Tolak ukur atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran pada suatu pelatihan sangat penting diperhatikan oleh penyelenggara pelatihan. Hal tersebut biasa kita katakan sebagai pendekatan. Pendekatan pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, yang dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Salah satu pendekatan pembelajaran pada suatu pelatihan yakni yang berorientasi pada peserta pelatihan, karena sebagian besar atau seluruh pelatihan pesertanya merupakan orang dewasa, lalu apakah pendekatan dengan androgogi merupakan pendekatan yang mujarab?
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra yang berarti orang dewasa dan agogos memimpin. Menurut Knowles (1980) andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar. Sedangkan menurut UNESCO (Townsend Coles, 1977) menjelaskan bahwa pendidikan orang dewasa merupakan proses pendidikan yang diorganisasikan masyarakat mengembangkan kualifikasi dan kompetensinya dalam rangka mencapai peningkatan partisipasi sosialnya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa andragogi atau pendidikan orang dewasa merupakan suatu ilmu atau seni dalam membantu orang dewasa belajar untuk mengembangkan, baik kualifikasi maupun kompetensinya dalam mencapai peningkatan partisipasi sosialnya.
Andragogi atau pendidikan orang dewasa tentu sangat berbeda dengan pedagogi. Pedagogi merupakan kiat dan ilmu tentang mendidik dan mengajar anak-anak. Pedagogi berasal dari dua kata yakni paid yang artinya anak dan agogos artinya membimbing atau memimpin. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pedagogi merupakan seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Berikut perbedaan antara pedagogi dan andragogi berdasarkan asumsi pembelajarannya, yakni:
Aspek | Pedagogi | Andragogi |
Konsep diri | Tergantung | Mandiri |
Pengalaman | Sedikit manfaat | Kaya manfaat sebagai sumber belajar |
Kesiapan belajar | Perkembangan biologis/paksaan | Perkembangan tugas sosial |
Perspektif waktu | Untuk masa nanti | Segera dilaksanakan |
Orientasi belajar | Mata pelajaran/Teori (subject-centered) | Masalah hidup atau problem-centered |
Pelatihan merupakan salah satu bentuk pendidikan atau suatu proses pembelajaran, belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan dirinya sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya sendiri. Orang dewasa belajar karena menganggap bahwa belajar adalah suatu perubahan, seperti definisi belajar itu sendiri yakni adanya perubahan pengetahuan, kemampuan, sikap atau perilaku. Selanjutnya, orang dewasa ingin belajar karena fokus dalam memecahkan masalah nyata. Maka dari itu, orang dewasa fokus terhadap relevansinya antara apa yang mereka pelajari dan masalah yang sedang dihadapinya.
Dengan hal di atas, maka pelatihan dengan pendekatan andragogi perlu diperhatikan dengan lebih teliti dan detail agar dapat menciptakan sebuah metode dan teknik pelatihan yang sesuai dan tidak melenceng dari tujuan yang telah ditetapkan di awal. Penyelenggara juga pelatihan harus mengerti konsep karakteristik pendidikan orang dewasa. Hal tersebut demi menyelaraskan antara tujuan pelatihan baik dengan karakteristik orang dewasa maupun dengan kebutuhan orang dewasa.
Berikut beberapa karakteristik pendidikan orang dewasa, di antaranya:
1. Memiliki lebih banyak pengalaman hidup
Perlu diperhatikan oleh penyelenggara pelatihan bahwa orang dewasa tentunya memiliki banyak pengalaman dalam hidupnya. Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directing) hal tersebut menjadikan pengalaman adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan oleh penyelenggara bahwa pengalaman orang dewasa yang menjadi peserta pelatihan dapat dijadikan sebuah peluang untuk dapat menggunakan pengalaman mereka dengan baik dalam proses pelaksanaan pelatihan.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar
Motivasi merupakan suatu dorongan positif untuk memberikan kekuatan yang ada pada diri seseorang, khususnya orang dewasa. Orang dewasa yang termotivasi mengikuti pelatihan karena mereka ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri. Maka dari itu, motivasi yang tinggi orang dewasa untuk belajar dapat dimanfaat oleh penyelenggara pelatihan dapat menciptakan pelatihan yang lebih atraktif dan interaktif sehingga orang dewasa atau peserta pelatihan terpacu dalam mengeksplorasi lebih dalam dan jauh suatu pembelajaran dalam pelatihan karena motivasi yang tingginya tersebut.
3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki
Peranan yang dimaksud memiliki arti menjalankan atau melaksanakan suatu hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya di lingkungan bermasyarakat. Sedangkan tanggung jawab artinya kesadaran seseorang akan tingkah laku atau perbuatan yang di sengaja atau pun yang tidak di sengaja. Oleh karena dua hal tersebut, menimbulkan orang dewasa berada dalam persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang dimiliki yang menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar atau mengikuti suatu pelatihan. Maka dari itu juga, penting bagi penyelenggara pelatihan untuk memiliki sensitivitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu bagi peserta pelatihan. Selain itu juga, penyelenggara pelatihan diharuskan menciptakan suatu pelatihan yang efisien dan efektif secara waktu yang digunakan.
4. Kurang percaya diri atas kemampuan yang mereka miliki
Kurang percaya diri yang dimaksud adalah kurang percaya diri atas kemampuan untuk belajar kembali. Orang dewasa yang menjadi peserta pelatihan biasanya akan minder atau kurang percaya diri terhadap usia dan keadaan fisik yang mereka miliki untuk dapat belajar kembali. Memang pada dasarnya semakin tua usia akan semakin menurun juga performa keadaan tubuh. Maka dari itu, penyelenggara pelatihan harus dapat menyelenggarakan pelatihan yang memang tidak terlalu menguras tenaga maupun pikiran, pelatihan yang dilaksanakan harus sederhana namun efektif secara hasil yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan.
5. Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa yang lebih beragam
Dibandingkan dengan pemuda, tentu orang dewasa akan lebih banyak pengalaman dan lebih beragam. Memiliki banyak pengalaman akan sangat bermanfaat terhadap kemampuan atau pun relasi seperti teman dari berbagai latar belakang lingkungan. Hal itu, mengisyaratkan kepada penyelenggara pelatihan agar dapat melaksanakan pelatihan menggunakan metode atau teknik diskusi antar peserta pelatihan, agar mereka dapat bertukar pengalaman sehingga menjadikan suatu proses pembelajaran yang akan bermanfaat bagi masing-masing individu atau peserta.
6. Makna belajar bagi orang dewasa
Belajar merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh setiap orang untuk mendapatkan suatu perubahan di dalam dirinya, tentunya belajar melibatkan kegiatan berpikir dalam diri seseorang, yakni dengan adanya interaksi antara stimulus dan respons. Oleh karena itu, pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan. Hal tersebut mengandung arti bahwa kegiatan pelatihan yang diselenggarakan harus benar-benar tertuju makna belajarnya kepada orang dewasa, tidak serta merta menyamakan makna belajarnya dengan pedagogi atau pembelajaran anak-anak.
Dengan menelaah karakteristik orang dewasa dengan baik, maka output yang akan dihasilkan berupa pelatihan yang efisien dan efektif kepada pendekatan pelatihan andragogi yang diharapkan dapat mujarab terhadap pelatihan yang diselenggarakan. Dengan itu juga, pelatihan akan menimbulkan efisiensi dan pencapaian belajar yang berhubungan dengan motivasi peserta pelatihan dan mereka akan merasakan “felt need”. Selanjutnya pelatihan juga akan sangat terencana dengan baik, dengan menelaah karakteristik orang dewasa penyelenggara pelatihan akan melakukan perencanaan yang dimulai dari “entry level” dan memperhitungkan hal-hal kecil agar tidak terjadinya kesalahan dalam pelatihan.
Nah, pentingkan menelaah karakteristik orang dewasa untuk penyelenggaraan suatu pelatihan? Apalagi pembelajaran orang dewasa sangat berbeda dengan pembelajaran yang kita ketahui di sekolah atau pendidikan formal. Orang dewasa tentunya memiliki karakteristik dan kebutuhan mengapa mereka harus belajar, yang tentunya hal tersebut memiliki arti bahwa perlakuan dan penyelenggaraan pelatihan harus dikhususkan bagi mereka. Semoga bermanfaat!
Referensi: Tarno, Hery dan Daryanto. Pendidikan Orang Dewasa (POD). Yogyakarta: Gava Media, 2017.