Tinggi, Peluang Pengadaan
Elektronik Capai Rp 74 Triliun
Kondisi perekonomian di era pandemi Covid-19 belum menunjukkan akan segera pulih. Setelah resesi menghantam perekonomian nasional pada 2020, memasuki awal tahun 2021, Indonesia dihantui resesi tahap kedua. Tentu saja, atmosfer perekonomian seperti ini menyebabkan usaha di berbagai level terhantam.
Boleh jadi, keberadaan vaksin Covid-19 dari Sinovac yang didatangkan khusus dari Tiongkok menjadi salah satu jalan menuju perbaikan perekonomian. Namun, belakangan kasus mutasi virus dari Covid-19 juga menjadi “Hantu” baru bagi pemulihan ekonomi. Belum lagi, kita belum melihat keampuhan dari virus asal Negeri Tirai Bambu tersebut.
Kita tengok sejenak data perekonomian pada Kuartal III 2020. Perekonomian Indonesia masih minus. Data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sinyal pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat dengan pertumbuhan PDB yang membaik di Kuartal III dari minus 5,32% di Kuartal II menjadi minus 3,49%, kenaikan penjualan kendaraan bermotor, kinerja manufaktur yang kembali di zona ekspansi, dan indeks penjualan eceran yang membaik.
Hal ini ditopang oleh stabilitas sektor jasa keuangan yang tetap terjaga ditunjukkan oleh permodalan yang tinggi dengan CAR 24,19%, likuiditas yang memadai didukung alat likuid perbankan yang terus meningkat pada level tertinggi dalam sejarah mencapai sekitar Rp2,250 triliun. Selain itu, profil risiko juga dapat dikelola dengan baik tercermin dari tingkat NPL terjaga di 3,18% ditopang oleh restrukturisasi sekitar 18% dari total kredit termasuk korporasi emiten.
Baik regulator yakni pemangku kebijakan dan pelaku usaha tentu harus berpikir keras, bagaimana menggerakkan kembali roda perkonomian. Boleh jadi pemikiran Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso untuk melibatkan kalangan milenial dan UKM dalam menggerakkan perekonomian layak diacungi jempol.
OJK secara resmi meluncurkan produk Penawaran Efek melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi atau dikenal dengan Securities Crowdfunding/SCF yang diresmikan berbarengan dengan pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2021.
Hadirnya SCF, menurut Wimboh akan berperan untuk meningkatkan pendalaman pasar modal di masyarakat karena memberikan alternatif sumber pendanaan yang cepat, mudah, dan murah bagi kalangan generasi muda dan UKM yang belum bankable untuk mengembangkan usahanya, khususnya UKM mitra Pemerintah.
Tentu tak hanya sampai disitu. Ke depan harus ada berkolaborasi dengan Pemerintah, SCF akan menyediakan pendanaan bagi UKM penyedia barang dan jasa Pemerintah yang potensinya cukup besar. Saat ini pengadaan elektronik Pemerintah yang melibatkan UKM tercatat sekitar Rp74 triliun dengan melibatkan sekitar 160 ribu UKM.
Dalam POJK Nomor 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding) disebutkan bahwa regulasi ini memberikan kemudahan bagi UKM untuk berpartisipasi dalam memanfaatkan industri Pasar Modal, yakni dengan memperluas Efek yang ditawarkan selain bersifat ekuitas (saham) juga bisa Efek bersifat utang dan atau Sukuk.
Selain itu, juga memperluas kriteria Penerbit (issuer) dari yang sebelumnya adalah badan hukum berbentuk PT sekarang boleh berbadan hukum koperasi, maupun yang tidak berbadan hukum seperti Persekutuan Perdata, Firma, atau Persekutuan Komanditer.
Untuk membangun dan mengawasi perkembangan SCF, OJK sudah menetapkan Aludi sebagai asosiasi layanan urun dana untuk menjaga ekosistem industri layanan urun dana yang sehat dengan merumuskan code of conduct dan melakukan pengawasan implementasi dan menertibkan anggotanya.
Selain melalui SCF, untuk meningkatkan kepercayaan investor, tahun ini OJK akan mengimplementasikan Dana Kompensasi Kerugian Investor (Disgorgement Fund) yang merupakan upaya OJK untuk melindungi hak investor yang dirugikan.
Disamping itu, OJK juga mendukung kebijakan Pemerintah dalam UU Cipta Kerja dan Tabungan Perumahan Takyat (Tapera) yang akan memberikan ruang yang lebih luas dalam pengembangan pasar modal baik jumlah investor yang akan masuk maupun dukungan investasi melalui penggalangan dana melalui pasar modal.
Di sisi lain, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia 2021 menyatakan optimisme perekonomian Indonesia akan membaik pada 2021 sejalan dengan sejumlah indikator yang sudah terlihat pada akhir tahun 2020. Optimisme itu juga didukung dengan sudah masuknya vaksin Covid–19 yang akan mulai diberikan kepada masyarakat pada pertengahan Januari ini.
“Vaksinasi Covid-19 telah dipersiapkan untuk menjadi Game Changer pemulihan ekonomi nasional. Tambahan 1,8 juta dosis vaksinasi telah diterima pada akhir Desember 2020, sehingga terdapat 3 juta dosis vaksin yang siap untuk disuntikan. Pemberian vaksinasi secara gratis akan membangkitkan rasa aman untuk beraktivitas sehingga roda perekonomian dapat bergerak lebih cepat,” katanya.
Dukungan program PEN juga akan dilanjutkan di tahun 2021 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 372,3 triliun yang diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat, mendukung akselerasi pemulihan ekonomi, dan mendorong transformasi ekonomi Indonesia.
Keberadaan UU Cipta Kerja, menurut Airlangga juga diharapkan dapat membantu mengurangi dampak negatif pandemi terhadap tenaga kerja Indonesia, karena dengan undang-undang ini, reformasi besar akan dilakukan guna menjadikan Indonesia semakin kompetitif di pasar internasional dan domestik.
Airlangga juga mendukung upaya OJK dalam mendorong pengembangan UKM melalui pasar modal dengan layanan Securities Crowd Funding yang bisa menjadi alternatif pendanaan bagi UKM.
Wimboh menambahkan, bahwa sinyal pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat dengan pertumbuhan PDB yang membaik di Q3 dari minus 5,32% di Q2 menjadi minus 3,49%, kenaikan penjualan kendaraan bermotor, kinerja manufaktur yang kembali di zona ekspansi, dan indeks penjualan eceran yang membaik.
Hal ini ditopang oleh stabilitas sektor jasa keuangan yang tetap terjaga ditunjukkan oleh permodalan yang tinggi dengan CAR 24,19%, likuiditas yang memadai didukung alat likuid perbankan yang terus meningkat pada level tertinggi dalam sejarah mencapai sekitar Rp2,250 triliun. Selain itu, profil risiko juga dapat dikelola dengan baik tercermin dari tingkat NPL terjaga di 3,18% ditopang oleh restrukturisasi sekitar 18% dari total kredit termasuk korporasi emiten.
Keberadaan startup dapat menjadi katalis dan akselerator majunya UMKM Indonesia. Selain itu, startup juga dapat menjadi enabler dan agregator bagi pelaku UMKM, sehingga menjadi jembatan bagi UMKM untuk naik kelas.
Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pada acara Audiensi Pemenang dan Finalis Korea-Asean Business Model Competition 2020 for SDG’s, secara daring, di Jakarta, Rabu (23/12).
Di depan Senior Advisor Green Business Center (GBC) Meliadi Sembiring dan Direktur Green Business Center Lee Jong Soon, Teten menambahkan, sesuai dengan RPJMN 2020-2024 dan Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM, pihaknya akan terus berkomitmen untuk melahirkan wirausaha baru.
“Termasuk melahirkan startup-startup baru, yang unggul, inovatif, dan berdaya saing,” tandas MenkopUKM.
Komitmen tersebut akan dilakukan melalui peningkatan iklim kewirausahaan, pengembangan inkubator wirausaha, dan peningkatan akses pembiayaan bagi wirausaha.
Dari segi reformasi aturan dan regulasi, penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang KUMKM juga akan memfasilitasi berbagai kemudahan.
“Salah satu kemudahan yang diberikan untuk UMKM maupun startup adalah dalam hal mendapatkan inkubasi dari lembaga inkubator, baik inkubator pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, maupun dunia usaha,” jelas Teten.
Menurut Teten, lembaga inkubasi memiliki peran strategis dalam penciptaan dan pengembangan usaha. Khususnya, bagi usaha-usaha yang berbasis teknologi, berwawasan lingkungan, berorientasi ekspor, maupun berbasis industri kreatif.”Upaya tersebut akan dilakukan pemerintah dalam rangka memanfaatkan momentum yang tepat, di tengah gaung Revolusi Industri 4.0 yang menjadikan digitalisasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” ucap MenkopUKM. (irzan aslam/LPKN)
Referensi:
http://www.depkop.go.id/read/menkopukm-startup-dapat-menjadi-enabler-dan-agregator-bagi-umkm