Mendaki Gunung adalah Survival Skill

Kegiatan mendaki gunung mulai banyak diminati dari kalangan remaja, orang tua hingga anak – anak. Mendaki gunung merupakan salah satu aktivitas yang berat dan termasuk kategori olahraga alam bebas yang ekstrem. Mendaki gunung bukan hanya sekedar sarana liburan, melainkan suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka menuju ke tempat yang lebih tinggi. Menurut pendapat Sumitro (1997) pendakian gunung adalah suatu kegiatan yang berorientasi di alam terbuka, tujuan dari kegiatan ini adalah mendaki ke tempat yang lebih tinggi. Maka dari itu, kegiatan mendaki gunung membutuhkan persiapan yang matang dari segi fisik, mental dan perlengkapan dalam menghadapi rintangan yang akan dihadapi saat mendaki gunung.

Menurut Sastha (2007) pendaki gunung adalah orang yang melakukan kegiatan mendaki gunung untuk mencapai puncak gunung yang terdiri dari beberapa tahapan kegiatan. Dapat dikatakan puncak gunung adalah tujuan dari setiap pendaki, walau tidak semua yang melakukan akitivitas pendakian mencapai puncak gunung dan menjadikan puncak gunung sebagai tujuan utamanya.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (DPP APGI), Vita Cecilia mengatakan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung dengan 129 di antaranya adalah gunung api. Sementara itu, sebanyak 29 pegunungan juga terdapat di Nusantara. “Daya tarik wisata gunung di Indonesia sangat luar biasa. Pesona hutan tropisnya, hutan hujan yang membuat Indonesia jadi sangat menarik,” ungkapnya. Lebatnya hutan Indonesia yang harus dilalui oleh para wisatawan mancanegara ketika mereka hendak mendaki gunung dianggap oleh mereka sebagai petualangan tersendiri. Sebab, mereka merasa seperti tertantang karena terpikir bagaimana cara mereka bertahan di hutan yang harus dilalui sebelum mencapai puncak gunung.

Rintangan yang dihadapi para pendaki yaitu :

  1. Jalan yang terjal, berbatu atau becek
  2. Perjalanan dengan durasi yang panjang
  3. Menguras fisik
  4. Menguji kekompakan tim
  5. Membuat bahan makanan sesuai dengan bahan yang dibawa
  6. Tidur dengan kondisi udara yang dingin
  7. Tidur di lingkungan yang belum terjamin keamanannya

Tren kenaikan jumlah pendaki dapat dilihat dari catatan pengunjung setiap tahunnya. Menurut data yang didapat dari website Wanita dan gunung tersebut menunjukkan jumlah pendaki dan wisatawan gunung mengalami kenaikan sejak tahun 2013. Vita mengatakan bahwa wisatawan nusantara (wisnus) yang melakukan pendakian mengalami peningkatan yang cukup stabil dan mengalami peningkatan yang cukup masif.

Namun, masih banyak para pendaki yang masih belum mengetahui, belum menyadari, bahkan meremehkan aturan dan larangan. Kebanyakan itu terjadi kepada para pendaki pemula. Hal itu terjadi karena motivasi yang kuat dari para pendaki pemula yang ingin mendaki gunung sampai puncak untuk melihat sunrise, menikmati pemandangan alam dan berfikir bahwa mereka kuat karena usia mereka yang masih muda.

Menurut pendaki, yang juga anggota senior dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), Adi Seno, ada banyak keahlian dan ilmu yang harus dikuasai sebelum pergi mendaki gunung. Jadi, tidak sembarang orang bisa melakukan kegiatan mendaki gunung karena ada risiko nyawa yang akan dipertaruhkan. Alasannya, gunung adalah alam terbuka yang kondisinya bisa berubah setiap waktu dan di luar kendali manusia. Pendaki juga perlu mengetahui medan dan cuaca yang berbeda ketika hendak  mendaki gunung. Menurut Adi, Mendaki gunung itu kompetensi yang dibentuk dari pengetahuan geologi, geomorfologi disebut juga ilmu medan, iklim dan cuaca, risk management, keterampilan, teknik hidup di alam, safety ketika melakukan perjalanan panjang di keterjalan dan penyeberangan sungai, P3K, manajemen, dan attitude.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, mendaki gunung bukan hanya sekedar kegiatan maskulin. Konstruksi sosial yang dibentuk oleh masyarakat menyebabkan laki – laki dan perempuan harus sesuai dengan standar sosial. Kegiatan mendaki gunung banyak di dominasi oleh laki – laki, namun banyak perempuan yang tertarik untuk mendaki gunung. Sayangnya perempuan masih dipandang sebagai orang yang lebih pantas melakukan kegiatan domestik dan pendaki gunung perempuan dianggap sebagai perempuan tomboy. Walaupun tidak semua pendaki perempuan itu tomboy.

Penelitian mengenai persepsi kesadaran terhadap resiko menunjukkan bahwa wanita memiliki kesadaran terhadap resiko yang lebih besar dibanding laki-laki (Rizkiyah, Susanto, & WP, 2016). Hal ini berarti keuntungan bagi pendaki gunung wanita, dengan kesadaran yang lebih terhadap resiko walaupun memiliki fisik yang lemah, pendaki gunung wanita lebih berhati-hati ketika mendaki gunung. Wanita dan laki-laki memiliki peluang yang sama untuk mencapai puncak dan kemungkinan kematian ketika mendaki (Huey, Salisbury, Wang, & Mao, 2007).

Tidak bisa dipungkiri bahwasannya kebutuhan fisik antara laki – laki dan perempuan itu berbeda. Perempuan ternyata membutuhkan cairan lebih banyak dibandingkan laki – laki. Tingkat estrogen dan progesteron perempuan yang berubah tiap bulan dapat memengaruhi kemampuan hidrasi mereka. Peneliti menambahkan, perempuan yang minum sesuai batas anjuran tidak dapat mencapai performa terbaiknya. Menurut ahli nutrisi Stacy Sims, wanita punya risiko mengalami gangguan gastrointestinal ketika olahraga lima kali lebih besar dibanding pria. “Contoh gangguannya seperti kembung, masuk angin, atau diare. Wanita juga lebih cenderung mengalami kelelahan dan serangan panas,” katanya.

Pada tahun 2020 hingga saat ini, jumlah pendaki gunung dari domestik dan mancanegara mengalami penurunan akibat dampak wabah virus covid. Penurunan perjalanan (trip) sebanyak 47 persen dari 19.855 perjalanan. Banyak gunung yang menutup jalur pendakian selama pandemik. Menurut Vita, penurunan jumlah omzet diperkirakan sebesar 86 persen dari Rp344 miliar menjadi Rp46 miliar. Vita juga membeberkan data penurunan jumlah kunjungan wisatawan pendaki gunung sebesar 44 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Tahun lalu tercatat ada 111.815 pendaki gunung. Terdiri dari 71.060 wisatawan domestik dan 40.755 wisatawan mancanegara. Diperkirakan tahun ini menyisakan 61.655 wisatawan pendaki gunung. Rinciannya 41.800 wisatawan domestik dan 19.855 wisatawan mancanegara.

Tetapi ada juga gunung yang tetap membuka jalur pendakian, namun harus sesuai dengan standar protokol kesehatan. Saat pandemic, jumlah pendaki gunung dibatasi dan harus melakukan rapid atau SWAB test terlebih dahulu sebelum mendaki gunung.

Kegiatan mendaki bisa dilakukan oleh siapa saja dengan batasan usia yang telah ditentukan. Tidak ada batasan gender dalam melakukan kegiatan mendaki gunung. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mendukung kesetaraan gender adalah dengan mengubah pandangan bahwa mendaki gunung bukanlah kegiatan maskulin dan tidak melarang perempuan untuk mendaki gunung kecuali saat haid.

“Gunung itu bukan buat gagah – gagahan. Gunung itu bukan cuma tempat untuk eksistensi. Gunung itu tempat belajar. Belajar bersahabat dengan alam, dengan rekan – rekan kita, belajar setia kawan, dan belajar menaklukan diri sendiri” – Arya Sena

Kegiatan mendaki gunung bukan kegiatan khusus laki – laki, melainkan kegiatan yang bertujuan untuk menguji survival skill di alam terbuka dan menghargai kebersamaan dengan orang lain. Alam bebas adalah tempat terbaik dan terindah buat manusia.

Referensi :

Afifah. 2019. Flow Experience Pada Muslimah Pendaki Gunung. Jurnal Psikologi Islam. Palembang

Ramadhian. 2021. Minat Pendakian Gunung Naik Tiap Tahun, Rata-rata Anak Muda. https://travel.kompas.com/read/2021/01/20/192000227/minat-pendakian-gunung-naik-tiap-tahun-rata-rata-anak-muda-?page=all

Docae. 2019. Kecelakaan Pendaki dan Wisatawan Di Gunung Meningkat. Apakah Benar ? https://www.wanitadangunung.id/2019/03/kecelakaan-pendaki-dan-wisatawan-di_19.html

Masda. 2018. Wanita Butuh Konsumsi Air Lebih Banyak dari Pria. https://www.wanitadangunung.id/2018/06/wanita-butuh-konsumsi-air-lebih-banyak.html

Al Faqir. 2020. Virus Corona Buat Industri Wisata Gunung Kehilangan Omzet Rp298 Miliar. https://m.merdeka.com/uang/virus-corona-buat-industri-wisata-gunung-kehilangan-omzet-rp298-miliar.html?page=1

Azanella. 2020. Pesan untuk Para Pendaki: Pahami Kompetensi Ini Sebelum Naik Gunung. https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/090524965/pesan-untuk-para-pendaki-pahami-kompetensi-ini-sebelum-naik-gunung?page=all

Loading

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN

Nadia Ahla
Nadia Ahla

Saya menyukai fotografi, menulis, membaca sejarah & gender, menonton film, pecinta kopi. Envision it. Manifest it.

Artikel: 5

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *