PHBD POLIWANGI DI WISATA PINUS SONGGON

Pada 2020, kami mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi melakukan pengabdian di Wisata Pinus Songgon, Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Program Hibah Desa Binaan (PHDB) adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa melalui Ikatan Organisasi Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa dan atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa lainnya. Pelaksana Desa Binaan ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa peduli dan berkontribusi kepada masyarakat di desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera. Di sisi lain, masyarakat desa diharapkan mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang sudah ada untuk diwujudkan menjadi kegaitan nyata atau mengembangkan kegiatan yang telah dirintis masyarakat menjadi lebih berkembang dan bermanfaat (Sosialisasi PHDB 2020, P3M, 2020).

Sekilas PHDB yang disebut di atas. Catatan di atas diambil dari Power Point Sosialiasi yang dipresentasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M). Terdapat tahapan mengikuti kegiatan PHDB yakni, 1) Sosialisasi Panduan Program Hibah Desa Binaan; 2) Batas Akhir Pengajuan Proposal; 3) Penilaian Proposal; 4) Pengumuman Lolos Seleksi; 5) Penandatanganan Kontrak dan Pencairan Termin I; 6) Pelaksanaan Kegiatan; 7) Visitasi dan Evaluasi; 8) Pelaporan Akhir dari Laporan Keuangan; dan Pencairan Termin II.

Sederhananya, PHDB menjadi program KKN di Politeknik Negeri Banyuwangi. Itu hanya pendapat penulis saja karena tidak ada Kuliah Kerja Nyata di pendidikan vokasi. Hanya program kerja praktik atau magang yang biasanya berkerjasama dengan perusahaan atau lembaga.

Saya sendiri Iskandar, Rian, Nabilla, Agung, Abay, Putri, Qodri, Khusaini, Ummi, dan Ratna. Kebetulan juga saya sendiri yang mengetuai pengabdian ini. Alhamdulillah kemarin, tepatnya sesudah Covid-19 ada, proposal kami lolos penilaian dari lembaga. Ini adalah tahun kedua saya berorganisasi, waktu itu karena sekarang sudah 2021, pada tahun pertama saya organisasi proposal kami belum lolos penilaian. Kemudian, tahun 2020 kami berkemsempatan untuk terjun langsung di masyarakat untuk menerapkan ide kami.

Walaupun Covid-19 sudah masuk di lingkungan kampus. Kami tetap mengikuti instruksi dari P3M sebagai pihak penyelenggara. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak aktivitas yang dilakukan melalui daring. Sosialisasi dilalukan secara daring, seingatnya saya begitu. Pengumpulan berkas memalui Gform. Kami membuat proposal kemudian dikirimkan melalui form untuk dinilai. Apabila proposal kami lolos, kami harus membuat Hardcopy untuk diserahkan P3M untuk dijadikan arsip.

Saat itu, saya sendiri menjadi ketua PHDB. Ide yang kami angkat berasal dari teman saya sendiri yakni Rian. Ide tersebut membuat spot foto selfie dengan hiasan lampu twinkle light. Sasaran kami adalah Wisata Pinus Songgon. Wisata destinasi ini berpacu pada pemandangan hutan pinus dan spot selfie. Wisata Pinus Songgon (WPS), mulai dirintis pada tahun 2017 oleh sekelompok masyarakat sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa spot selfie atau atraksi wisata mengalami penurunan kualitas karena banyak rumah pohon, tempat santai di atas pohon dan lainnya terbuat dari kayu. Kayu tersebut mulai melapuk karena terkena sinar matahari dan hujan tiap tahunnya. Sehingga beberapa spot foto tidak dapat digunakan para wisatawan dengan aman.

Pada saat itu, sesudah kami berdiskusi dengan kelompok dan mematangkan idenya. Kami pergi ke Wisata Pinus Songgon. Kami bertemu dengan Pak Yusuf dan Pak Wahyu. Hanya beberapa saja yang survei waktu itu karena adanya himbauan dari P3M untuk para anggota pelaksana PHDB bahwasannya membatasi kerumunan. Kami bertiga Rian, Aku, Nabilla berkumpul di rumahnya Agung (daerah Songgon). Kemudian berangkat bersama ke Pinus menemui Pak Yusuf. Setelah sampai kami disambut dengan baik oleh Pak Yusuf. Kami juga ditawarin kopi. Terdapat dua lokasi pinus. Pinus 1 dan Pinus 2. Pinus 2 terletak agak ke bawah daripada Pinus 1. Untuk pengelolaan Pinus 1 dikepalai oleh Pak Wahyu. Kami duduk di kursi kayu yang memanjang di aula di Pinus 2, tempat orang berkumpul. Suasana aliran sungai, pemandangan pinus diseberang sungai, dan langit yang biru dibalut awan putih. Suasana yang menyenjukkan dan menentramkan.

Kami memaparkan ide kami kepada beliau. Sempat berdiskusi-diskusi tentang rekam jejak Wisata Pinus Songgon. Covid-19 sudah masuk saat itu hingga saat ini. Event-event yang masuk di Wisata Pinus Songgon dibatalkan semua. Harusnya terdapat event di awal tahun, terpaksa dibatalkan. Pada awal masuknya Covid-19, semua destinasi mengalami kelesuan karena harus menutup usaha mereka.

Catatan Kegiatan

Saya lupa tanggalnya, kapan pertama kali survei. Jelasnya sekitar bulan April. Pada tanggal 17 April 2020, kami mengumpulkan proposal pengabdian ke link. Sekitar bulan April itu juga, seperti yang di atas, kami survei ke Wisata Pinus Songgon. Setelah pengumpulan proposal, tahap selanjutnya adalah seleksi berkas. Kemudian pada 8 Mei 2020, kelompok kami lolos seleksi berkas. Kemudian selanjutnya adalah melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan. Sebagai ketua kelompok pengabdian harus mempunyai rekening khusus pengabdian. Jadi setelah pengumuman, saya sendiri pergi ke bank dan membuat rekening. Semua pada memakai masker di saat aku masuk dan cek suhu. Setelah membuat rekening, dana yang sudah bisa dicairkan. Namun, pada saat itu, pencairan di alihkan ke Dosen Pendamping yakni, Pak Putu. Ini disebabkan agar dana yang dilembaga agar cepat terserap.

Pada tanggal 23 Juni 2020, kami melaksanakan sosialisasi program. Jadwal pelaksanaan program sebenarnya bulan Mei sampai bulan Agustus. Namun, kami baru memulai sosialisasi karena melihat kondisi di lapangan. Penutupan destinasi serentak dan kami harus menaati aturan itu. Sehubungan dengan Wisata Pinus Songgon menutup lokasinya, kami ikut terkendala. Jadi, kami memaparkan apa yang ingin kita lakukan di sana yakni, “Pembuatan Spot Foto Jembatan Kayu Gantung Berbasis Twinkle Light dan Pemanfaatan Kafe di Wisata Pinus Songgon Guna Menciptakan Wisata Malam di Desa Sumberbulu”. Saat itu dihadiri oleh pengelola WPS, dosen pendamping, dan beberapa elemen masyarakat. Jadi disana, terdapat kafe untuk melayani wisatawan. Namun, semenjak beberapa spot foto yang kurang memadai kunjungan wisatawan menurun.

Alhamdulillah, kami disambut baik atas ide kami. Kemudian kami akan eksekusi pada awal bulan Juli. Pada tanggal 6 Juli, kami mulai persiapan bahan-bahan. Saya ingat sekali waktu itu hujan. Lokasi WPS, lumayan jauh dari Politeknik Negeri Banyuwangi. Membutuhkan waktu sekitar 38 menit. Pembelian bahan-bahan seperti besi dilakukan oleh Pak Wahyu. Kami berkerjasama membangun spot foto ini, dalam penentuan lokasi juga kami terlibat dan saling memberikan pendapat. Pengelola WPS juga dapat berkerjasama dengan baik dengan mahasiswa.

Untuk tahap pertama, kami membuat kerangka besi yang akan dipasang di pohon pinus. Kerangka tersebut berbentuk segienam. Setelah selesai pembuatan kerangka segi enam, proses pemasangan dilakukan dengan menarik besi tersebut ke atas menggunakan tali berukur besar. Kerangka tersebut setinggi 4 meter di atas tanah. Kemudian, pembuatan selanjutnya adalah kerangka jembatan menuju ke atas. Kerangka tersebut kurang lebih 8 meter panjangnya. Tingginya 3 meter di atas tanah.

Kami disini dibantu oleh beberapa tukang dalam pengelasan karena kami sendiri jurusan Manajemen Bisnis Pariwisata. Jadi, kami terbantu dalam pelaksanaanya yang juga tukangnya berasal dari daerah sekitar. Hujan seringkali turun disini, acapkali kita hanya berkerja setengah hari karena hujan turun. Proses pengelasan berbahaya saat hujan. Tahap selanjutnya adalah pengecatan besi. Kerangka besi telah berdiri kemudian setelah di cat. Kami memotong kayu sesuai ukuran yang ada di besi. Pemotongan tersebut menggunakan gergaji dan mesin pemotong. Setelah pemasangan kayu pada tempatnya. Terakhir, pemasangan lampu twinkle light. Pemasangan lampu memakai dua lampu yang panjang (twinkle light) dan lampu bohlam.

Setelah berdirinya spot foto tersebut, kami juga melakukan peresmian mengundang para media. Ini dilakukan agar para wisatawan dapat mengetahui kalau terdapat spot foto baru. Ini bertepatan juga destinasi boleh di buka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Sejak berdirinya spot foto tersebut, kunjungan wisatawan mulai meningkat. Hubungan dengan pengelola dengan mahasiswa terjalin dengan baik. Kami sering juga berkegiatan di sana karena sangat mudah melakukan kerjasama. Saya sendiri masih sering kesana, setidaknya satu bulan sekali.

Pengalaman ini mungkin tidak bisa saya lupakan. Ini pertama kalinya saya terjun di masyarakat dan saya sangat merasakan manfaatnya hingga sekarang. Masyarakat dan mahasiswa menjadi komponen penting bagi perubahan. Melalui PHDB ini, saya banyak mengenal banyak orang yang juga mempunyai tujuan sama. Manfaatnya sangat terasa bagi teman-teman saya. Kemudian saat evaluasi, kelompok kami mendapatkan Juara 1 Kategori Program Terbaik. Kami senang mendapatkan hal itu. Kami merasa butuh sekali berinteraksi dengan masyarakat di lapangan. Hingga kini kami masih berhubungan dengan pengelola WPS. Relasi tersebut sangat berharga. Bisa berkolaborasi dalam suatu projek itu sangat menyenangkan buat saya sendiri. Melalui program ini pun, kami membuat suatu hal baru seperti hubungan baik dengan masyarakat. kesempatan langka ini mungkin tidak datang dua kali karena kami di pendidikan vokasi yang notabene tidak ada program KKN. Melalui PHDB ini, kita bisa terjun di lapangan secara nyata.

Dokumentasi

3.

4.

Referensi

P3M Politeknik Negeri Banyuwangi. Sosialisasi Program Desa Binaan 2020.

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Avatar photo
iskandarm868

Seorang pemikir dan pemimpi. Sibuk dengan buku-buku dan kegiatan luar ruangan. Suka menulis karena itu hobby yang mudah dilakukan. See yaw

Artikel: 4

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *