Mungkin kita bisa sepakat bahwa presentasi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita, baik saat sekolah, kuliah, hingga bekerja. Hal tersebut pun tetap berlaku saat banyak dari kegiatan belajar dan bekerja kita berjalan secara virtual.
Dengan besarnya kemungkinan untuk melakukan presentasi tersebut, apakah semua orang jadi bisa menguasai seluruh tekniknya? Jawabannya, tidak semua orang pandai untuk berbicara di depan umum dan melaksanakan presentasi dengan baik.
Maka dari itu, kita perlu memahami hal-hal yang perlu kita lakukan untuk memastikan presentasi yang kita lakukan berjalan dengan baik dan efektif. Sebaliknya, jika kita abai dalam mempersiapkan momen presentasi tersebut, rasa gugup dan cemas akan muncul yang menyebabkan pikiran tidak fokus, jantung berdetak lebih cepat, dan tangan berkeringat, yang tentunya dapat merusak presentasi kita secara keseluruhan.
Berikut enam tips agar jago public speaking dan presentasi, baik tatap muka langsung maupun virtual:
Mempersiapkan diri
Dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi sebuah presentasi, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan berlatih dan melakukan simulasi. Hal tersebut bertujuan untuk membuat kita merasa terbiasa di depan orang.
Saat berlatih, kita bisa menetapkan beberapa tahap, dimulai dengan berlatih secara mandiri dengan berbicara di depan cermin. Dari situ, kita bisa mengetahui dan menilai mimik muka, intonasi, bahasa tubuh, dan pembawaan diri kita saat berbicara.
Jika sudah merasa puas dengan hasil latihan di depan cermin, kita bisa mengajak keluarga atau teman untuk menjadi audiensi dalam presentasi. Dengan begitu, kita bisa merasakan suasana presentasi “yang sebenarnya”. Bahkan, kita bisa mendapatkan berbagai feedback membangun dari keluarga atau teman tersebut.
Selain berlatih, hal lainnya yang perlu kita lakukan dalam mempersiapkan diri adalah menyiapkan dan menguasai materi presentasi dengan baik. Dalam mempersiapkan materi presentasi, kita perlu memperhatikan tema dan ide besar dari topik yang akan kita sampaikan. Dengan begitu, kita bisa menentukan desain, visual, hingga penyampaian data penunjang yang sesuai dengan topik dan audiensi dalam presentasi tersebut.
Setelah materi selesai disusun, hal yang perlu kita lakukan adalah menguasai materi presentasi tersebut. Dengan menguasai materi presentasi yang akan dibawakan, kita bisa menyampaikannya dengan begitu mengalir di depan audiensi. Selain itu, kita juga bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan penyampaian materi sehingga audiensi dapat memahami materi presentasi kita secara utuh. Tidak ketinggalan, penguasaan materi juga perlu dilengkapi dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat audiensi ajukan nantinya.
Menentukan tujuan presentasi
Setelah kita merasa puas dengan persiapan kita dalam menghadapi presentasi, ajukan pertanyaan ini pada diri kita sendiri: apa tujuan kita dalam melakukan presentasi tersebut? Apakah kita akan melakukan presentasi untuk memberikan laporan, menghibur audiensi, menghadirkan inspirasi, atau mempersuasi audiensi?
Dengan menentukan tujuan presentasi, kita bisa menentukan bagaimana kita akan membawakan presentasi tersebut. Pasalnya, presentasi yang dilakukan untuk menginspirasi orang akan berbeda penyampaiannya dengan sebuah presentasi yang dilaksanakan untuk menghibur atau mempersuasi orang. Pembawaan yang tepat akan membantu kita dalam membuat materi presentasi kita dapat tersampaikan dengan baik dan bisa dipahami secara utuh oleh audiensi.
Memahami audiensi
Salah satu kesalahan besar dalam mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi adalah tidak memahami siapa yang akan kita hadapi dalam presentasi tersebut. Mirip dengan menentukan tujuan presentasi, memahami audiensi juga dapat membantu kita untuk menentukan pembawaan, gaya bahasa, hingga cara kita mencairkan suasana ketika menyampaikan materi presentasi. Penyampaian kita tentu akan berbeda saat kita menghadapi dengan jajaran direksi perusahaan, pemagang, atau murid-murid yang melakukan kunjungan ke kantor.
Memberikan kesan pertama yang baik
Menyampaikan presentasi dan berjumpa dengan orang lain adalah hal yang tidak terpisahkan. Maka dari itu, memberikan kesan pertama yang baik dalam menyampaikan presentasi adalah hal yang penting. Hal tersebut menjadi penting karena audiensi sangat mungkin untuk cepat menilai penampilan atau sikap kita, lambat percaya dengan apa yang akan kita sampaikan, dan cepat mengalihkan pandangannya dari presentasi yang kita sampaikan.
Sialnya, kita tidak punya banyak waktu untuk memberikan kesan pertama yang baik. Greg Story, Presiden Dale Carnegie Training Japan, beranggapan bahwa kita hanya punya tiga detik untuk menciptakan kesan pertama yang positif. Kesimpulan tersebut ia ambil setelah melakukan survei mengenai berapa lama orang membutuhkan waktu dalam membentuk kesan pertama dari seseorang.
Maka dari itu, ada perlunya kita menyiapkan pembuka yang luar biasa menarik perhatian untuk memberikan kesan pertama yang baik dan menjaga audiensi untuk tetap memperhatikan presentasi kita secara keseluruhan. Dalam melakukannya, kita bisa melakukan sedikit game sederhana atau mengeluarkan intermeso sebagai ice breaking atau pemecah suasana.
Melakukan kontak mata
Selain tidak memahami audiensi, kesalahan besar lainnya yang dapat terjadi dalam melakukan presentasi adalah menyisir ruangan dengan melihat mata audiensi satu per satu, namun pada akhirnya ia tidak memberikan fokus pada siapapun. Maka dari itu, kita perlu memperbaiki cara kita dalam melakukan kontak mata dengan audiensi.
Hal tersebut bisa kita lakukan dengan memfokuskan kontak mata dan menjalin komunikasi dengan seseorang pada waktu-waktu tertentu di sela-sela presentasi. Dengan begitu, audiensi yang menghadiri presentasi dari kita akan merasa terlibat dan mau berkomunikasi dengan kita, sekaligus membuat kehadiran mereka terasa lebih berharga. Jika kita sedang melakukan presentasi virtual, kita bisa memfokuskan pandangan kita pada kamera ketimbang layar.
Setali tiga uang dengan melakukan kontak mata yang baik, maka kita juga harus menghindari berbicara dengan slide ketika melakukan presentasi. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus menanamkan pemahaman di dalam diri kita bahwa slide-slide presentasi yang telah kita siapkan hanyalah alat bantu untuk menjelaskan poin-poin dalam presentasi dan materi presentasi yang utuh harus kita sampaikan secara lisan dengan memfokuskan diri dan pandangan kita kepada audiensi.
Walau kita sudah berupaya untuk tidak berbicara dengan slide, mungkin kita pernah melakukan presentasi hanya dengan membaca isi slide secara tidak sadar. Untuk menghindari hal tersebut, maka kita perlu menguasai materi presentasi dengan baik agar kita benar-benar siap untuk menyampaikannya di depan audiensi. Hal tersebut juga berguna jika sewaktu-waktu terjadi kendala teknis sehingga slide yang kita sudah siapkan tidak dapat tampil, sehingga kita tetap bisa melakukan presentasi dengan baik bahkan tanpa slide sekalipun.
Memberikan pengalaman presentasi yang menyenangkan
Ada dua hal yang akan audiensi ingat dari presentasi yang kita lakukan, yaitu kita sendiri dan cerita yang kita sampaikan dalam presentasi tersebut. Maka dari itu, kita perlu memberikan pengalaman dan memori yang baik bagi audiensi. Caranya dengan membungkus materi presentasi dan seluruh data yang ada di dalamnya dengan cerita. Hal tersebut dapat membantu para audiensi untuk mendengarkan dan mengingat poin-poin penting yang kita sampaikan dalam presentasi tersebut.
Lebih lanjut, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membangun cerita saat melakukan presentasi. Pertama, kita bisa meningkatkan rasa percaya diri dan meyakinkan audiensi bahwa kita akan menghadirkan presentasi yang baik. Sebaliknya, rasa malu dan grogi akan mengganggu jalan cerita yang sudah kita siapkan dalam presentasi. Audiensi pun bisa tidak mendapatkan poin-poin penting dari presentasi kita.
Kedua, kita bisa menunjukkan rasa semangat dan antusiasme kita dalam melakukan presentasi. Semangat dalam melakukan presentasi dapat memberikan energi positif tersendiri bagi diri kita sendiri maupun audiensi yang menyimak presentasi kita. Antusiasme yang kita tunjukkan juga bisa membantu kita dalam mengatasi suasana tidak mengenakkan yang sewaktu-waktu bisa muncul di tengah-tengah presentasi.
Ketiga, memperlihatkan selera humor kita. Humor yang baik dapat memecah keheningan dan suasana kaku dalam presentasi tersebut. Humor yang kita sampaikan sebaiknya tidak terlalu panjang agar kita dan audiensi tetap fokus pada materi presentasi.
Keempat, tidak bertele-tele. Kita perlu menyampaikan cerita dari materi presentasi kita dengan jelas dan straight-to-the-point terhadap poin-poin utama dari presentasi kita. Hal tersebut dapat membantu kita untuk mencegah rasa bosan yang timbul pada audiensi. Ini juga membantu kita untuk mengajak audiensi untuk terus mendengarkan presentasi kita.