Tips Menjadi SDM Unggul di Era VUCA dengan Learning Agility

Volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity. Keempat kata tersebut kerap digunakan untuk menggambarkan situasi di tengah pandemi COVID-19 ini, di mana setiap individu dan organisasi perlu menyesuaikan diri dengan berbagai kenormalan baru yang terjadi. Kemampuan adaptasi yang cepat, atau bahkan bisa dibilang drastis, harus dimiliki tiap individu dan organisasi agar bisa terus mengikuti berbagai perubahan di era yang bisa dikatakan sangat dinamis ini.

Jika kamu merasa tidak akrab dengan keempat kata di atas, mungkin singkatannya akan terdengar lebih ramah di telinga: VUCA. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan VUCA ini? Untuk memahaminya, mari kita coba bedah sedikit dari masing-masing kata yang membentuknya.

Pertama, volatility. Ia dapat diartikan sebagai dinamika perubahan yang sangat cepat terjadi dalam berbagai hal, mulai dari sektor sosial, ekonomi, hingga politik. Kedua, uncertainty. Kata ini dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang timbul karena sulitnya memprediksi dampak isu dan peristiwa yang saat ini sedang terjadi atau yang akan terjadi di masa depan.

Ketiga, complexity. Ia dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang sangat kompleks karena banyaknya hal yang sangat sulit untuk diselesaikan. Sedangkan yang keempat ada ambiguity. Kata ini dapat diartikan sebagai keadaan yang terasa mengambang dan kejelasannya masih dipertanyakan.

Jika melihat karakter dari masing-masing situasi di dalam VUCA yang berbeda-beda, dapat dikatakan bahwa untuk bisa menanggapi tiap-tiap situasi tersebut dibutuhkan respons yang spesifik. Maka dari itu, untuk dapat merespons tiap elemen di dalam VUCA secara spesifik, setiap orang maupun organisasi perlu merancang skillset yang dapat dimanfaatkan pada masing-masing kondisi yang terjadi, atau bahkan bisa digunakan di setiap situasi yang muncul.

Tantangan tersebut tentu perlu dihadapi oleh tiap individu dan organisasi agar bisa terus bergerak maju di era VUCA. Dari situ, muncul pertanyaan bagi individu dan organisasi. Bagi individu, pertanyaan yang perlu dijawab adalah, bagaimana menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu beradaptasi dan merespons setiap karakter yang muncul dari masing-masing situasi spesifik di dalam VUCA. Sedangkan bagi organisasi, pertanyaan adalah bagaimana menyiapkan SDM yang sanggup beradaptasi di era VUCA ini dengan merespons setiap karakter unik yang muncul dari masing-masing situasi yang terjadi.

Dalam hal ini, adaptasi menjadi kata kuncinya. Era VUCA bisa dikatakan memaksa individu dan organisasi untuk menghadapi berbagai tantangan di tengah kedinamisan, kompleksitas, dan ketidakpastian dalam lingkungan bisnis. Dan di era VUCA seperti sekarang ini juga, kemampuan untuk beradaptasi dan menangani situasi yang abstrak menjadi jauh lebih penting dan krusial dibandingkan dengan era-era sebelumnya.

Adaptasi dengan learning agility

Salah satu kemampuan, atau bisa dikatakan juga sebagai mindset, yang dapat mendukung individu dan organisasi untuk bisa beradaptasi di era VUCA ini adalah learning agility. Secara garis besar, learning agility dapat didefinisikan sebagai kesediaan dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman, yang kemudian menerapkan pembelajaran tersebut untuk bekerja dengan baik pada kondisi yang baru.

Learning agility sendiri memiliki empat dimensi di dalamnya. Keempatnya meliputi:

  • People agility: kemampuan untuk mengetahui diri sendiri dengan baik, mampu belajar dari pengalaman, bisa saling membangun dengan orang lain, dan dapat bertahan dalam tekanan perubahan.
  • Results agility: kemampuan untuk mendapatkan hasil terbaik di bawah kondisi yang sulit, mampu menginspirasi orang lain, dan dapat membangun kepercayaan diri orang lain dengan kehadiran kita di dalamnya.
  • Mental agility: kemampuan untuk berpikir tentang suatu masalah dari sudut pandang yang baru dan merasa nyaman dengan ambiguitas, kompleksitas, serta mampu menjelaskan pemikiran tersebut kepada orang lain secara runtut.
  • Change agility: kemampuan untuk merasa ingin tahu secara positif, memiliki gairah atas ide-ide, dan ingin terlibat dalam aktivitas peningkatan keterampilan.

Learning agility sendiri sejatinya bukan hal yang baru di dunia profesional. Manfaat dan dampak implementasinya pun sudah dibuktikan pada beberapa studi yang dilakukan dari tahun ke tahun.

Salah satunya ditunjukkan dari studi yang dilakukan oleh Michael Lombardo and Robert Eichinger terhadap 217 karyawan pada 2000 silam. Dari penelitian tersebut, mereka mendapati bahwa terdapat hubungan antara learning agility dengan kinerja di dalam sebuah perusahaan. Dengan begitu, seorang individu yang memiliki learning agility dapat diprediksi kinerjanya di perusahaan.

Kemudian, Center for Creative Leadership melakukan penelitian mengenai learning agility terhadap 134 partisipan pada 2014 lalu. Hasilnya, individu yang memiliki learning agility tinggi menunjukkan perilaku kerja yang lebih aktif, kreatif, dan berani mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, individu dengan learning agility juga lebih optimis, tidak mudah panik, dan secara berkelanjutan mampu mengembangkan dan memperbaiki diri.

Lalu, di tahun 2020, PPM Manajemen melakukan pengolahan data pada kurang lebih 700 karyawan di perusahaan di Indonesia. Dari hasil pengolahan data tersebut, digambarkan bahwa learning agility memiliki korelasi positif dengan beberapa kompetensi yang dapat mendukung bisnis perusahaan, termasuk dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan. Beberapa kompetensi tersebut meliputi strategic thinking, business orientation, innovation, dan digital-savvy.

Melihat fenomena tersebut, kini individu tidak bisa semata-mata mengedepankan kompetensi saja dalam mengembangkan karirnya, namun juga perlu memberikan porsi yang besar terhadap learning agility. Hal serupa juga berlaku bagi organisasi yang tidak hanya fokus pada SDM yang memiliki kecerdasan tinggi saja, namun juga harus menjaring dan mengembangkan talenta dengan kemampuan untuk beradaptasi serta memiliki dorongan untuk berkembang secara berkelanjutan.

Hal tersebut pun diperkuat dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran paling maksimal 20%. Maka dari itu, IQ tidak dapat dijadikan tolok ukur tunggal untuk menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup bermasyarakat lantaran IQ hanya menjadi media penyimpanan pengetahuan baru dan alat untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Di samping kecerdasan yang dimiliki, seorang individu juga perlu memiliki kemampuan untuk berubah. Karena pada akhirnya, keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri akan mengantarkan seorang individu untuk menguasai kompetensi-kompetensi baru, dan bahkan meningkatkan kualitas kapabilitas yang sudah dimiliki sebelumnya.

Mau tahu lebih lanjut tentang pembentukan SDM unggul di era VUCA? Kamu bisa mengikuti workshop online bertajuk “Membangun GREAT BUSINESS Era 4.0 melalui Strategi Pengelolaan Kinerja SDM dan Manajemen Keuangan BISNIS”. Workshop online tersebut akan diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan dan Konsultasi Nasional (LPKN) pada 15–20 Februari 2021.

Individu dari berbagai latar belakang, mulai dari pemilik usaha, pegiat startup, tenaga profesional, maupun orang yang baru akan membangun bisnis, bisa mendapatkan manfaat dari mengikuti kegiatan tersebut. Beberapa pengetahuan yang bisa didapat dari workshop online ini meliputi manajemen SDM di era Industri 4.0 dan VUCA World, seni merekrut dan mendapatkan sumber daya bertalenta, hingga rahasia membangun tim dengan kinerja yang unggul.

Informasi lebih lanjut mengenai workshop online “Membangun GREAT BUSINESS Era 4.0 melalui Strategi Pengelolaan Kinerja SDM dan Manajemen Keuangan BISNIS” bisa dilihat di https://kelassmart.com/hrm/. Ayo daftar sekarang dan dapatkan manfaatnya!

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Muhamad Imron Rosyadi
Muhamad Imron Rosyadi

Penulis konten dengan pengalaman bekerja lebih dari 3 tahun. Sempat menjadi jurnalis teknologi selama dua tahun. Kini rutin mengerjakan konten seperti press release dan blog.

Artikel: 16

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *