Anak Muda Mesti Lirik Bisnis Pertanian

 

Hampir semua kebutuhan sehari-sehari kita berasal dari sektor pertanian. Terutama kebutuhan pangan. Mulai dari karbohidrat yang sebagian besar berasal dari tanaman serealia seperti padi, jagung, dan gandum. Kebutuhan protein, baik nabati yang sebagian besar berasal dari kacang-kacangan seperti kedelai, kacang merah, kacang bali/gude, buncis, kacang panjang, kacang tanah, kacang hijau, lentil, lupin, dan kacang-kacangan lainnya. Begitu juga protein hewani hasil dari perikanan dan peternakan yang juga termasuk dalam agrokompleks. Belum lagi kebutuhan vitamin yang mayoritas berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan, serta beragam metabolit sekunder dari banyak tanaman yang dibutuhkan oleh manusia.

Tidak lepas juga dalam pemenuhan kebutuhan sandang atau pakian. Sebagian besar berasal dari tumbuhan dan hewan, yang mayoritas dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan sandang manusia. Selain itu juga untuk kebutuhan papan atau tempat tinggal. Sebagaimana kayu-kayuan termasuk dalam komoditas pertanian. Belum lagi kebutuhan farmasi dan industri lainnya. Bahkan, untuk kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor pun sudah mengarah pada bahan bakar berbahan dasar tumbuhan yang ramah lingkungan / green energy, dan Indonesia sudah memproduksi sekaligus menggunakannya. Sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia telah mengoptimalkan potensi tersebut. Tahun 2015, di Indonesia mulai dipasarkan biodiesel 15% atau disebut dengan B15. Tahun 2016, Pertamina mulai memasarkan biodiesel 20% atau B20. Kemudian tahun 2020 mulai berlaku biodiesel 30% atau B30. Target ke depannya, Indonesia mampu memasarkan B100 yang artinya bahan bakar tersebut 100% murni berbahan dasar tumbuhan.

Terlebih bagi Indonesia, selain sebagian besar kebutuhan kita berasal dari produk pertanian, Indonesia memiliki segala potensi untuk kebutuhan kemajuan pertanian. Bila lihat di peta digital, tampak Indonesia begitu hijau yang menandakan Bumi Pertiwi sangat subur. Saat ini Indonesia adalah negara pertanian tersesar kelima setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan Brazil. Tahun 2018, data Statistic Times memperlihatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia dari sektor pertanian sebesar US$128 miliar atau sekitar 1.792 triliun Rupiah (kurs Rp 14.000,- per US$), atau 13,9% dari keseluruhan GDP. Persentase GDP tersebut terdiri dari tiga kategori, yaitu sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa. Angka 13,9% itu hanya untuk yang pure produk jadi pertanian. Kalau dihitung-hitung lagi untuk keseluruhan komoditas pertanian, bisa jadi jauh lebih besar dari persentasi tersebut. Sebab hasil komoditas pertanian banyak yang masuk dalam kategori sektor industri, seperti untuk tujuan pengolahan produk hilir. Secara keseluruhan, sekitar 32% penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Indonesia menjadi produsen terbesar untuk beberapa komoditas penting dunia. Seperti kelapa sawit, kelapa, padi, karet, teh, kopi, tembakau, dan tentu aneka ragam rempah-rempah.

Dengan besarnya potensi yang telah ditulis di atas, ini menjadi peluang besar untuk anak-anak muda melirik berwirausaha di sektor pertanian. Tantangan sektor pertanian Indonesia ke depan tentu ada. Namun solusi sekaligus menjadi peluang usaha juga besar. Laju urbanisasi yang meningkat pesat menghasilkan pertanyaan, siapa yang akan mengelola lahan pertanian yang sebagian besar bukan berada di perkotaan. Tapi solusinya bukan berarti menghambat urbanisasi, karena urbanisasi juga penting dalam mendongkrak perekonomian nasional. Diprediksi tahun 2035 mendatang, 68% penduduk Indonesia tinggal di wilayah urban. Namun di lain sisi, kita banjir bonus demografi dimana jumlah penduduk usia kerja/produktif jauh lebih besar daripada jumlah penduduk usia tidak produktif. Terutama didominasi milenial dan gen Z. Baik milenial maupun gen Z Indonesia sangat terbuka dengan kemajuan terutama digitalisasi. Untuk kepentingan sektor pertanian, tentu tinggal mengarahkan para milenial dan generasi Z agar punya minat besar berwirausaha di sektor pertanian yang peluangnya memang sangat besar. Baik itu dari potensi sumberdaya maupun potensi peluang pasar. Lagi pula memang sudah waktunya untuk peralihan pengelola, dari generasi yang sudah semakin berumur kepada generasi yang lebih muda, dimana secara umum lebih terbuka dengan perkembangan informasi dan teknologi.

Peluang-peluang bisnis pertanian sangat terbuka lebar. Setiap orang perlu makan, artinya pasarnya sudah sangat besar. Bukan hanya itu, dari fakta-fakta saat ini ada banyak masalah masyarakat yang solusinya berkaitan dengan pertanian. Sebagai contoh, dari data Worldmeter menunjukkan fakta yang memprihatinkan, bahwa angka harapan hidup rata-rata orang Indonesia hanya berada di peringkat 122 dari seluruh negara di dunia, yaitu 70,12 tahun. Namun di balik fakta tersebut tentu banyak peluang bagi anak-anak muda untuk berkontribusi menghasilkan produk makanan sehat. Karena tentu makanan sangat berpengaruh pada kesehatan. Misalnya usaha yang bergerak di bidang pertanian organik, baik itu sebagai produsen, jasa, ataupun mengambil peran sebagai influencer pertanian organik. Sebab saat ini peran inflencer sudah terbukti efektif mampu memberi pengaruh besar. Contoh lain, kita sangat bersyukur dengan melimpahnya sumberdaya perikanan sehingga konsumsi ikan orang Indonesia rata-rata per orang hampir 50 gram per hari, dan masuk jajaran negara yang konsumsi ikannya tertinggi. Tapi sayangnya tidak sejalan dengan konsumsi sumber protein penting lainnya, yaitu susu. Indonesia hanya ada di peringkat di atas 150 dari seluruh negara di dunia konsumsi susu per orang. Ini masalah sekaligus jadi peluang usaha. Kita lihat dari realita bahwa memang di banyak daerah masih sulit mencari susu murni, misal pun ada harganya mahal. Salah satu faktor karena volume produksinya masih rendah. Ini menjadi peluang, baik itu sebagai produsen, usaha jasa yang berkaitan dengan produksi susu, maupun sebagai influencer untuk meningkatkan angka konsumsi susu orang Indonesia agar semakin sehat. Itu hanya dua contoh dari permasalahan yang ada saat ini. Tentu masih sangat banyak problem sekaligus peluang lainnya yang bisa dijawab dengan solusi dari sektor pertanian.

Oleh: Amar Ma’ruf

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Asahan

Aktivis Influencer Pertanian

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

amarsanis
amarsanis

Kandidat Doktor Ilmu Pertanian di Akdeniz University, Turki.
Dosen Faperta Universitas Asahan

Artikel: 2

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8 + 1 =