Berfikir secara berlebihan (overthinking) merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh setiap orang, tidak terkecuali kalian. Sering kali, saat mengkhawatirkan sesuatu, baik tindakan di masa lalu atau apa yang akan terjadi di masa depan, pasti memberikan rasa tidak nyaman dan menjadikan perasaan menjadi resah, gelisah bahkan ketakutan.
Jika hal tersebut selalu dilakukan, maka kalian akan mudah cemas dan berujung pada perasaan tertekan, stress bahkan depresi. Tentu saja, efek negatif dari overthinking dapat mempengaruhi pola pikir dan mengganggu kesehatan psikis kalian.
Ingat, tidak hanya kesehatan fisik yang harus diperhatikan, akan tetapi kondisi psikis juga penting untuk dijaga.
Dikutip dari buku yang berjudul Declutter Your Mind: How to Stop Worrying, Relieve Anxiety, and Negative Thinking karya S.J Scott dan Barrie Davenport menyatakan bahwa ada empat penyebab mengapa mental seseorang dapat mengalami kekacauan, sehingga kalian harus melakukan”pembedahan masalah” secara satu per satu untuk mengetahui penyebab utama overthinking.
1. Daily Stress
Kondisi stres memang tidak dapat kalian hindari dalam kehidupan sehari-hari. Segala hal yang dilakukan berpotensi menimbulkan permasalahan yang menjadikan kalian stress saat menghadapinya. Namun, Scott dan Davenport menyatakan bahwa stres harian (daily stress) dengan kapasitas yang berlebihan berpotensi menimbulkan kekacauan pada mental seseorang.
Penyebab utama stres pada seseorang adalah karena “tenggelam dalam kehidupannya sendiri”. Dalam artian, kalian terlalu banyak menerima informasi yang berlebihan hingga melakukan sesuatu yang tidak jelas tujuan utamanya apa. Hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu (trigger) beberapa hal, seperti serangan panik, depresi dan rasa cemas berlebihan lainnya.
Contohnya saja seperti ini, mayoritas dari kalian pasti mempunyai akun Instagram, bukan? Hampir setiap hari kalian mengaksesnya untuk mendapatkan berbagai macam hal yang dibutuhkan, mulai dari informasi hingga hiburan pun lengkap tersedia.
Namun, apa kalian sadar? Dengan melihat unggahan status teman-teman di Instagram, membaca berbagai macam informasi yang bahkan kalian tidak tahu apakah berita tersebut penting untuk diketahui atau tidak, memberikan dampak yang buruk untuk kesehatan mental? Penerimaan informasi yang berlebihan bahkan tidak berguna sama sekali, semuanya masuk ke dalam otak kalian.
Bukannya hal tersebut terasa melelahkan?
2. The Paradox of Choice
Mempunyai banyak pilihan terhadap suatu hal memang mampu memberikan kebebasan kepada seseorang. Variasi pilihan yang beragam, menjadikan kalian lebih objektif dalam menentukan apa yang terbaik untuk dipilih. Namun, memilih satu dari sekian banyak pilihan ternyata dapat memicu stres dalam diri sendiri.
Banyaknya pilihan dalam suatu hal memunculkan sebuah Istilah yang bernama Paradox of Choice. Istilah ini dicetuskan oleh Psikolog asal Amerika Serikat, yakni Barry Schwartz. Siapa saja dapat mengalami Paradox of Choice karena memang sering terjadi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Mari ambil contoh sederhananya saja. Ketika kalian berada di pasar, kalian menemukan deretan buah-buahan segar yang menarik untuk dibeli, misalnya saja jeruk. Pada rak buah jeruk, kalian juga menemukan ragam jenisnya, mulai dari jeruk mandarin, medan, lemon, maroko, hingga sunkist.
Sebelum kalian membelinya, pasti kalian melakukan pertimbangan mengenai jenis jeruk seperti apa yang ingin dibeli. Misalnya saja kalian memilih jeruk maroko, setelah itu kalian pun memilih lagi dari segi ukuran, warna dan tekstur kulit dari buah tersebut. Kalian memperhatikan dengan seksama, menyentuh dan menimbangnya beberapa kali, sehingga akhirnya mendapatkan buah jeruk yang diinginkan.
3. Too Much “Stuff”
Merasa segala hal dalam kehidupan itu penting dan harus dilakukan saat itu juga menjadi tanda bahwa kehidupan kalian terlalu dipenuhi dengan “hal-hal” yang sebenarnya tidak begitu penting. Sehingga, otak kalian seakan-akan “berantakan” dengan informasi yang kalian lihat, baca dan dengar.
Terlebih lagi dengan perkembangan teknologi yang menjadikan distribusi informasi bergerak sangat cepat. Satu menit saja kalian tidak mengakses internet, terdapat banyak informasi yang telah berlalu. Hal tersebut mendorong para pengguna smartphone untuk terus menerus menatap layar perangkat supaya tidak ketinggalan berita terkini.
Contoh lainnya, kalian selalu membalas secara cepat notifikasi chat atau email dari kerabat atau rekan kerja seakan-akan tidak ada waktu lain selain saat itu, lalu menunggu lagi balasan dengan perasaan gelisah. Bukankah perilaku seperti ini dapat memicu stres yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari?
4. The Negativity Bias
Secara umum, the negativity bias merupakan respon seseorang terhadap sesuatu yang bersifat negatif secara berlebihan. Faktanya, stimuli (rangsangan) negatif menghasilkan lebih banyak aktivitas saraf pada tubuh manusia.
Adanya fenomena the negativity bias ini telah dijabarkan oleh Dr. Rick Hanson, Senior di Pusat Sains di UC Berkeley. Hanson menyatakan bahwa otak manusia telah tertipu dengan melakukan tiga kesalahan utama, yakni melebih-lebihkan sebuah ancaman, menyepelekan kesempatan yang ada serta meremehkan sumber daya dari diri sendiri.
Jadi, apa yang terjadi ketika otak seseorang mengalami the negative bias? Tentu saja, merespon segala hal yang negatif dengan respon berlebihan. Sebuah ancaman biasa terasa seperti ancaman besar, bahkan bisa saja sebuah hal yang menantang terasa seperti tantangan yang mengancam nyawa.
Segala hal yang bersifat negatif terasa begitu nyata melalui persepsi otak saat dilanda the negative bias, sehingga salah satu cara untuk menghapus itu semua adalah dengan menerapkan mindfulness (perhatian) terhadap apa yang sedang kalian lakukan saat ini. Mungkin pikiran negatif akan terus datang, tapi kalian mempunyai pilihan untuk menolaknya.
Mengetahui penyebab mental seseorang menjadi kacau dapat menjadi pembelajaran dalam memahami mengapa kalian terus merasa overthinking. Pikirkan kembali permasalahan utama yang mampu memancing otak berfikir secara berlebihan. Karena dengan memahami bagaimana permasalahan tersebut terbentuk, hal tersebut mampu memberikan jalan keluar untuk kalian dalam menemukan solusi terbaik untuk memperbaikinya.