Memasuki usia dewasa tentu diiringi dengan angka usia yang jauh dan bukan lagi usia belasan yang masih dapat dikatakan masa muda, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan faktor fisik. Apalagi pandemi Covid-19 berdampak besar pada kehidupan, khususnya dalam proses belajar. Maka dari itu, apakah ada hubungannya antara penurunan faktor fisik orang dewasa dan proses belajar?
Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana orang dewasa mengerahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawaban. Orang dewasa sebagai peserta didik tentunya sangat unik dan berbeda dengan anak-anak atau pun remaja.
Proses pembelajaran orang dewasa akan berlangsung jika mereka terlibat langsung, ide-nya dihargai dan materi ajar yang sangat dibutuhkan atau berkaitan dengan pekerjaannya serta sesuatu yang baru bagi dirinya. Namun seiring hal tersebut, orang dewasa juga semakin kurang percaya diri atas kemampuan dirinya sendiri untuk kembali belajar yang disebabkan oleh penurunan fisik orang dewasa.
Keadaan penurunan faktor fisik orang dewasa dan proses belajar, keduanya menjadi hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Setiap orang dewasa, semakin bertambahnya usia, akan semakin sukar untuk belajar. Hal tersebut dikarenakan semua aspek fisiknya semakin menurun, misalnya seperti daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi dan lain-lain.
Menurut Verner dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada beberapa faktor yang secara psikologi dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan, di antaranya sebagai berikut:
Penglihatan
Usia semakin bertambah, titik dekat penglihatan atau terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada saat usia dua puluh tahunan seseorang dapat melihat dengan jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sedangkan masuk usia sekitar empat puluh tahunan titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.
Selanjutnya, untuk titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas akan semakin berkurang, penglihatan menjadi lebih pendek. Di usia yang semakin tua, ketajaman penglihatan, kepekaan warna dan persepsi kedalaman juga akan semakin berkurang.
Selain itu, kontras warna memasuki atau ketika makin bertambahnya usia akan cenderung ke arah merah daripada spektrum. Hal tersebut disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasingkan. Akibatnya menjadi kurang dapat membedakan warna-warna lembut.
Maka dari itu, penyelenggara pendidikan atau pembelajaran perlu memerhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan yang lebih bersahabat dengan orang dewasa yang mengalami gangguan penglihatan.
Penerangan
Lensa mata akan mengeras sehingga mata akan sulit melihat jika dalam keadaan suasana remang. Hal tersebut akan berdampak juga pada kefokusan mata terhadap apa yang dilihat. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran orang dewasa perlu dalam suatu situasi belajar yang jumlah penerangannya besar.
Pada usia 20 tahunan, seseorang memerlukan 100 Watt cahaya, sedangkan memasuki usia 40 tahunan, orang dewasa memerlukan cahaya yang lebih, yakni sekitar 145 Watt. Apalagi jika sudah memasuki lansia, maka yang dibutuhkan cahaya terang sekitar 300 Watt untuk dapat melihat dengan jelas.
Pendengaran
Pendengaran atau kemampuan menerima suara akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Karena saraf pendengaran yang berkurang maka struktur telinga pun akan melemah. Semakin bertambahnya usia juga, pendengaran pada nada tinggi akan hilang dan sulit membedakan nada bicara seseorang.
Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam hal pendengaran khususnya membedakan nada secara tajam yakni pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mengalami hal tersebut dibandingkan dengan perempuan. Hanya 11% dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sedangkan 51% dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.
Selain itu, seiring bertambahnya usia membedakan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi juga akan berkurang. Pembicaraan orang lain yang terlalu cepat akan sukar untuk ditangkap, sukar juga membedakan posisi suara yang datang, seakan suara itu menyatu. Makin sukar juga membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c dan d.
Oleh karena itu, penyelenggara pendidikan atau pembelajaran perlu memerhatikan keterbatasan yang telah dijelaskan di atas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan juga dalam menangani penurunan kondisi fisik dalam proses belajar, di antaranya sebagai berikut:
-
Metode pembelajaran harus yang dapat menggali minat, bakat dan kreativitas orang dewasa dengan cara persuasif yang menyenangkan.
-
Metode pembelajaran harus menyesuaikan atau menyimbangkan kemampuan intelektualitas dengan kemampuan fisik, kecerdasan spiritual dan emosional orang dewasa atau warga belajar.
-
Melakukan teknik-teknik pembelajaran yang tidak membantah, memotong, meragukan kemampuan orang dewasa, dan lain-lain.
-
Melakukan strategi yang dapat memilah kondisi individual atau orang dewasa sesuai dengan kemampuannya, baik secara intelektualitas maupun kemampuan fisik.
-
Proses pembelajaran orang dewasa harus bahkan berkewajiban memberikan motivasi atau dorongan untuk mencari pengetahuan yang lebih tinggi bagi orang dewasa.
Penting bagi penyelenggara pendidikan atau pembelajaran dalam mengurai dan menyikapi korelasi antara penurunan fisik orang dewasa dan proses belajar. Maka dari itu, orang dewasa juga akan berkembang baik secara, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, kualifikasi teknis maupun keprofesionalannya.