Quo Vadis Kaum Miskin Di Indonesia

Keberagaman budaya, agama, dan tradisi yang tersebar di kepulauan Nusantara menelorkan berbagai ideologi dan pandangan hidup yang berbeda yang mengakibatkan pemahaman yang berbeda pula akan makna hadirnya yang lain. Cerminan ini  menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural dengan berbagai ideologi tertentu. Namun, sebagai satu kesatuan utuh yang berlindung di bawah payung Bhineka Tunggal Ika Indonesia mempunyai satu ideologi yang mempersatukan semua pandangan yang berbeda dalam ideologi yang satu yaitu Pancasila. Di bawah payung pancasila-lah politik diferensiasi diwujudkan. Ideologi inilah yang menjadi dasar- dasar dialog menuju pembebasan.

Realitas kompleks yang sedang dihadapi oleh bangsa ini perlu diselesaikan sesuai dengan cita-cita bangsa, yaitu keadilan dan kesejahteraan yang berbasis pada nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Tujuan mulia ini akan terwujud jika manusia Indonesia bersatu. Cita-cita dan harapan ini ternyata masih jauh dari kenyataan. Realitas yang ditandai dengan kekontrasan antara gedung- gedung pencakar langit dengan perkampungan kumuh di sekitaranya, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sedang bergumul dengan realitas yang menyedihkan yaitu kemiskinan. Masalah ini merupakan masalah sosial yang mempengaruhi seluruh kehidupan masyarakat. Masyarakat miskin dipaksa “puas” dengan apa yang sudah dimiliki. Entah kemiskinan itu timbul karena struktur sosial yang menindas atau merupakan sebuah privatio individu yang menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya sehingga tetap dalam situasi miskin.

Menurut Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, miskin berarti melarat, tidak punya apa- apa. Namun arti miskin ini tidak dapat direduksi pada semua hal seperti miskin religius, atau hanya diinterpretasikan dalam arti ekonomi dan fisis. Kemiskinan adalah sebuah ekspresi yang menggambarkan perbudakan dan dehumanisasi dalam arti lebih dari satu dimensi saja. Jadi orang miskin berarti orang dengan sumber daya manusia yang kurang atau lemah dan tidak berdaya oleh berbagai faktor  yang melingkupi kehidupan mereka.

Kemiskinan yang sedang dialami ini bisa disebabkan oleh faktor intern tertentu seperti malas, mental santai, rasa ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain. Tetapi faktor-faktor intern ini juga diakibatkan oleh faktor eksternal seperti struktur sosial yang menindas atau tidak adil. Struktur sosial mencakup suatu sikap individu dalam kebersamaan di mana ada proses saling mempengaruhi antara individu dan masyarakat. Ketersalingan dalam memepengaruhi ini terjadi karena ada proses internalisasi seperti sosialisasi (kebersamaan hidup membuat individu mesti mempertenggangkan reaksi atau aksi tertentu), enkulturasi (pola hidup dan nilai budaya turut membentuk sikap dan pandangan hidup tertentu), personalisasi (berdasarkan sosialisasi dan enkulturasi kita memberikan kekhasan tersendiri kepada kepribadian kita).

Proses sosialisasi dalam masyarakat mau tak mau harus bergantung pada sistem atau struktur yang berlaku. Sebagai contoh, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian berusaha untuk membantu meningkatkan produksi pertanian dan mengangkat petani dari kemiskinan dengan menyiapkan kredit murah bagi para petani. Dalam kasus yang bertujuan  untuk meningkatkan produksi pertanian mungkin dapat dicapai, tetapi muncul persoalan, ketika berhadapan dengan  tujuan, yaitu membebaskan petani dari kemiskinan. Usaha yang dilakukan Kementerian Pertanian dengan menyiapkan kredit murah bagi petani bisa menjadikan para petani menjadi lebih miskin. Alasannya,  walaupun bank- bank desa yang  menawarkan bunga uang yang rendah, hanya petani yang mempunyai lahan yang luas yang mendapatka untung, sedangkan petani biasa yang mempunyai sebidang lahan yang cukup untuk digarap bisa terpaksa menjual tanahnya dengan sistem ijon.[1]

Contoh lain, dalam sistem pendidikan. Sekolah- sekolah yang bermutu, yang menghasilkan output yang mempunyai daya pikir yang kritis dan daya analitis yang tajam, tidak sedikit memungut biaya pendidikannya. Karena itu orang- orang kecil (miskin) tidak akan mampu sampai pada taraf hidup yang sederajat dengan apa yang kini sudah dimiliki oleh kaum materialis. Orang- orang yang tak berdaya akan tetap berada pada posisisnya, karena kondisi ekonomi  mereka tidak menjangkaunya.

Pada posisi ini dapat dikatakan bahwa, struktur sosial seperti ini sangat merugikan petani kecil, karena pada umumnya orang- orang yang sederhana jika berlarut- larut dalam urusan yang abstrak dan formal akan cepat putus asa. Mereka lebih mudah mengambil jalan pintas, yang cepat, dan tidak merepotkan walaupun hal itu merugikan dirinya. Berhadapan dengan sistem pendidikan yang sangat mahal menjadikan rakyat miskin tidak memperoleh kesempatan dalam mengeyam pendidikan. Kerena itu tidak heran bahwa orang- orang kecil dapat diperdaya dalam berbagai hal. Dengan demikian jelaslah bahwa struktur sosial dapat mempengaruhi pola tingkah laku dalam masyarakat.

Dialog adalah salah satu tawaran solusi untuk menyelesaiakan masalah ini. Dialog dipahami sebagai “berbicara bersama”. Diskusi yang jujur antara dua orang yang mempunyai keyakinan yang berbeda, dengan harapan mencapai kesepakatan atau sekurang- kurangnya mendekati kebenaran. Dalam pemahaman seperti ini, dialog dibedakan atas dua macam. Pertama, dialog cinta kasih yang meliputi sikap- sikap dan tindakan yang mengungkapkan iman sesama yang sudah diakui oleh semua yang terlibat. Dalam dialog jenis ini kedua belah pihak berkeinginan untuk menyingkirkan penghalang- penghalang yang menutup jalan bagi persatuan yang utuh. Kedua, dialog resmi yang kadang- kadang disebut sebagai dialog kebenaran.[2]

Kebenaran yang disingkapkan dalam dialog menghalau semua presepsi pribadi tentang kebenaran diri sendiri. Pada tahap ini, orang harus berada dalam suatu situasi ketidaktahuan agar tercapailah pemahaman bersama. Martin Buber dengan menggunakan pendekatan dialog, ia menganggap manusia mempunyai dua hubungan fundamental yang berbeda, yaitu hubungan dengan benda- benda yang disebut Ich- es (aku- itu) dan hubunganku dengan sesama dan Allah yang disebut Ich du (Aku- anda). Hubungan aku- itu, membentuk erfharung atau dunia penyusunan atau pemanfaataan benda-benda. Dunia ini ditandai dengan kesewenang-wenangan karena semua hal diatur menurut kategori-kategori yang menghimpit. Sedangkan relasi aku-anda membentuk beziehung atau dunia tempat orang saling dialog dan saling menyapa. Dunia ini ditandai dengan cinta dan kebebasan.[3]

Pembebasan merupakan sebuah aksi pelepasan dari situasi keterikatan yang membelenggu kehidupan seseorang atau sekelompok orang. Aksi ini menuntut orang harus sampai pada kehidupan yang bebas. Kebebasan yang dilantunkan ini harus seiring dengan adanya tanggung jawab sebagai warga masyarakat yang hidup dalam satu kesatuan ikatan.

Keterikatan yang dimaksud sebagai belenggu bagi masyarakat adalah suatu situasi di mana orang- orang mengalami ketertindasan, keterintimidasian, dan tidak tenang situasi hidupnya. Maka dengan adanya aksi pembebasan ini orang dapat bergerak dengan leluasa, bebas, dan dapat menentukan diri dalam perkembangannya tanpa ada rasa takut.  Dengan demikian yang menjadi subjek pembebasan adalah manusia yang beraksi untuk membebaskan mereka yang terikat, tertekan, miskin, melarat, dan yang direndahkan martabatnya.

[1]Dalam sistem ijon, orang lebih mudah menyelesaikan masalahnya dengan cara yang lebih praktis. Misalnya lewat hubungan pribadi, dengan mengobrol atau tawar menawar untuk kompromi. Karena itu mereka lebih suka membeli dan menjual lewat sistem ini, daripada harus berurusan dengan bank yang mempunyai aturan abstrak seperti pengisian formulir dan tanda tangan.

[2]Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, ( Palembang: Universitas Sriwijaya, 2001).

[3]Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: LPKN (Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara), 2006), p. 812.

Loading

Alexius Andiwatir, S.Fil, M.Si
Alexius Andiwatir, S.Fil, M.Si

Alex Andiwatir, seorang pendidik, Mendalami Psikologi Pendidikan, Menyukai Filsafat dan Hal-Hal Baru, serta diskusi sambil ngopi.

Artikel: 4

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *