Kita tidak perlu khawatir lagi akan adanya perubahan kurikulum di dunia pendidikan. Perubahan tersebut adalah hal yang wajar dan biasa terjadi. Kurikulum 2013 (ataupun kurikulum kedepannya) akan turut serta membawa perubahan dan warna tersendiri dalam dunia pendidikan. Pada kurikulum 2013 nampak adanya pendekatan saintifik dan HOTS yang menjadi inti dalam kurikulum. HOTS sendiri sampai kini masih dipandang sebagai bagian yang rumit dalam pembelajaran maupun asesmen. Oleh karena itu marilah kita pahami memahami konsep, model pembelajaran, dan asesmen HOTS yang disajikan sehingga dapat mempelajari dan memahaminya dengan mudah.
Sumber: Pixabay
Pentingnya HOTS bagi peserta didik!
Para peserta didik hari ini adalah pemilik masa depan, dimana mereka nantinya yang akan menggantikan semuanya di masa sekarang ini. Karena itu, sangat penting untuk memberikan bekal kemampuan terhadap masa depan yang akan mereka hadapi. Peserta didik harus mulai dikenalkan dengan kehidupan masyarakat, berbagai macam situasi lingkungan yang ada di dalamnya, dan membiasakan mereka pada berbagai pelibatan kegiatan pengabdian di masyarakat. Mungkin tidak hanya sekadar pelibatan dalam masyarakat, tetapi juga harus bisa menanamkan kepada peserta didik untuk mengambil peran positif di masyarakat meskipun porsinya sangat sedikit.
Pada prinsipnya, peserta didik harus mampu mengolah informasi, membuat generalisasi, menyelesaikan masalah, mengambil kesimpulan, dan menjelaskan tentang hubungan kausalitas. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana peserta didik mampu mengaitkan antara konsep ilmu dasar yang ia peroleh dengan kehidupan sehari-hari terhadap permasalahan masyarakat beserta lingkungannya. Atas dasar tersebut, sekolah harus bisa mengambil peran untuk membekali para peserta didik dengan kemampuan berpikir, dan kemampuan berpikir tersebut bisa diperoleh dengan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills).
HOTS inilah yang akan membawa peserta didik mampu untuk mengkonstruksikan argumen yang tepat dan efektif sehingga bisa membuat mereka mengambil keputusan atau solusi yang rasional. Dengan HOTS pula, para peserta didik akan mendapatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang nantinya bisa digunakan untuk mengerjakan model penilaian di abad 21. Selain itu, kelak peserta didik akan siap dan terbiasa dalam menghadapi situasi lingkungan yang kompleks.
Semakin tinggi tingkat kemampuan berpikir, semakin tinggi pula kemampuan adaptasinya
Pendidikan bukan saja kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan saja, dan guru bukanlah juru bicara di depan kelas di mana murid-murid akan selalu mendengarkan saja atau hanya berucap ya dan iya’ kepada gurunya. Dunia sudah berubah, di mana pendidikan modern akan berisi tentang para peserta didik yang punya banyak kesempatan bicara, berpikir bercabang, dan butuh untuk didengarkan. Hal tersebut tentunya akan membawa perubahan tentang sekolah yang tidak sekadar mencetak generasi cerdas, namun juga menjadi generasi adaptif.
Seperti para inovator dan pengguna sistem kecerdasan buatan yang perlu dibekali kemampuan agar sistem tersebut menjadi adaptif. Sikap adaptif inilah yang akan membuat peserta didik menjadi pribadi bernilai sehingga bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan pemikiran, sikap, dan perilaku. Seorang guru tidak akan lagi menemukan sekat-sekat ruang kelas pembatas yang mengurung pemikiran peserta didik di masa depan. Karena kecanggihan teknologi, akan membuat mereka semakin dekat kelas lain, guru di tempat lain, juga peneliti, praktisi, dan bahkan politisi dari berbagai belahan penjuru dunia. Kemampuan beradaptasi inilah yang bisa menjadi bekal untuk mereka di masa depan. Dan, tentunya mereka juga harus memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, karena semakin tinggi level kemampuan berpikirnya, semakin tinggi pula kemampuan beradaptasinya.
Karena itu, HOTS bisa menjadikan mereka mampu berpikir. Menurut Thomas & Thorne (2019), HOTS merupakan cara berpikir yang lebih tinggi daripada menghafalkan fakta, mengemukakan fakta, atau menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur. HOTS akan membuat peserta didik melakukan segala sesuatu sesuai dengan fakta. HOTS akan menuntun mereka untuk mengaitkan antara fakta, mengategorisasikannya, memanipulasinya, menempatkannya pada konteks dan cara yang baru, serta mampu untuk menerapkannya dalam pencarian solusi dan menyelesaikan suatu masalah.
Mengasah kemampuan peserta didik dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
HOTS memiliki ciri yang khas dalam aplikasinya. HOTS akan mengasah kemampuan atau keterampilan peserta didik dalam tiga hal, yakni menganalis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create).
Pertama, level analisis. Pada level ini, guru akan memecah materi menjadi beberapa bagian, menyusunnya, dan menghubungkan keterkaitan materi secara keseluruhan. Level analisis ini terdiri atas kemampuan atau keterampilan membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan. Kedua, level evaluasi. Pada level ini merupakan kemampuan dalam mengambil berbagai macam keputusan yang berdasarkan atas kriteria-kriteria. Level evaluasi terdiri atas keterampilan mengecek dan mengkritisi. Ketiga, level mencipta. Level ini akan melatih peserta didik agar mampu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru, koheren, dan orisinal. Pada level mencipta, kemampuan untuk kreatif dan inovatif akan dikembangkan dan diuji.
Pada level mencipta ini, guru harus berhati-hati karena biasanya seorang pendidik sering terjebak pada sesuatu yang baru yang diciptakan oleh anak. Padahal, ketika ditelusuri mereka copy paste di internet. Untuk level mencipta ini, Anda harus nenggunakan tiga hal, yaitu merumuskan (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
Manfaat yang bisa diperoleh jika menerapkan HOTS
Jika guru benar-benar menerapkan pembelajaran HOTS di kelas, niscaya peserta didik akan antusias, memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, pantang menyerah, dan yang penting mereka akan merasa membutuhkan pembelajaran. Dengan begitu, peserta didik akan aktif dalam belajar dan selalu berupaya untuk kerja keras serta menikmati pembelajaran, karena dengan HOTS pembelajaran akan semakin menyenangkan.
Ada tiga hal yang bisa guru dapatkan manfaatnya saat menerapkan pembelajaran HOTS, yaitu:
- Dapat meningkatkan prestasi peserta didik.
- Dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran.
- Membentuk dan membangun sikap positif peserta didik.
Menurut Brookhart, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan kemampuan berpikir sangat efektif untuk mendukung cara berpikir, prestasi belajar, dan motivasi belajar siswa. Selain itu, HOTS juga bisa diterapkan pada semua strata ekonomi siswa. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Stanley Pogrow tahun 2005, yang menyebutkan bahwa kurikulum HOTS mampu meningkatkan prestasi akademik siswa. Para peserta didik yang kurang beruntung dalam ekonomi mengalami peningkatan dalam nilai akademik.
Selain bisa meningkatkan prestasi akademik, HOTS juga dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dalam penelitian yang dilakukan Carroll & Leander (2011) menyebutkan bahwa melalui HOTS, sebanyak 95% siswa setuju bahwa mereka senang belajar. Dengan HOTS pula, guru bisa membangun habitus sikap positif peserta didik. Seperti yang disampaikan Lusyana &Wange (2016), bahwa karakter siswa dapat dibangun melalui HOTS. Untuk itu, sangat banyak manfaat yang bisa didapatkan ketika menggunakan pembelajaran HOTS di dunia pendidikan dan sudah saatnya seorang pendidik menerapkannya, baik di sekolah maupun di kampus
Kebiasaan HOTS tidak bisa diterapkan secara tiba-tiba dan instan
Seorang guru tidak bisa menagih peserta didik dengan pengukuran dan asesmen bertipe HOTS di akhir pembelajaran, jika proses yang dilakukannya tanpa melalui pembelajaran HOTS terlebih dahulu. Pembelajaran HOTS haruslah didesain terlebih dahulu secara matang, dan disesuaikan dengan konteks peserta didik serta materi ajar yang akan dilakukan. Baiknya sebelum merancang HOTS, seorang guru mampu berpandangan jauh ke depan dan memiliki gambaran yang nantinya akan dicapai dalam pembelajaran. Kemudian menyiapkan berbagai bukti-bukti yang akan dibuat dalam penilaian atau asesmen. Setelah guru menyiapkan hal di atas, barulah kemudian mampu untuk mendesain pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan apa yang telah di gambarkan.
Adapun untuk membiasakan menggunakan pembelajaran HOTS, guru bisa mulai menggunakan metode inkuiri, sebuah metode yang berarti pertanyaan atau penyelidikan untuk menemukan sendiri jawaban suatu masalah. Inkuiri sangat efektif untuk mengeksplorasi pertanyaan, ide, dan fenomena yang terjadi. Selain itu, inkuiri akan membantu peserta didik untuk menekankan proses berpikir kritis dan analitis. Selain inkuiri, ada beberapa model yang bisa digunakan dalam pembelajaran HOTS, seperti model 5W+1H, Model Wallas, Model Scamper, ataupun Model Servant Leadhership Learning (SLL).