Setiap individu pasti memerlukan pengembangan diri untuk mencapai tujuan hidupnya. Dalam rangka pengembangan diri tersebut, terdapat kapasitas individu yang harus dioptimalkan. Salah satunya adalah kemampuan untuk mendengarkan orang lain, sehingga mampu mengambil pengetahuan dan wawasan baru. Mendengarkan orang lain juga mengajarkan untuk menghargai pendapat orang lain dari berbagai perspektif.
Prinsip saling menghargai ini tentu sangat penting dalam membentuk pribadi yang beretika. Semuanya dimulai dari mendengarkan pendapat orang lain, termasuk menghargai hak orang lain untuk berpendapat. Dalam kehidupan sosial di ranah apapun, sikap ini sangat diperlukan dan wajib diterapkan agar tetap tenteram, damai, dan sejahtera dalam kebersamaan. Setelah itu, diperlukan hubungan responsif pula antara pihak yang berkomunikasi. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk mendengarkan secara aktif atau active listening.
Dalam penerapannya, konsep active listening ini mampu membentuk dan mengoptimalkan hubungan komunikasi yang responsif. Itulah alasan mengapa banyak organisasi yang mengharapkan sumber daya manusianya mempunyai kemampuan active listening. Perlu diketahui pula, active listening ini merupakan sebuah konsep yang terdiri dari berbagai kemampuan inti. Lalu, apa sajakah kemampuan inti tersebut dan bagaimanakah urgensi active listening terhadap pengembangan karir individu? Simak penjelasan rincinya di bawah ini beserta dengan tips meningkatkan kemampuan active listening.
Apa Itu Active Listening?
Dalam pengembangan kompetensi individu, terdapat sebuah teori mengenai mendengarkan secara aktif atau disebut dengan active listening. Konsep active listening ini dikenalkan pada tahun 1951 oleh Carl Rogers dalambuku berjudul “Client Centered Therapy” yang dicetak ulang dalam bentuk artikel berjudul “Active listening” pada tahun 1976.
Mendengarkan secara aktif ini terjadi pada sebuah percakapan antara dua orang atau lebih. Umumnya, mendengarkan aktif ini diterapkan oleh manajer dan karyawan dalam peran manajer sebagai pembicara dan karyawan sebagai pendengar. Apabila yang satu berbicara, maka yang lainnya mendengarkan. Prinsip saling menghargai sangat jelas dalam hal ini. Dengan demikian, tercipta active listener yang bersedia menghargai pendapat orang lain dan merespon secara aktif dengan etika berbicara yang baik dan benar sesuai norma. Sikap dalam diskusi dan komunikasi sehari-hari juga akan lebih tertata.
Urgensi Active Listening dalam Pengembangan Karir
Sumber daya manusia yang kompeten diiringi dengan attitude yang baik, tentu akan menjadi paket lengkap sebagai pribadi yang berintegritas. Pembentukan pribadi yang seperti ini pasti memerlukan upaya yang optimal dan berkelanjutan. Peningkatan kemampuan active listening menjadi jawaban atas itu semua. Jika seseorang mempunyai kemampuan mendengarkan secara aktif, maka pengetahuan dan wawasannya akan meningkat, sehingga meningkatkan kompetensinya. Hal ini akan berdampak positif bagi pengembangan diri dalam jalur karirnya.
Kontribusi individu di lingkungan juga semakin lancar dan optimal karena mampu saling menghargai dengan cara mendengarkan pendapat orang lain. Hubungan komunikasi akan lebih responsif dan lancar karena terdapat pengertian untuk mendengarkan orang lain. Keterlibatan dalam komunikasi yang sehat ini merupakan hal penting yang diperlukan dalam organisasi. Active listening yang diterapkan dengan baik akan mendukung iklim organisasi yang produktif dan damai. Inilah yang menjadi urgensi active listening dalam pengembangan karir, terlebih di masa modern yang memang kondisinya serba adaptif.
Perubahan sikap seseorang dalam era modernisasi juga menuntut setiap pihak mampu memahami satu sama lain, sehingga upaya mengedepankan active listening ini merupakan langkah awal yang bagus. Perjalanan karir dalam organisasi akan lebih lancar dan terus terjaga, diiringi dengan peningkatan kompetensi SDM karena mampu berkoordinasi dengan baik.
Kemampuan Inti Active Listening
Active listening merupakan sebuah kemampuan untuk fokus pada pembicara, memahami setiap pesan dan informasi yang disampaikan, dan dapat merespon dengan serius. Melalui upaya mendengarkan secara aktif, seseorang dapat belajar saling memahami. Active listening itu sendiri terdiri dari beberapa kemampuan inti yang perlu diasah untuk meningkatkan kompetensi diri untuk pengembangan karir ke depannya.
- Paying Attention
Mendengarkan secara aktif atau familiar dengan istilah active listening ini mempunyai komponen utama berupa paying attention. Hal ini sangat penting diterapkan agar proses active listening ini dapat berjalan lancar. Seseorang dapat mendengar dengan baik dan memahami pesan yang disampaikan pembicara jika benar-benar memperhatikan. Perhatian yang penuh ini akan mendukung perolehan informasi yang optimal.
Seseorang yang mampu memberikan perhatian penuh ini mempunyai beberapa sikap positif yaitu empati, penerimaan, ketulusan, dan fokus. Empati ini berarti sikap yang menghargai dan memahami hal yang disampaikan pembicara serta menerima sudut pandang pembicara. Penerimaan berarti sikap peduli yang sangat mendalam mengenai kesejahteraan orang lain sesuai harkat dan martabat yang bersangkutan, termasuk harkat dan martabat pembicara. Ketulusan berarti benar-benar menghargai, terbuka, dan rela meluangkan waktu untuk mendengarkan pembicara. Fokus berarti mampu berkonsentrasi pada setiap hal yang disampaikan pembicara.
- Build The Trust
Active listening dapat optimal jika di dalam prosesnya terdapat kepercayaan. Pihak yang berkomunikasi tentu harus saling percaya agar dapat saling mendengarkan ketika salah satunya berbicara. Membangun kepercayaan ini melancarkan proses penerimaan dan pemahaman seseorang terhadap lawan bicaranya, sehingga meredam konflik dan mampu merespon dengan positif. Jadi, bangunlah kepercayaan untuk lawan bicara Anda agar mendengarkan untuk memahami, bukan mendengarkan untuk menyanggah.
- Clarifying
Kemampuan inti dari active listening berikutnya adalah clarifying. Dalam poin ini, pendengar harus aktif mengklarifikasi setiap hal yang disampaikan pembicara atau lawan bicara. Kemampuan untuk mengklarifikasi ini sangat penting dimiliki dan harus dilakukan dengan sopan dan tidak menyinggung pembicara. Dengan demikian, proses komunikasi tetap lancar, tanpa konflik, dan bisa objektif. Hal ini akan mendorong tersampaikannya pesan dari pembicara ke pendengar.
- Summarizing
Kemampuan inti berikutnya adalah summarizing. Dalam upaya mendengarkan secara aktif, pendengar harus berkemampuan untuk meringkas poin-poin penting yang disampaikan pembicara. Hal ini sangat mendukung kelancaran perolehan informasi dan mencegah kesalahan interpretasi di kemudian hari. Pendengar juga akan lebih mudah dalam merespon pembicara jika mempunyai catatan penting yang tepat sebagai dasar yang akurat.
- Sharing
Kemampuan terakhir dari active listening yang harus dikuasai adalah sharing. Setiap pendengar harus mampu berbagi dengan pendengar lainnya ataupun pihak lain yang bersangkutan dengan tujuan pembicaraan. Dengan demikian, suasana saat diskusi akan hidup karena antar pendengar dapat saling merespon di waktu yang tepat dengan pembicara. Hal ini akan mendukung proses pengambilan kebijakan tentunya.
Cara Mengasah Kemampuan Active Listening
Berbagai kemampuan inti dalam active listening di atas sangat mengagumkan, bukan? Setiap individu yang mampu menerapkannya akan mampu menjalankan pekerjaan dengan baik. Iklim organisasi akan damai dan sejahtera. Hubungan komunikasi juga akan baik dan lancar. Lalu, bagaimanakah cara mengasah kemampuan active listening? Inilah beberapa cara yang dapat dilakukan.
- Berusaha Memahami Pesan Pembicara
Kewajiban seorang pendengar tentu saja menghargai pembicara, sehingga berusaha memahami pesan pembicara. Pendengar harus fokus mendengarkan apa saja yang disampaikan pembicara, kemudian berusaha memahaminya. Pendengar juga bisa mencatat poin-poin penting yang disampaikan pembicara yang dapat digunakan sebagai pengingat dan juga sebagai bahan mengklarifikasi konten pembicaraan.
- Jangan Mencoba Menyela Pembicara
Poin keduanya, jangan mencoba menyela pembicaraan karena hal tersebut sangat mengganggu kelancaran penyampaian informasi. Selain itu, memotong pembicaraan adalah tindakan tidak sopan karena tidak menghargai sepenuhnya hak berbicara si pembicara. Sebagai pendengar, Anda harus mampu menahan diri untuk bertanya, mengklarifikasi, ataupun menyanggah, sampai pembicara selesai berbicara.
- Menulis Catatan Singkat
Kegiatan active listening dapat dibentuk dan dioptimalkan dengan menulis catatan singkat. Sebagai pendengar, Anda perlu meningkatkan kemampuan untuk merangkum suatu pembicaraan atau pemaparan. Hal ini penting agar Anda dapat secara tanggap dan cepat dalam merangkum poin-poin penting yang disampaikan dan meminimalisasi kesalahan tulis.
- Menunggu Giliran Berbicara
Rasa saling menghargai sangat diperlukan dalam aktivitas active listening. Salah satu wujud rasa menghargai yaitu menunggu giliran berbicara. Apabila setiap pendengar melakukan hal yang sama yaitu menunggu giliran berbicara setelah pembicara selesai berbicara, maka proses komunikasi akan lancar. Semua pesan akan tersampaikan dengan jelas dan lengkap.
- Merespon Pembicara dengan Tepat
Cara terakhir yang mampu mengoptimalkan kemampuan active listening adalah merespon pembicara dengan tepat. Saat pembicara mempersilakan pendengar atau audience untuk merespon berupa pertanyaan, klarifikasi, ataupun sanggahan, Anda sebagai pendengar dapat menyampaikannya. Agar prosesnya berjalan lancar, pendengar harus meningkatkan kemampuannya dalam merespon. Tujuannya adalah agar lebih responsif dan proses komunikasi berjalan efektif. Diskusi interaktif dapat terwujud jika pendengar responsif.
Demikianlah berbagai cara yang diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan active listening jika dilakukan secara rutin. Penerapan berbagai cara tersebut dapat meningkatkan kapasitas individu, di mana kemampuan active listening sangat mendukung pengembangan karir. Dengan peningkatan kemampuan active listening, pengembangan karir seorang individu akan lebih terfokus dan terarah. Kegiatan dalam pekerjaan sangat membutuhkan kemampuan active listening ini, sehingga seseorang yang menguasainya lebih mudah dan mampu menjalankan pekerjaan secara optimal. Ia juga dapat menjadi pekerja yang profesional dan berprestasi, ditambah selalu menghargai orang lain yang berimplikasi juga pada kelancaran hubungan dengan relasi.