Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia. Potensi alam yang disajikan maupun panorama wisata yang ditawarkan memberikan kesan estetika maupun kekayaan yang tidak akan pernah habis. Mencintai masyarakat Indonesia sama dengan mencinta budayanya. Ini tercermin dalam keanekaragaman budaya dan cirikhas masing-masing daerah yang sarat akan nilai dan makna. Tentunya untuk melestarikan unsur budaya dan keanekaragaman tersebut, dibutuhkan sinergitas serta kolaborasi di setiap aplikasi kehidupan. Salah satunya melalui pendidikan, dimana menjadi gerbang dalam memfasilitasi pelestarian budaya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi serta digitalisasi telah menuntut kita untuk semakin canggih dalam pengaplikasian di setiap aspek kehidupan. Masyarakat dituntut untuk mulai memahami dan mengaplikasikan tekonologi dimulai dari handphone hingga bahkan sudah muncul dengan AI (Artificial Intelligence) yang menawarkan akan kecanggihan dan adaptasi dengan tantangan masa kini. Muncul suatu ide bagaimana menggabungkan budaya dalam proses pembelajaran sehingga budaya yang terasa lampau tetap menjadi trend sesuai dengan perkembangan jaman. Beberapa pendapat para ahli tentang mengkolaborasikan budaya dalam proses pembelajaran sudah mulai dikembangkan disekolah maupun di masyarakat.
Budaya dan pendidikan tidak dapat terpisahkan. Koentjaningrat (Nay, 2018) mengartikan kata kebudayaan atau dalam bahasa Inggris culture, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi dapat diartikan sebagai budi atau akal. Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Lebih lanjut, dalam penelitian Abu Ahmadi (Normina, 2017) pendapat lain menyatakan bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk: budi daya, yang berarti daya dari budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Jadi kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya. Jika ditilik secara etimologi tersebut, dapat ditarik suatu hubungan bahwa budaya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan akal yang dilakukan oleh manusia dan diwariskan dari generasi ke generasi sehingga membentuk suatu kebiasaan.
Berbicara tentang pendidikan berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tetap sadar terhadap cara berperilaku, norma, keterampilan, kehidupan sosial, religius, maupun perkembangan fisiknya. Seringkali kita mendengar bahwa dengan mendidik semakin membudayakan manusia untuk tetap berbudaya. Sehingga melalui konteks tersebut pendidikan dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Memasuki dunia pendidikan maka kita dituntut juga untuk melestarikan kebudayaan yang sudah melekat secara turun temurun. Tanpa disadari masyarakat banyak bahwa senjata yang paling efektif untuk melestarikan kebudayaan yaitu dengan mentransfer melalui kognitif, psikomotorik dan afektif yang terkandung atau tercantum lewat proses pendidikan.
Fokus pendidikan yang utama yaitu melestarikan dan meningkatkan pemberdayaan budaya. Melalui pendidikan ilmu ditransfer dari generasi ke generasi yang tidak lain merupakan proses pelestarian budaya. Harapan yang diemban adalah terciptanya masyarakat yang bercirikan budaya Indonesia dengan tetap mempertahankan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi bangsa dan sudah ditanamkan semenjak Indonesia merdeka pertama kali hingga sekarang ini. Budaya sebagai suatu produk dari akal dan budi manusia dalam berbagai segi seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, membentuk manusia untuk lebih peka dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultur dan tantangan masyarakat tradisional untuk memasuki zaman yang modern. Pendidikan menjadi jembatan untuk mempertemukan nilai-nilai tradisional yang sudah dipercayai turun temurun dengan era digitalisasi yang menuntut manusia untuk “sensitif” terhadap teknologi.
Perubahan-perubahan yang selalu diciptakan oleh manusia, dimana berevolusi dengan perkembangan zaman, berdasarkan pada kreatifitas dan iddle curiousity (rasa keingintahuan yang terus berkembang) turut berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai dua sifat yang mendasar yaitu pendidikan bersifat reflektif, artinya proses pendidikan itu sendiri mempunyai suatu tahapan dimana merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang selama ini sudah ditanamkan. Kedua, pendidikan bersifat progresif, artinya pendidikan selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi.
Masyarakat adalah sekelompok orang atau organisasi yang menetap pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang cukup serta mempunyai aturan-aturan yang mengikat untuk mencapai suatu tujuan bersama. Eksistensi adanya suatu masyarakat hanya dapat dilestarikan melalui kebudayaan. Masyarakat menjadi fondasi bagi pelestarian budaya. Tanpa masyarakat maka budaya tidak dapat terwujud begitupun sebaliknya tanpa masyarakat maka budaya tersebut tidak bisa dilestarikan. Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik di sekolah, masyarakat dan keluarga. Akan tetapi seringkali pendidikan hanya dianggap sebagai proses interaksi antara pendidik dan peserta didik di sekolah. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang terprogram dan bersifat formal, secara sengaja atau tidak disengaja, dan terstruktur. Dalam arti sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Pemaknaan pendidikan harus disadari merupakan proses interaksi antara individu dengan lingkungan sosial, masyarakat, sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya, Tuhan dan alam atau bahkan interaksi dengan dirinya sendiri. Proses pembelajaran harus diperhatikan bukan hanya sebatas di dalam ruangan kelas tetapi lebih dari itu, segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu tersebut dengan lingkungan maupun dengan masyarakat (life is education and education is life). Dalam artian bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat (long life education) dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu yang bisa dijadikan nilai atau pijakan.
Proses mentransfer nilai-nilai budaya yang dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern, proses pendidikan tersebut dikaitkan dengan program pendidikan secara formal. Desentralisasi pendidikan yang sudah dicantumkan dalam kebijakan pemerintah, memberikan ruang sebebas-bebasnya bagi masing-masing daerah untuk mengkaitkan segala proses pendidikan yang ada di sekolah dikolaborasikan dengan budaya yang terdapat pada masing-masing daerah tersebut. Pendidikan memberikan dua gagasan utama yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Dari sudut pandang individu pendidikan dianggap sebagai proses pengembangan potensi diri sedangkan dari sudut pandang kemasyarkatan pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Manusia sebagai pencipta budaya pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya tersebut meningkat seiring dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya tersebut.
Refleksi diakhir tulisan menunjukkan bahwa pendidikan dan budaya mempunyai hubungan yang erat dan intim. Budaya harus bisa dilestarikan, dikembangkan, dan dipublikasikan. Melalui pendidikan nilai-nilai budaya Indonesia yang pruralis serta beragam tetap dipertahankan secara permanen, sehingga menjadi ciri khas bangsa Indonesia di mata dunia. Budaya sebagai identitas bangsa Indonesia menjadi investasi terbesar bagi kaum muda Indonesia untuk dapat berinovasi dan berkreasi menampilkan wajah Indonesia dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkarakter, berbudaya dan religius. Proses pembentukan masyarakat Indonesia tersebut dapat dioptimalkan dengan memadukan teknologi yang semakin modern dan canggih dengan proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Cerdas berkarakter bangsaku, berbudaya dan semakin maju. Salam.
Referensi:
Nay, Florianus Aloysius. (2018). “Aspek Etnomatematika pada Budaya Penangkapan Ikan Paus Masyarakat Lamalera Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur”. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia. Hlm. 356-365
Normina. (2017). “Pendidikan dalam Kebudayaan”. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol. 15 No. 28 Oktober 2017. Hlm. 17-28
https://ridiawan.blogspot.com/2018/12/hubungan-pendidikan-dan-kebudayaan.html
https://tepenr06.wordpress.com/2012/10/02/kebudayaan-dan-pendidikan-2/