarkan Publikasi yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), terdapat beberapa pembelajaran yang dapat diambil dari keberhasilan negara-negara tersebut dalam memanfaatkan bonus demografi yaitu investasi terhadap bidang pendidikan, perhatian terhadap bidang kesehatan, memperbaiki angka partisipasi kerja, mengantisipasi penuaan, dan antisipasi terjadinya penumpukan konsentrasi penduduk di daerah-daerah tertentu.

Berdasarkan pembelajaran yang dapat diambil tersebut pastinya tidak terlepas dari peran lingkup kecil, misal keluarga. Adanya investasi terhadap bidang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah, tidak akan terwujud secara keseluruhan apabila orang tua tidak mendukung anaknya dalam menempuh pendidikan. Apalagi apabila muncul anggapan bahwa anak hanya dididik oleh pihak sekolah dan ketika di rumah anak dibiarkan begitu saja hingga aktivitas anak tidak terkontrol.

Saat ini di Indonesia telah tersedia pendidikan di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan Sekolah Dasar (SD). Jenjang-jenjang pendidikan dasar tersebut adalah waktu emas untuk mendidik anak dalam memiliki karakter yang baik. Hal ini dikarenakan di masa-masa tersebut anak memiliki sifat meniru terhadap apa yang anak lihat. Oleh karena itu, orang tua secara tidak langsung merupakan salah satu model yang dapat ditiru anak. Apabila orang tua sering bersikap keras di hadapan anak maka anak akan menjadi pribadi yang kasar. Begitu pula sebaliknya, apabila orang tua sering bersikap lembut di hadapan anak maka anak akan menjadi pribadi yang lembut dan sopan.

Pada masa itu pula sebaiknya orang tua mengajarkan kepada anak mengenai pendidikan karakter, seperti mengucapkan terima kasih apabila diperlakukan baik oleh orang lain dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Hal ini dikarenakan beberapa negara yang telah berhasil memanfaatkan bonus demografi, pendidikan karakter adalah hal yang penting dan harus ditanamkan sejak dini.

Kemudian dalam hal perhatian terhadap kesehatan. Lagi-lagi solusi ini tidak akan berhasil apabila peran keluarga tidak terlarut di dalamnya. Ketika anak masih berusia dini, sebaiknya anak dididik dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan diri maupun lingkungan. Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang telah berhasil dalam memanfaatkan bonus demografi. Jepang telah berhasil mengubah kebiasaan masyarakat menjadi sosok yang peduli terhadap lingkungan.

Apabila ditelaah, dahulu Jepang mirip dengan keadaan di Indonesia yaitu masih terdapat masyarakat yang senang membuang sampah di sembarang tempat. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut menjadi kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, tidak menutup harapan Indonesia untuk memiliki penduduk yang peduli terhadap lingkungan. Ketika anak masih berusia dini adalah waktu emas untuk mengajarkan anak betapa pentingnya kesehatan dengan menjaga kebersihan. Namun, orang tua harus bersikap konsisten untuk memberikan contoh yang baik terhadap anak.

Begitu pula pembelajaran yang dapat diambil dari negara-negara yang telah berhasil memanfaatkan bonus demografi, pastinya solusi-solusi tersebut tidak terlepas dari ruang lingkup kecil seperti keluarga dan diri sendiri. Kemudian, ada hal yang mungkin terlupakan oleh masyarakat yaitu mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. Korea Selatan merupakan salah satu negara yang berhasil memanfaatkan produk dalam negeri sehingga berhasil memanfaatkan bonus demografi.

Keberhasilan Korean Wave tidak terlepas dari peran penduduk Korea Selatan yang mencintai produk negaranya. Korean Wave tidak hanya mencakup dunia musik saja, tetapi juga mencakup hal lainnya contohnya seperti fashion. Adanya peran teknologi memudahkan Korean Wave berkembang dengan pesat. Korean Wave tidaklah muncul secara instan. Sekitar tahun 1987 terjadinya pengendalian distribusi film asing di Korea Selatan. Oleh karena itu, pendistribusian film asing hanya dilakukan oleh perusahaan lokal sehingga pada tahun 2011 sebesar 53,6 persen film yang beredar di Korea Selatan adalah produksi dalam negeri. Begitu pula Tiongkok dan Jepang yang berupaya menggunakan produknya sendiri dan memasarkan produk ke negara-negara lain.

Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri merupakan peran lingkup kecil yang berupa kesadaran diri. Adanya peran teknologi sehingga memudahkan produsen dalam memasarkan dan memperkenalkan produk ke masyarakat luas. Berdasarkan pengalaman pribadi, produk dalam negeri pun memiliki kualitas yang baik dan harga terjangkau. Selain itu, dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan kreativitas. Oleh karena itu, upaya pemanfaatan bonus demografi bukan sekedar tanggung jawab pemerintah namun ruang lingkup kecil juga harus andil di dalamnya.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
Dyah Makutaning Dewi, S.Tr.Stat.

Saya memiliki hobi menulis sejak SMA. Semoga karya-karya saya yang dibantu Allah tersebut dapat bermanfaat meskipun saya telah tiada nantinya.

Artikel: 12

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *